MKI : 19. Seminar

1K 99 3
                                    

Dalam kegelapan berbalut sepi, pria muda yang bergumul saling menautkan kaki di bawah selimut mengerjap. Menyesuaikan cahaya yang masuk menelusup menembus retinanya.

Gulf, pria itu menggosok kedua matanya yang terasa berat untuk terjaga. Ingin sekali melanjutkan tidur yang baginya hanya kilatan cahaya, meskipun pria itu terlelap pada pukul 9 semalam.

Tubuhnya menunjukkan gelagat terkejut ketika sesosok besar datang menghampirinya dengan senampan makanan.

Pria itu tersenyum, kemeja putih yang di lengkapi dasi melingkar apik di lehernya menambah kesan maskulin pria berdarah campuran itu.

"Sudah bangun? saya lihat kamu tidur cukup nyenyak malam tadi" usai menyimpan sekotak makanan di atas laci nakas, Mew duduk di tepian tempat tidur menyaksikan Gulf yang masih terlihat gerogi di dekatnya. Padahal semalam pria itu merengek dalam tidurnya, meminta Mew untuk tidak melepaskan pelukan hangat yang di berikan Mew untuknya.

"Um, aku nyenyak. Tempat tidur kak Mew nyaman aku betah"

Mew terkekeh menyisir rambut Gulf yang berantakan, ia menyapu kedua kelopak mata Gulf yang agak membengkak. Mungkin efek dari tidur yang terlalu banyak.

"Nanti lanjut lagi tidurnya, sekarang mandi. Kamu sekolah kan?" ujarnya.

Gulf mengangguk, diam seperkian detik dan menyadari sesuatu "Eh kak Mew udah sembuh. Mau pergi ke kantor sekarang?"

"Um. Saya ga bisa ninggalin kerjaan lama-lama. Ada banyak meeting yang harus saya temui. Kamu gapapa kan saya tinggalin kerja?"

"Eh gapapa kak gapapa, aku____

___saya akan nyempetin waktu buat jemput kamu"

"Huh? gapapa kak aku bisa naik taksi ga perlu repot-repot___

___sama sekali ga ngerepotin"

"Tapi____

___Mau mandi sekarang atau sarapan dulu?"

Gulf melenguh pelan menyibak selimut kemudian bergegas bangkit "Tapi baju sekolah aku di rumah"

"Mandilah dulu"

Tidak ingin berdebat, Gulf berjalan ke kamar mandi. Kamar mandi yang menjadi saksi bisu Gulf menuangkan kekesalannya saat pertama kali bertemu Mew.

.

Bersama Necca, Tul dan Bright, Gulf bergabung. Setelah habis masa ujian,  sekolah mengadakan seminaran sehingga ada beberapa Universitas yang datang untuk mempromosikan kampus mereka.

"Dari banyaknya kampus yang tadi di bicarain, ga ada satu pun yang menarik minat gue untuk melanjutkan study" ujar Gulf pria itu duduk di tengah-tengah di antara Necca dan Tul.

"Kenapa ga tertarik, padahal ada banyak loh kampus unggul yang bisa menjadi cerminan kita untuk melanjutkan hidup buat ke depannya" Bright menjawab, di angguki Tul dan Necca yang sibuk mengoyak makanan. Sesekali tatapan Bright beralih menatap hazel tajam Necca yang membuat hatinya semakin bergetar mencintainya.

"Iya memang, tapi untuk masuk kesana butuh biaya yang bisa dibilang ngga sedikit kan, gue ga mampu. Kayanya mau kerja aja" ujar Gulf.

Necca yang semulanya sibuk dengan makanan mulai mengesampingkan makanan itu, menegak boba yang telah di pesannya kemudian berbicara.

"Minta aja duit ke kak Mew, suruh dia buat biayain lu sekolah" tentu Necca mengatakan itu bukan maksud untuk merendahkan Gulf sebagai teman sekaligus pacar kakaknya.

Untuk materi Necca tau betul jika kakaknya sangat mampu membiayai Gulf untuk masuk ke perguruan tinggi, itulah kenapa Necca mengajukan ide tersebut. Selain itu Necca paham bahwa Mew tidak akan semudah itu membiarkan Gulf untuk bekerja.

Necca lupa bahwa kedua temannya itu masih kabur tentang hubungan Mew dan Gulf yang sekarang sudah resmi menjadi seorang kekasih.

"Maksud lu kak Mew bakal suka rela ngebiayain Gulf untuk masuk kuliah? I'm sorry, tapi gue masih belum paham____

___kenapa? itu bukan hal yang sulit buat kakak gue, terlebih lagi sekarang mereka udah resmi pacaran. Jadi___

___WHAT!!! mereka pacaran?" entah kenapa baik Tul maupun Bright sama-sama berteriak terkejut.

Gulf yang tak mengerti bagaimana Necca enteng mengatakan itu hanya menggeleng, sementara sang empu tersenyum bodoh ke arahnya Memberikan wai beberapa kali sebagai tanda permintaan maaf.

"Ini maksudnya gimana sih kok gue agak masih bingung ya, kapan mereka deket?" kata Bright. Memang anak itu tidak tau menau mengenai hubungan antara kakak Necca dengan Gulf.

"Iya sekarang kita pacaran. Dan itu bukan berarti gue bisa seenaknya minta duit kek kak Mew. Apalagi minta di bayarin kuliah. Plis kita ga tau ke depannya bakalan kaya gimana, dan gue gamau ambil resiko. Gue mau kerja part time di salah satu cafe, lagian gue udah males sekolah. Mumet" jelas Gulf. Tul yang di sampingnya mengangguk tanda setuju

Bright pun menimpali "Beuh kalo gue ngomong begitu di depan bokap gue, udah di kelepak. Ga bisa gue begitu. Pokoknya harus lanjut sekolah gimana pun caranya"

"Tapi gue setuju sih sama idenya Gulf, gue nih ya sebagai anak yang bisa di bilang cuma tinggal sama ayah di pedesaan ga mau gue lanjut sekolah dengan keadaan hidup yang pas-pasan."

"Nah kan apa kata gue, meskipun gue masih ada kakak yang bisa ngebiayain gue ini itu. Tapi kan gue ga bisa bergantung ke dia terus-menerus, sedikit banyaknya gue juga butuh money untuk keperluan gue yang lain"

"Betul, apalagi semakin kesini zaman semakin modern. Apa-apa pake duit" sambung Tul.

Necca menimpali "Wey bacot terus, udah belum makannya. Ayo buruan masuk kelas ah nanti telat kita"

Ketiga pria itu pun beringsut bangkit, masuk ke aula untuk melanjutkan seminar yang tertunda karna kilatan istirahat

.

Jam hampir menunjukkan pukul 16.30 dan dua orang pria berjalan melewati lorong-lorong kelas yang tampak bersih.

"Sekolah lo luas juga ya ternyata, sampe gue di buat kelimpungan nyariin lo" Win. Pria itu datang untuk menjemput Max di karnakan hari sudah mulai sore. Yang Win tau sepupunya ini tidak pernah mempunyai teman, itulah kenapa dia datang.

"Yoi. Dari semua sekolah negeri yang ada di daerah sini, cuma sekolahan gue yang mendapat peringkat paling atas. Paling di kenal famous sama sekolah-sekolah lain. Tapi sayang ga lama lagi gue bakal lulus dari sekolah ini"

"Ya emang harusnya gitu, emang lu mau selama-lamanya diem disini. Dan ga ngejar impian lo?"

"Ya ga mau sih"

"Ya makanya jangan ngeluh ter___

Bugh

Belum sempat pembicaraannya selesai, Win di tabrak oleh seseorang dari depan.

"Anjir"

"Sorry, sorry ga sengaja___Elo?"

"Elo?"

Win dan Bright di pertemukan kembali dalam keadaan hal yang tidak pernah terduga. Kedua pria yang pernah saling sapa berakhir dengan berselisih paham hanya karena sekaleng minuman.

"Lo ngapain disini anjir?" Win protes tidak terima anak sekolah yang memberinya imbalan hanya dengan sekaleng minuman bersekolah di sekolahan yang elite seperti ini.

"Gue sekolah disini, lu ngapain disini?"

Belum sempat Win menjawab tiba-tiba Necca, Tul, dan Gulf datang bergerombol menabrak Bright dari belakang.

"Ini apaan si anjir, pake dorong-dorong"

"Si Necca tuh"

"Gulf????"

"Win????"

Tidak hanya Bright dan Win yang di pertemukan, untuk kedua kalinya Gulf bertemu dengan pria bergigi kelinci yang pernah menolongnya hari itu. Disini, di sekolah ini bersama Max  temannya.



To be continue.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang