MKI :17. Hukuman

1.2K 111 3
                                    

Sunyi sepi di temani terang bulan menambah kesan hangat pada malam hari ini.

Di sebuah taman, Mew duduk berdampingan dengan Gulf. Keduanya masih sama-sama diam, khususnya Mew yang bingung harus menjabarkan kesalahpahaman ini dari mana.

Gulf yang duduk di sampingnya tidak membiarkan Mew mendekatinya, duduk di setiap sudut kursi taman yang memiliki warna putih mencolok pada kegelapan di kala gelap gulita itu.

Gulf mendengus menoleh, Mew masih saja tidak bersuara. Membiarkan ia di gigit oleh nyamuk-nyamuk kecil penghisap darah.

"Kalo kakak diem aja, aku lebih baik pulang" tubuh mungilnya beringsut bangun siap melangkah melewati Mew namun sebuah tangan berurat telak menghentikan pergerakannya.

"Kana, tunggu dulu"

Otomatis Gulf kembali berpaling menoleh, menghentakkan kakinya

"Sekali lagi aku bilang. Namaku Gulf bukan Kana. Gulf, ge u el ef ------

....saya suka sama kamu" tiba-tiba saja Mew mengatakan itu, ia mendongak menilik wajah Gulf yang berubah memerah karena keterkejutannya.

Perlahan Mew membawa kedua tangannya untuk menggenggam tangan Gulf yang kini berubah dingin. Pria berbibir love itu masih diam tidak bergerak sama sekali.

Tidak percaya apa yang baru saja di dengarnya.

Mew bangkit memeluk tubuh Gulf yang membeku bagai di hantam badai keterkejutan, "Saya gatau rasa apa ini, selama saya di dekat kamu saya merasakan kehangatan. Apalagi saat liat senyum kamu, seolah pertahanan saya, hati dingin saya selama ini mencair karna senyum itu. Sebaliknya saat liat kamu nangis malam itu saya merasakan nyeri yang tak pernah saya rasakan sebelumnya. Saat kamu marah dan menghindari saya, saya frustasi dan merasa bersalah. Saya tidak mengerti, saya mencoba untuk mencari jawabannya tapi saya ga menemukannya. Satu hal yang saya sadari saat itu bahwa saya selalu pengen sama kamu terus. Kamu telah berhasil menghancurkan dinding tembok yang telah menutupi hati saya---"

Mew melepaskan pelukan itu, mengulurkan satu tangannya untuk menyentuh rahang kanan Gulf, sementara satu lainnya masih menggenggam sebelah tangan Gulf "Saya ga terlalu paham apa itu cinta, yang saya tau saya suka kamu___

__Jadi kamu bisa kan untuk tetap sama saya, tolong ajari saya menjadi seperti apa yang kamu mau. Saya terlalu bodoh untuk mencintai seseorang, tapi mungkin dengan adanya kamu di samping saya. Saya bisa mengerti bahwa cinta sesungguhnya yang saya inginkan hanyalah kamu"

Siapa pun tolong ingatkan Gulf untuk bersorak ria, lelaki yang ia idam-idamkan selama ini sekarang berdiri menggenggam tangannya dan mengutarakan perasaannya

Gulf benar-benar di buat kelu, semua ucapan, sikap lembut Mew padanya selama ini benar-benar menyihirnya menjadi seseorang yang bucin akan Mew.

Ini impiannya, siapa sangka impian yang selalu menjadi fatamorgana itu kini telah menjadi kenyataan.

Kenyataan yang mengharuskan ia memilih iya atau tidak 

Namun tiba-tiba di tengah kebahagiannya itu seolah petir menyambar memperlihatkan takdir yang telah di gariskan tuhan, Gulf tidak bisa menyakiti kakaknya

Grace mencintai Mew juga, Gulf tidak mampu mengatakan iya sementara disana kakaknya pasti terluka dengan kebersamaannya bersama Mew.

Air mata yang sudah menggelupuk di kelopak matanya turun perlahan, mengalir hingga terbenam di leher putihnya.

Gulf terisak, ia mulai sadar melepaskan cekalan tangan Mew yang seolah menyapu setiap jengkal kulitnya.

Gulf terisak kemudian menjawab dengan bibir yang bergetar "A-aku ga bisa"

Guruh pun terdengar menggelegar, seolah mengisyaratkan hati Mew yang kini hancur. Dan rintik-rintik air yang kian turun deras benar-benar mendukung suasana malam ini.

Alam pun seolah tidak merestui keputusan itu, keputusan Gulf yang membiarkan cinta pertama Mew patah untuknya.

Selama ini Mew yakin bahwa pria yang dia panggil dengan sebutan Kana itu mencintainya.

Namun air mata yang mengalir dan jawaban yang dikatakannya itu benar-benar membuat Mew bingung, bingung dengan apa yang terjadi

Seolah tidak sinkron dan membelakangi, menyembunyikan cinta dan luka yang sama-sama dalam

Apakah Kana masih marah atas kejadian malam itu? atau dia memang tidak mencintainya.

Ini cinta kedua Mew setelah Meccalyn, ibunya. Mew ingin sekali marah dan menangis menyalahkan tuhan kenapa menciptakan kata 'Tidak' di bumi yang seluas ini.

Tapi apakah di bumi yang seluas ini hanya kata 'Tidak' yang bisa Gulf katakan. Mew mulai membenci kata 'Tidak' mulai sekarang.

Mew tidak perlu alasan Gulf kenapa menolaknya, dia sungguh semakin membenci arti cinta sekarang.

Cinta yang Mew tau hanyalah cinta ibunya seorang, cinta sesosok wanita yang telah merawatnya sejak dalam kandungan hingga kini, esok dan nanti.

Mew tidak perlu kata apapun lagi, air matanya telah keluar sejak tadi tersamarkan oleh air hujan, langit pun menangis namun dalam diam Mew mencoba memalingkan wajahnya.

Sebelum ia samar-samar tersenyum tulus, mengusap kepala Gulf lembut kemudian pergi dan benar-benar meledak terisak seiring langkah lebarnya.

Gulf yang menyadari sisi dingin Mew telah berubah hangat dan lemah tersentak dan kaget, apalagi tanpa sepatah kata pun Mew meninggalkannya.

Gulf memandang Mew yang kian menjauh, ketara sekali pria itu sama hancur dengannya.

Ketika tubuh Mew mulai oleng dan kehilangan keseimbangan Gulf membulat sedikit bingung.

Tiba saatnya Mew terjatuh dan pingsan Gulf berteriak

"Kak Mew-!!!!" kemudian berlari sekuat tenaga membiarkan belanjaannya basah di guyur hujan.

Gulf terisak, rumput-rumput taman yang licin karna guyuran air hujan sungguh menyulitkannya. Tak sekali Gulf tersandung dan terjatuh lalu bangkit lagi.

Persetan

Gulf tidak bisa menghentikan perasaan ini.

Ia menginginkan Mew untuk tetap di sampingnya.

Usai langkah perlangkah Gulf kerahkan menerobos guyuran derasnya air yang tumpah dari langit. Gulf sampai di depan Mew, wajahnya tenggelam di atas rumput taman.

"Kak, kak Mew" Gulf berteriak tidak sabar, membuka jas yang membalut tubuhnya, beralih menyelimuti tubuh Mew. Membenamkan wajah Mew di dadanya. Membiarkan punggungnya tertimpah air hujan yang teramat deras.

"Kak, kak Mew bangun kak" lagi dan lagi Gulf berteriak. Tangannya yang bergetar menepuk-nepuk pipi Mew, mencoba untuk membuat wajah pucat itu terjaga.

Ini bukan seperti yang di harapkannya, Gulf semakin di buat merasa bersalah ketika wajah Mew semakin memucat. Bibir yang memutih serta kulit jari-jarinya yang mengekerut.

Ini tidak bisa di biarkan, Gulf bangkit sekuat tenaga memapah tubuh Mew meskipun sulit. Langkah perlangkah Gulf arungi dalam derasnya hukuman tuhan yang sejahat ini kepadanya hingga telapak kakinya berakhir di brankar rumah sakit.



To be continue.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang