MKI : 43. Malam pertama di hari pernikahan

1.2K 107 14
                                    

Di tengah-tengah temarannya malam yang sepi hanya di terangi segelintir cahaya dalam meja berlapis kayu bernamakan lampu tidur. Gulf duduk gelisah tidak nyaman, jantungnya berpacu lebih cepat serta memori yang selalu terbayang pada realita siang tadi ketika kakinya berdiri di atas altar seiring mulutnya yang lantang mengucapkan janji suci dengan di saksikan ribuan orang denga sorotan berbagai media internasional yang baginya yakin bahwa perjanjian sakral tersebut tidak hanya di saksikan oleh siapa yang hadir, melainkan orang di seluruh penjuru dunia.

"Saya Mew Suppasit Jongcheveevat bersumpah di depan keluarga dan semua orang yang menyaksikan bahwasanya saya akan selalu menyayangi, mencintai dan menjaga Gulf Kanawut Traipipattanapong dalam susah maupun senang dalam sehat maupun sakit dan dalam suka maupun duka. I love still, itu akan selalu terjadi. Don't change, Kana akan selalu menjadi alasan kenapa kakak mampu tersenyum saat ini. I love you so much my sweety"

"Sebagai seorang yang mencintaimu lebih dulu, saya Gulf Kanawut Traipipattanapong bersumpah di depan keluarga dan semua orang yang menyaksikan bahwasanya saya akan selalu menyayangi, mencintai dan menjaga Mew Suppasit Jongcheveevat dalam susah maupun senang dalam sehat maupun sakit dan dalam suka maupun duka. Tidak banyak yang Kana katakan hanya tetaplah seperti ini, tetaplah menjadi Kak Mew yang akan selalu Kana cintai sejak awal. Thanks for all"

Kata perkata di lafalkan sorakan dan tangisan bercampur menjadi sebuah suasana yang haru mengundang siapa saya yang melihatnya ikut meneteskan air suci tanda bahwa apa yang mereka saksikan sungguh sangatlah mengharukan

Terhanyut, terenyuh mengingat awalnya cinta mereka terjalang oleh kenyataan, orangtua dan ujian-ujian yang menarik mereka sampai ke titik ini. Titik bukit kebahagiaan yang bernamakan pernikahan.

Sepuluh jari-jari lentiknya saling meremat menguatkan mencoba tenang, bahwa kenyataan telah menjadikan ia seorang istri dari ceo terkenal seantero dunia Mew Suppasit Jongcheveevat

Ketika decitan pintu terdengar mata indahnya sontak membulat, jantungnya semakin berpacu lebih dan lebih cepat. Ini bukan pertama kalinya, tapi entah kenapa suasana saat ini berbeda seolah menggiring pada atmosfir yang lebih sensual.

"Sayang belum tidur?" pertanyaan itu seakan menjadi renungan sekarang. Apa? Apa sesingkat itu mereka menghabiskan malam pertama? Tidak, ini tidak seperti yang Gulf baca di cerita-cerita novel pada umumnya.

"Sayang?"

"Um?"

Gulf spontan menjawab dan mendongak ketika bariton sexy Mew bertanya lagi. Entah kenapa tapi semua tingkah Gulf malam ini tampak berbeda.

"Kamu kenapa sih dari tadi melamun terus? Mau ngewe?"

"Kak Mew-!" sergah Gulf mendorong Mew yang justru tersenyum menggodanya dengan kata-kata tersebut.

"Ya habisnya kamu diam terus dari tadi. Lagi mikirin apa um?" tangan besarnya terulur mengusap rahang putih Gulf menyapu merasakan betap lembutnya kulit itu.

"Aku__bisa ngga kita tidak melakukannya sekarang?" bibir Gulf bergetar hingga menghasilkan suara yang agak terbata di telinga Mew.

"Why? Kasih tau aku alesannya?"

Gulf menunduk spontan, jari-jarinya meremat piyama biru yang sama persis dengan yang di pakai Mew kini "Aku malu" ujarnya hampir tidak terdengar.

Mew nyaris tergelak menutup mulutnya hal itu mengundang tatapan tajam dari Gulf bersama bibir yang di kerucutkan ke depan "Kok ketawa?"

Mew geleng-geleng kepala, ia membawa tubuh Gulf untuk naik duduk di atas pahanya, setiap helai rambut yang menghalangi wajah imut Gulf ia singkirkan. "Kenapa malu? Aku udah liat semuanya dan itu benar-benar indah"

"Ck kak__

____kata mommy ngga boleh bilang kakak lagi. Panggilnya mas sama Kana" sahut Mew memberikan satu sentuhan lembut pada hidung mancung Gulf.

"Mas disini ada bayinya, pelan-pelan ya" Gulf menjawab dengan sebelah tangan ia sentuhkan pada perutnya yang mulai sedikit buncit.

"Jadi mas boleh?"

Hampir sebulan setelah keduanya mengetahui bahwa Gulf sedang mengandung dan selama itu pula mereka tidak melakukannya. Beruntung permintaan Gulf masih wajar-wajar saja tidak seperti orang hamil lainnya yang banyak meminta permintaan aneh tapi itu hanya untuk saat ini entah bagaimana nanti. Mengingat orang hamil moodnya berubah-ubah.

Dalam diam Gulf mengangguk, kedua hazel hitamnya selalu mencari celah ke setiap sudut ruangan. Tidak mampu jika harus beradu dan bertegur sapa dengan Mew.

Mew memantapkan kepala Gulf untuk menatapnya, bibir itu ia sentuh lembut menyapu hingga ke leher. Setiap sentuhan itu mampu membuat Gulf terhanyut sehingga kedua indra penglihatannya terkatup lembut.

"Cantik" satu kalimat yang bermakna menarik simpati, baritonnya yang berat mampu mengalihkan kedua lengan si paling muda untuk melingkari lehernya.

Mew membawa satu kali terikan tengkuk Gulf agar wajah mereka semakin mengikis jarak hingga sang empu spontan terjaga membuka mulutnya meminta di lahap meskipun yang lebih tua masih belum melabuhkan ciuman bersama lumatan-lumatan tersebut.

"Tadi gamau?" suaranya lembut menyelirih seiring bibirnya yang di sungging menggoda kekasih yang lebih muda di banding dengannya.

"Mau. Tapi pelan-pelan"

"Beneran?"

"Iyaaa mas"

Si tinggi tergelak kemudian tanpa di komandi tubuh Gulf ia pangku dan agak di lemparkan. Beruntung tidak mengenai perutnya.

Mew mengukung tubuh Gulf mengapit tubuh dengan kedua pahanya, badan kokohnya di topang oleh si tangan yang berurat besar. Sebelum akhinya labium cinta itu bersentuhan menikmati kekenyalan satu sama lain.

Tidak sampai disitu, lidah mereka yang gesit bergerak terlesip kesana-kemari. Mengecap dan merasakan liur satu sama lain. Tidak ada rasa jijik disana hanya ada nafsu cinta yang saling merajut memuaskan diri satu sama lain.

Kecapan indah itu menghantarkan indra peraba mereka untuk menyentuh tubuh satu lain. Ketika jari-jari Mew menyapu nipple pink simuda, sang empu mendongak mengerang. Oh my god, dia sesensitif itu sekarang.

"Aaahh mmhh babe nghh"

Telinganya seolah telah terpasang earphone dan volume penuh, jeritan erangan itu tidak di hiraukan. Yang terpenting sekarang bagaimana desahan itu semakin melengking mengundang tubuhnya untuk melakukan yang lebih 

"Masssh nghhh"

"Umhhh?"





To be continue

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang