MKI: 4. Benih-Benih Kenyamanan

1.5K 148 11
                                    

Pov: Gulf

Aku gugup, ku kira yang akan makan malam hanya kami berempat, tapi aku salah pria yang di sebut kakak oleh Necca itu kini ikut andil tergabung dengan kami. Astaga apa yang aku pikirkan aku benar-benar menjadi manusia paling bodoh sekarang. Tentu saja pria itu ikut makan malam dengan kami makanan yang aku santap sekarang bahkan hasil dari jerih payahnya.

Aku nyaris salah tingkah ketika kedua mata indah pria itu tak lepas menatapku. Apalagi aku yang berada tepat di depannya, seolah aku menjadi sasaran empuk om-om berkulit pucat ini.

"Oh iya kak, kakak tau ga. Gulf ini mantan aku loh, kita pacaran 3 tahun dan hampir ku kenalkan pada mommy papi"

Aku nyaris tersedak mie yang ku makan. Kenapa temanku ini begitu lantang, aku pikir ini tidak penting untuknya. Terlebih lagi hubungan kami saat ini sudah benar-benar berakhir.

"Kenapa nyaris? kenapa ga bener-bener di kenalin?" pria itu tampak biasa saja, ia masih asik menyendok nasi bercampur sayur. Terkadang sesekali tatapannya menatapku membuatku gugup tidak berani menatapnya kembali.

"Ya karna hubungan kita udah berakhir. Dan sekarang kita menjadi teman iyakan, Gulf?" Necca tersenyum lebar ke arahku di ikuti Max dan Tul yang menganggukan kepalanya.

"Kalo kak Mew ingin tau. Gulf juga sempat mengajak Necca kembali, namun adikmu bilang dia hanya ingin menghabiskan waktu dengan bersenang-senang tanpa pacaran" Tul menimpali.

"Oh jika begitu apa pacaran menurut kalian tidak menyenangkan?"

Skak Mat.

Spekulasinya kali ini membuat kami bungkam, aku dan Tul saling melirik sementara Max terlihat mencoba menelan makanannya tanpa tersedak.

"Mm bukan gitu kak. Kan sekolah udah mau lulus nih, jadi aku cuma mau seneng-seneng aja gitu sama temen. kalo pacaran tuh berdua terus jadi kurang seru lah" ucap Necca tanpa kikuk.

Kami bertiga mengangguk setuju, pria disana pun ikut mengangguk juga.

"Jadi apa yang membuatmu tertarik menjalin hubungan dengan adikku? ku kira kamu sudah di butakan oleh cinta. Tak bisakah kamu membuka matamu lebar-lebar, lihatlah tubuhnya yang tidak terurus, rambutnya lepek, pakaian ngasal. Aku kira kucing saja enggan mendekatinya"

"Kak!"

Pffffft

Max dan tul hampir saja tergelak, kalau saja pria ini tidak sedang bersama kami tentu keduanya akan berguling-guling mendengar lelucon yang berujung fakta .

"Kakak jangan body shaming. Aku gini-gini ada yang mau, dari pada kakak gak laku-laku" sergah Necca tak mau kalah.

"Banyak yang mau sama kakak. Cuma kakaknya yang ga mau sama mereka, kakak--"

"Kalo gitu mau ga sama Gulf, Gulf bilang dia udah lama suka sama kakak, Gulf orangnya baik kok ga macem-macem"

Aku sontak menoleh kepada wanita menyebalkan ini, aku ingin mengeluarkan kata-kata mutiaraku namun entah kenapa lidahku kelu untuk menyangkalnya. Aku tidak marah aku hanya merasa tak enak kepada kak Mew, aku tidak mau membuatnya risih.

"Betul kak, Gulf bilang katanya kakak ganteng. Tipe dia banget"

"Gapapa kalo kakak ga suka sama dia, dia bilang dia mau kok berjuang buat bikin kakak suka juga sama dia"

"Cukup Max, Tul. Kalian membuatnya malu"

Sentakan laki-laki dewasa itu membuat kami berempat beku, dia beranjak bangkit setelah menegak habis air putih kemudian berlalu dari hadapan kami.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang