Damba

2.1K 135 0
                                    

Sedikit demi sedikit kaki Harin sudah mulai ada perubahan, gadis itu sudah bisa berdiri tegak walau belum bisa melangkah. Ia mulai menggunakan tongkat dan berjalan meski pelan. Semangatnya untuk sembuh begitu tinggi.

"Rin." Suara seorang pria memecah keheningan Harin yang seorang diri di taman samping rumahnya, pria yang sedari tadi memperhatikan Harin.

Harin menggerakkan kepalanya ke samping, wajahnya langsung berbinar dengan senyuman bahagianya. "Nana!" teriaknya begitu riang.

Jaemin melangkah semakin dekat dengan Harin dan langsung memeluknya erat. "Aku kangen banget sama kamu." Jaemin mencium sayang dahi Harin.

"Kenapa nggak bilang mau ke Seoul?" tanya Harin mengerucutkan bibirnya.

"Kalo bilang nanti nggak kejutan lah ...." Jaemin mengacak rambut Harin gemas, "nggak nakal, kan di sini? Nggak lirik-lirik cowok lain, kan?" tanya Jaemin kini memicingkan matanya seolah curiga.

"Lirik-lirik gimana, orang suka di rumah juga," jawab Harin mengembungkan kedua pipinya.

Jaemin semakin gemas, ia mencubit pipi Harin. "Udah mulai mendingan, ya, sekarang kakinya," ucapnya menyentuh lutut Harin.

"Ya, moga aja bisa jalan lagi secepatnya," balas Harin semangat.

"Dan kita bisa cepet nikah ...." ucap Jaemin begitu percaya diri.

Harin menahan tawanya, melihat ekspresi Jaemin yang begitu riang, sangat merdeka mengatakan kata pernikahan itu. "Nikah nikah, kerja dulu baru nikah," ucap Harin langsung duduk di bangku di dekatnya.

"Aku kangen deh, kamu nggak kangen sama aku?" tanya Jaemin ikut duduk dan memeluk Harin dari belakang.

"Na, ini di luar. Nanti banyak yang liat," ucap Harin melihat sana-sini.

"Ini, emang di luar, tapi bukan tempat umum. Yang liat paling cuman tukang kebun dan bibi-bibi." Jaemin semakin menjadi dengan menghirup rambut Harin.

"Mama Soojung tinggal di sini," ucap Harin sedikit berbisik.

Pelukan Jaemin melonggar. "Tante Soojung?" ulangnya terkejut, "ah udah lama aku nggak ketemu sama Tante Soojung." Ia sedikit kikuk. Ingatannya tertuju pada Soojung yang dulu begitu kejam pada Harin dan hanya mementingkan Nara, dan hubungan Jaemin dengan Soojung sendiri dulu bisa dikatakan tidak baik.

"Rin, sayang ... kamu lupa, hari ini jadwal ke dokter." Soojung tiba-tiba datang dan terkejut melihat Jaemin bersama Harin di taman itu.

"Hallo, Tante. Apa kabar?" tanya Jaemin berdiri dan membungkukkan bahunya.

Soojung melupakan hal itu, bahwa Jaemin dan Harin sudah bertunangan. Entah ia tak suka melihat itu, hatinya mengatakan lebih mendukung Harin kembali bersama Jeno setelah melihat mereka bertemu beberapa hari yang lalu.

Sedikit canggung memang, pertemuan antara Jaemin dan Soojung. "Ah aku baik, kamu terlihat lebih gagah sekarang," pujinya berbasa-basi dengan melihat penampilan Jaemin.

"Biasa aja, Tante," balasnya, "oh ya, Tante bilang hari ini jadwal Harin ke dokter? Biar aku yang temani."

Soojung sedikit terkejut, ia diam. Jika Jaemin yang menemani Harin ke rumah sakit, kemungkinan Jaemin juga akan bertemu Jeno, meskipun itu belum pasti karena luasnya rumah sakit.

"Tapi-" Ucapan Soojung menggantung, entah jawaban apa yang harus ia berikan untuk mencegahnya.

"Lain kali aja, Na. Gapapa. Kamu belum mengunjungi Bunda YoonA, kan?" ucap Harin pada akhirnya menatap pasti Jaemin.

"Iya bener," timpal Soojung sedikit cengir, hatinya lega mendengar ucapan Harin yang mencegah Jaemin.

"Ah, kalo gitu aku anterin doang, ya? Nanti aku langsung ke rumah Bunda." Jaemin tetap kekeh ingin mengantarkan Harin ke rumah sakit, tentu saja, karena Harin tunangannya.

Harin dan Soojung saling melirik dan akhirnya mereka mengangguk setuju. "Ya udah," ucap Harin tersenyum.

Mereka pun menaiki mobil milik keluarga Harin dan dikendarai oleh Jaemin, tentu saja, karena Jaemin yang dari Airport langsung menuju rumah Harin untuk menjenguknya dan melepas rindu.

"Rin, nanti malam aku datang ya, kemungkinan sama bunda," ucap Jaemin setelah di depan rumah sakit dan Harin yang sudah berdiri tegak dengan kedua tongkat yang menyangga kakinya.

"Mmm." Harin mengangguk.

"Moga cepat sembuh, ya sayang," bisik Jaemin sangat mesra setelah mengecup dahi Harin lagi.

Wajah Harin merona karena malu, Jaemin melakukannya di depan Mamanya meski itu hanya kecupan ringan dan di dahi pula, tapi panggilan sayang yang membuat Harin malu.

"Harin, ayo." Harin terkesiap mendengar suara Soojung.
"Ngelamunin apa? Jaemin udah pergi."

"Ah nggak, Ma. Yuk." Harin pun mulai berjalan meski sangat pelan.

tbc

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang