Nasib buruk bagi Harin yang mendapat nilai paling rendah seangkatannya di sekolah. Tentu saja saat ujian semester kemarin kehidupan Harin benar-benar kacau begitu banyaknya masalah, tapi meski begitu Harin bersyukur karena masih naik kelas.
Membuat ayah tiri Harin yaitu ayah Nara melongo, selama ini dirinya dipanggil karena prestasi anaknya yaitu Nara yang selalu mendapatkan juara sekaligus mengharumkan nama sekolah. Tapi kali ini ia dipanggil atas wali dari Harin yang mendapatkan peringkat terakhir kedua.
"Yang rajin belajar, Harin. Jika kelas tiga kamu bisa masuk 10 besar, Ayah janji bakal masukin kamu ke universitas yang kamu mau. Jangan permalukan Ayah lagi dengan peringkat akhirmu itu," ucap Kim Jongin membuka pembicaraan sepulang menemui wali kelas Harin di sekolah.
Harin awalnya senang saat tahu akan dimasukkan ke universitas yang dia inginkan, tapi kalimat terakhir ayah tirinya menusuk di hatinya.
Mempermalukan? Benarkah? Batin Harin menatap ayah tirinya sendu."Kamu dengar itu, Rin? Jadi mulai sekarang yang giat belajar." Soojung memeluk Harin, Harin masih terdiam, perkataan ayah tirinya masih memenuhi kepalanya.
"Ya." Harin hanya menjawab dengan pelan.
Nara tiba-tiba menghampiri dan duduk di samping Soojung. "Pa, Ma, minggu depan hari kelulusanku, moga aja beasiswa yang dibicarakan para guru buat aku berhasil. Kalian harus dateng, ya, Harin juga," ucapnya dengan semangat.
Semua menatap Nara, pasalnya Nara baru mau keluar kamar setelah putus dari Jaemin waktu itu.
"Udah pasti, sayang. Kami bakal dateng dan abadiin moment wisuda kamu. Mama yakin kamu akan mendapatkan beasiswa itu." Soojung membelai rambut Nara sayang.
Sedangkan Harin hanya menunduk saja, dirinya tak seberuntung Nara yang bisa membanggakan keluarga.
"Nara, Jaemin udah keluar rumah sakit, kamu nggak mau temui dia?" tanya ayahnya kembali membuka suara, Nara langsung menunduk saat mendengar nama Jaemin.
"Apa itu yang Papa ajarkan? Bermusuhan? Kamu harus bisa saling memaafkan, dari awal Papa emang nggak suka kamu pacaran sama Jaemin. Karena itu perjodohan kamu yang sempat batal kita lanjutkan lagi." Suara Jongin begitu tegasnya.
Mendengar kata perjodohan Nara langsung membulatkan matanya dan menggelengkan kepala.
"Aku nggak mau, Pa. Udah jelas dulu juga dia nolak," lirih Nara menelan ludahnya kasar, "pokoknya aku nggak mau, aku mau dijodohin sama siapa saja, asal jangan sama dia." Nara terus menggeleng-gelengkan kepala, benar-benar menolak semua itu.
"Kamu pikir Papa nggak tahu? Kamu pernah masuk kamar hotel sama dia? Dia harus tanggung jawab. Papa udah bicara bersama Tuan Lee Donghae, perjodohan kamu dengan Jeno berlanjut lagi."
Saat itu juga Nara langsung menatap Harin cemas.
Sedangkan Harin? Bagaikan runtuh dunianya, ia yang shock membulatkan mata dan langsung menunduk menggigit bibir bawahnya guna menahan air matanya agar tidak turun.
"Pa, apa yang Papa bicarakan? Maksud Papa Nara dari dulu udah dijodohin?" tanya Soojung kini minta penjelasan.
"Iya, tapi batal karena Jeno pemuda yang dijodohin sama Nara membatalkannya, dan Nara setuju gitu aja," jawab Jongin dengan gurat amarah di wajahnya.
"Berarti pemuda itu nggak mau dijodohin sama Nara, ya udah jangan, Nara juga masih sayang Jaemin."
"Aku kembali melakukan perjodohan ini karena Nara disakiti Jaemin, aku nggak bisa percayakan Nara pada pemuda lain lagi. Dan Jeno walopun keliatan seorang berandal tapi sebenernya dia baik," ucap Jongin tersenyum penuh kemenangan.
"Papa, aku nggak mau," lirih Nara dengan memelas, tangannya mulai meraih tangan sang ayah.
"Kim Nara! Jangan membantah!" Jongin memelototkan matanya.
Jika sudah seperti itu keputusan ayahnya tidak bisa diganggu gugat, Nara yang kecewa dengan segera berdiri dan berlari masuk kamarnya.
"Aku juga permisi, Pa, Ma." Harin menunduk dengan menyembunyikan wajahnya, ikut pergi dari perbincangan itu.
Kedua orang tuanya tidak menjawab, Harin langsung saja pergi dari sana juga menuju kamar.
Ia masuk kamarnya dengan menghapus kasar air matanya, ia terkejut melihat Nara duduk di sisi ranjangnya. Harin berbalik keluar lagi untuk saat ini ia tak mau bertatap muka dengan Nara.
"Tunggu," ucap Nara datar. Harin menghentikan langkahnya.
"Lo tenang aja, ya. Nggak bakalan ada perjodohan," ucap Nara dengan nada yang pasti.
"Gue udah nggak ada hubungan apa-apa lagi sama Jeno. Kalian nikah aja." Harin tanpa menatap Nara, tanpa diduga Nara menghampiri Harin dan langsung memeluknya dari belakang.
"Kak, apa yang lo lakuin?" Harin sangat terkejut mencoba melepaskan tangan Nara yang memeluknya.
"Hubungan gue sama Jeno di masa lalu nggak kayak yang lo bayangin. Kami emang dijodohin dan gue nggak bisa nolak, sampe tiba dimana Jeno tidurin gue dengan keadaan kita sama-sama mabuk berat."
Tangis Nara pecah di bahu Harin setelah menceritakannya karena itu pertama kalinya ia menceritakan kejadian malam itu pada seseorang. Mendengar itu mata Harin berkaca-kaca dan bibirnya bergetar menahan tangis. Jadi selama ini Nara menderita? Batinnya.
Akhirnya Harin berbalik setelah sebelumnya menghapus kasar air matanya, kini dia menatap Nara dan mengusap pipi Nara, menghapus air matanya.
"Udahlah jangan nangis lagi, yang lalu biarlah berlalu. Kakak terima aja perjodohan itu, jangan pikirin gue. Jeno juga harus tanggung jawab, seiring berjalannya waktu Jeno pasti nerima dan cintain kakak," ucap Harin dengan lembut lalu memeluk Nara erat membiarkan kakak tirinya itu menangis di bahunya.
Harin juga sama mengeluarkan air mata dan menangis dalam diam, harus merelakan lagi orang yang dicintainya untuk orang yang sama. Dan kini Harin mengetahuinya, kenapa Jeno tidak memperjuangkannya, kenapa Jeno menolak untuk menikahinya diam-diam waktu itu. Harin mengerti, tak semudah itu.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fanfic🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]