Di Hari Itu

2.5K 166 8
                                    

Flashback on~

Hujan deras kembali mengguyur kota Seoul, hujan yang selalu turun secara tiba-tiba di musim panas ini. Semakin deras, seolah menelan suara tangis si pemuda yang kini ambruk terduduk dengan perasaan hancur. Gadisnya tengah berjuang seorang sendiri.

Pemuda itu kalang kabut, Harin kehilangan banyak darah dan membutuhkan donor darah secepat mungkin. Tangannya bergetar, pun lututnya yang tak bisa menyangga dan berdiri dengan tegak, takut terjadi yang tidak-tidak terhadap Harin.

Darahnya tidak cocok, ibu angkat Harin, Nara dan semuanya. Harapan satu-satunya adalah keluarga kandung Harin. Tapi, ini bukan waktu yang tepat untuk Jeno mencari mereka dengan secepat itu.

"Darah gue cocok sama Harin, dulu pernah donorin juga," ucap seorang pemuda tiba-tiba menghampiri, dia Na Jaemin menatap penuh keyakinan Jeno.

Semua yang mendengar itu merasa lega, harapan kini tertuju pada Jaemin. Jeno, dengan wajah sedikit cerah segera berdiri dan menepuk punggung Jaemin.

"Setelah ini lo tinggalin Harin selamanya. Gue nggak mau liat dia keluar air mata karena lo lagi." Jaemin berbisik penuh penekanan, tentu hanya Jeno yang mendengar.

Jeno mengeratkan giginya kuat, menatap tajam Jaemin dari ekor matanya. Ingin sekali dirinya menghajar Jaemin jika tidak ingat situasinya seperti apa.

"Ya udah cepat, Jaemin. Tunggu apa lagi, tolong Harin." Nara menarik Jaemin tak sabaran.

Jeno menghela napas lega, setidaknya Harin bisa tertolong. Dan yang akan dirinya lakukan sekarang adalah mencari keluarga Harin melalui kartu nama yang ia dapatkan.

"Gue pergi dulu ya, Ra," ucapnya pelan pada Nara, dan Nara hanya mengangguk saja.

Baru beberapa langkah kaki Jeno meninggalkan kerumunan, dirinya dikejutkan dengan orang-orang di depannya kini.

"Anda yang bernama Lee Jeno?" tanya salah seorang dari polisi.

"Ya," jawab Jeno yang masih terkejut.

"Anda ditahan, atas tuduhan pengedar obat-obatan terlarang," jelas sang polisi memasukkan tangan Jeno ke dalam borgol yang telah disiapkan.

Napas Jeno memburu, ia panik. "Tunggu, Pak. Sepertinya ada kesalahpahaman," ucapnya membela diri.

"Anda bisa menjelaskan semuanya di kantor nanti," jawab si polisi mulai menarik dan menggiring Jeno yang diborgol tersebut.

.

Sangat mengejutkan, tidak hanya Jeno yang ditahan. Tapi juga teman-temannya yang telah lebih dulu ditangkap. Jeno dinyatakan seorang pengedar, semua bukti mengarah padanya dan Jeno tidak bisa berkutik.

Seorang pengedar sebenarnya adalah Lucas, juga seorang pemakai beserta temannya yang lain yaitu Mark dan Haechan. Jeno tidak bisa berkutik karena dirinya mengetahui hal tersebut dan membiarkan club malamnya sebagai tempat bertransaksi teman-temannya, bahkan tak jarang sebagai tempat pesta gila mereka.

"Arghh." Pria bermarga Lee itu mengacak rambutnya kasar, ini memang yang ke sekian kalinya ia masuk penjara, setelah sebelumnya selalu ditangkap karena kenakalannya. Berbagai jenis kriminal pernah ia lakukan, bahkan demi kesenangan dan taruhan pria itu pernah mencuri.

Ia tak masalah jika harus masuk penjara lagi dan lagi, tapi kali ini, ia enggan karena seseorang. Jeno merasa seseorang tengah menunggunya, Harin yang tengah berjuang di rumah sakit. Juga janjinya kepada Harin harus ia tepati, mempertemukannya dengan orang tua kandungnya.

Air matanya menitik, Jeno menangis. Penyesalan itu datang, penyesalan tentang dirinya yang menyia-nyiakan hidupnya.

"Lo nangis? Ahaha ...." Haechan yang di sampingnya kini tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya menitikkan air mata.

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang