Sepanjang perjalanan Jeno dan Harin kembali diam, keduanya berlarut dalam pikiran masing-masing. Terutama Jeno yang memikirkan apa yang dibicarakan Jaemin dan Harin di telpon tadi itu yang membuat wajah Harin begitu berbinar bahagia.
Hingga tak terasa, mereka sampai di depan cafe yang ditujunya. Mereka berjalan bergandengan celingak celinguk mencari keberadaan Jaemin.
"Rin." Itu suara Jaemin. Mereka pun langung mendapati keberadaan Jaemin dan menghampirinya.
"Hai," sapa Harin duduk diikuti Jeno.
Mata Jaemin melebar melihat kemesraan mereka, mulutnya menganga tak hentinya menatap Jeno dan Harin. "Kalian? Udah balikan?" tanya Jaemin antusias.
"He." Harin hanya nyengir, malu untuk mengakui.
"Iya, kan, Jen?" tanya Jaemin beralih menatap Jeno.
"Iya, rencananya kita mau langsung nikah," jawab Jeno dengan sengaja merangkul mesra Harin.
Jaemin tersenyum penuh arti melihat itu, Jeno adalah kebahagiaan Harin. Hal yang tepat dirinya melepas gadis itu untuk Jeno. Jaemin bahagia untuk itu, meskipun ada luka yang mendalam untuknya, luka berbalut kebahagiaan.
"Mana? Katanya mau kenalin." Kini Harin yang balas antusias, menyeruput secangkir kopi dengan asap yang masih mengepul yang sebelumnya dipesannya.
"Lagi ke toilet, tapi jangan kaget, ya?" Jaemin sedikit berbisik membuat Harin semakin penasaran. Jeno yang tak mengerti yang mereka bicarakan hanya memasang tampang datarnya.
"Maaf lama." Seorang gadis menghampiri.
"Aika?" Harin tak percaya, Aika gadis yang sekilas ia temui saat di Tokyo kini di depannya. Dan Aika yang menggunakan bahasa Korea.
"Ah, hallo, Kak Harin. Apa kabarnya?" tanya Aika tersenyum manis, duduk di samping Jaemin.
"Aku baik, kabarmu?" tanya balik Harin tersenyum menatap Aika yang begitu cantik dan manisnya.
"Aku juga baik," jawab Aika, "ini pacar Kakak?" tanya Aika menunjuk Jeno.
"Aku calon suaminya," ucap Jeno percaya diri.
Mata Aika membelalak.
"Jeno," ucap Jeno tersenyum, memperkenalkan diri secara resmi.
"Aku Aika." Gadis itu sedikit membungkuk.
Sedangkan Harin sedari tadi masih belum bisa menghilangkan keterkejutannya, masih menatap Aika tak percaya. "Jadi, cewek itu Aika, Na?" tanya Harin menatap Jaemin serius, "kalian resmi pacaran?" tanyanya lagi seperti menginterogasi.
"Ya, kayak yang kamu lihat." Jaemin tersenyum, ia meraih tangan Aika dan menggenggamnya mesra.
Harin tersenyum untuk itu, melihat Jaemin bahagia bersama gadis lain.
"Eh, eh, bentar." Harin meraih ponselnya yang berdering, "Kak Nara!" serunya antusias, Nara melakukan panggilan video.
"Kak Nara ...!" teriaknya lagi melihat Nara di layar ponselnya, "ciye ... yang lagi bulan madu," goda Harin yang melihat Nara sedang tiduran di paha seorang pria.
Tampak Nara di ponselnya terkikik. "Lagi di mana? Kayaknya rame."
"Lagi di Cafe sama Jaemin," jawab Harin dengan cepat ia mengarahkan kameranya ke arah Jaemin.
"Hai, Ra." Jaemin melambaikan tangannya.
"Eh kalian. Jaemin, Harin, cepetan nyusul ... jangan nunda-nunda nikah lho." Nara masih terkikik.
Mendengar itu mata Harin kembali melebar, Nara memang belum mengetahui hal itu, bahwa pertunangannya bersama Jaemin sudah putus. Harin melirik Jaemin dan Jeno yang akhirnya Harin tertawa sendiri, lucu sekali hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fiksi Penggemar🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]