Tubuh tinggi semampai, dengan lekuk tubuh yang berisi terbalut dress hitam di atas lutut dan tanpa lengan, membuat Oh Harin tampak lebih dewasa dari usianya.
Keluar masuk club malam sudah biasa ia lakukan dan tak seorang pun yang menyadari usianya itu. Gadis berusia tujuh belas tahun itu tersenyum kecut di tengah remang-remang lampu yang terus berkelip berganti warna dan suara dentuman musik yang begitu memekakkan telinga.
Duduk dengan gelas berisi minuman. Meski hanya setengah gelas wine baru ia teguk tapi membuat ia tak sepenuhnya sadar.
Ia ingin melampiaskan amarahnya dan juga melupakan apa yang menimpanya hari ini. Soojung ibunya selalu mengomel dan marah padanya, selalu membandingkan dirinya dengan Nara, dan yang lebih menyakitkan ketika harus melihat Jaemin terus bermanja dan bermesraan dengan Nara.
"Segelas lagi," ucap Harin yang sudah mulai mabuk menyodorkan gelasnya pada Lucas, meminta untuk segera diisi.
"Lo lagi punya banyak masalah, ya?" Lucas menuangkan kembali wine itu ke gelas Harin. Gadis itu tak menjawab ia hanya bergumam tidak jelas dengan perasaan yang mungkin sudah ia rasakan lebih baik.
Secara tiba-tiba Haechan menghampiri. "Hai, Rin, gue punya barang nih. Barang ini lebih baik dan lebih ampuh dari pada wine yang lo teguk atau sekali pun vodka." Secara berbisik dan melihat ke sana sini Haechan mengatakannya.
"Lo yakin mau nawarin Harin?" tanya Lucas mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa nggak? Udah banyak juga kan cewek-cewek Jeno yang sebelumnya make barang ini?" Haechan tersenyum sinis dan dengan secara terang-terangan kini mengeluarkan barang haram itu, pil ekstasi.
Pil itu sudah pindah tangan ke tangan Harin. "Bisa seampuh itu?" tanyanya setengah bergumam karena efek wine sebelumnya.
"Coba dulu aja, ini bisa membantu." Haechan berbisik tepat di telinga Harin, dan diakhiri dengan mencolek dagu Harin.
"Gila lo, kalo Jeno marah gue nggak ikutan." Lucas mengangkat tangannya dengan cepat.
Haechan hanya tertawa di tengah remang-remang lampu.
"Haechan!" Itu suara Jeno. Jeno menatap tajam temannya itu, Harin hampir saja menelan pil itu.
"Gue nggak ikutan, Jen." Lucas dengan santainya bersuara dan kembali mengangkat kedua tangannya itu.
"Harin cewek baik-baik, dia nggak pantes pake barang ginian." Jeno membuang pil itu dan menginjaknya kasar.
"Ah, pil gue ...." Haechan menatap penuh penyesalan pil yang sudah tak berbentuk itu, bagaimana tidak, harga satu pil itu melebihi harga berbungkus-bungkus rokok yang selalu ia isap setiap hari.
"Kenapa juga lo kasih Harin minum." Jeno berdecak kesal dan mulai memapah Harin yang sudah mabuk berat itu.
Harin mulai melenguh di tengah perjalanan menuju ruang khusus di club tersebut.
"Lo jahat!" racau Harin tidak jelas.
"Lo jahat, Na Jaemin. Gue cinta sama lo, tapi kenapa malah jadian sama Kak Nara, hiks." Kali ini telinga Jeno menajam dengan langkah terhenti.
"Sakit, tau nggak, Na!" racaunya lagi dengan tangan memegangi lengan Jeno yang memapahnya.
Diam-diam tangan Jeno terkepal, kenapa ia marah? Jelas-jelas Jeno tidak serius menjadikan Harin pacar, jelas-jelas Jeno hanya menjadikan Harin mainannya seperti pada pacar-pacarnya sebelumnya. Apa karena Jeno belum sampai menjamah tubuh gadis ini lebih jauh?
Lelaki itu kembali melanjutkan langkahnya dan dengan hati-hati membaringkan tubuh Harin di atas ranjang. Ya, ruangan vip di club malam milik Jeno tersedia satu ranjang king size dengan ruangan terpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fanfiction🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]