Pulang

4.1K 284 15
                                        

Tiap malam aku bakal double up atau bahkan tripple up. Kalo gak update berarti part-nya lagi diketik ulang karena ada beberapa yang harus diubah.

Pulang sekolah selalu sore, apalagi ini ulangan akhir semester dan selalu Harin yang paling akhir keluar kelas. Gadis itu memberengutkan pipinya kesal, apa ia harus pulang jalan kaki, pikirnya. Hanya karena Nara yang kini sudah bebas untuk sekolah ataupun tidak, membuat Harin tidak lagi bisa nebeng di mobil Nara.

Hari sudah hampir petang dan Harin hanya bisa mematung berdiri di luar gerbang melihat cuaca yang sedikit buruk, mendung. Bus yang biasanya ia tumpangi sudah lewat.

Semua itu membuat Harin yang akhirnya mengingat masa lalu. Jaemin yang tak pernah membiarkannya jalan kaki dan kecapean apalagi kehujanan.

Harin tak mungkin meminta Jaemin menjemputnya, kan? Tersenyum sinis, Harin merindukannya, merindukan dibonceng Jaemin. Dulu ia adalah kesayangan Jaemin, dan nyatanya kesayangan Jaemin saat ini adalah Kim Nara.

Sempat terpikir di benak Harin untuk menghubungi Jeno, pacarnya. Namun ia urungkan, akhirnya ia lebih memilih untuk memesan taxi online.

Belum juga Harin meraih ponselnya, telinganya dibuat bising karena suara knalpot motor yang begitu nyaring.

Harin terkejut, motor itu menghampirinya dan berhenti tepat di depannya.

Jaemin dengan motor barunya? Pikir gadis itu.

Tak lama si pengendara membuka helm full facenya. Bukan main, Harin sangat terkejut dengan binar di matanya. Itu pacarnya, Jeno.

"Jeno? Gimana lo bisa tau gue butuh tumpangan?" tanya Harin dengan kontan, memandangi Jeno dari atas sampai bawah yang masih duduk di jok motornya itu.

Jeno sangat keren dengan motor seperti itu, Harin terpesona, ia pertama kali melihatnya.

Jeno hanya tersenyum, turun dari motor dan menghampiri. Ia menunjuk bibirnya tersenyum aneh. Apa maksudnya?

"Lo nggak mau cium pacar lo yang udah ngejemput lo ini, hm?" tanya Jeno dengan nada sedikit dibuat-buat.

Mendengar itu Harin memutar bola mata malas. "Ih kok gue bisa punya pacar mesum sih," gerutunya.

"Sayang, cepetan ...." Jeno menunjuk bibirnya lagi. Seperti anak kecil yang merengek pada ibunya, Harin ingin tertawa karena itu.

"Ih, gue gemes deh liat tampang pengin dicium gitu." Harin tertawa, sedikit menutup mulutnya dengan tangannya.

Setelah itu Harin melangkahkan kakinya dan berjinjit, meraih pundak Jeno dan terjadilah ... gadis itu mengecup pelan bibir Jeno, sangat pelan dan singkat karena Harin berpikir itu hanya hadiah kecil karena Jeno telah menjemputnya.

Ciuman ganas tak bisa dielakkan, apalagi untuk orang seperti Jeno. Jeno menarik tengkuk Harin dan semakin menjadi, tak peduli ia masih berada di lingkungan sekolah.

"Malam ini temenin gue, ya? Kangen," ucap Jeno selepas ciumannya terlepas dan menunjukkan smirknya.

"Ngapain? Ogah ah," balas Harin ketus, wajahnya seketika berubah judes. Jelas ogah, karena Harin tahu isi otak pacarnya itu.

"Yang, emang lo nggak kangen?" tanya Jeno berbisik sensual, tangannya dengan sengaja mengelus bokong padat Harin.

Jelas terlihat mereka sangat intim. Hanya mendengar bisikan Jeno saja sudah membuat Harin merinding dan lupa di mana mereka berada.

Titt~

Hingga suara klakson motor dan mobil terdengar, datang secara bersamaan dari arah berlawanan, membuat tubuh mereka yang awalnya menempel terlepas.

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang