MKI: 1. Permulaan

2K 166 7
                                    

Pov: Necca

Aku terbangun dari lelapnya tidurku. Sial, jam weker yang berada tidak jauh dari samping tempat tidurku berbunyi bising memekakan telinga. Di tambah lagi gedoran pintu yang berasal dari luar begitu menggema hingga terdengar sampai seluruh kota Bangkok.

"Astaga kak berisik. Necca udah bangun stop gedor-gedor pintu" aku menggurutu menyibak selimut, kenapa si tua ini sangat keras kepala. Ku bilang berhenti memukul pintu tapi yang dia lakukan justru malah semakin kuat menggedornya. Aku heran ku pikir lengannya terbuat dari semen tiga roda. Kokoh dan terpercaya.

Aku turun dari tempat tidur empukku berjalan membuka pintu, sejujurnya aku malas melihat wajah ini setiap hari. Tapi karena aku memiliki sesuatu hal yang ingin ku katakan pada si galak itu, jadi aku berusaha menahan kekesalan ini.

Ceklek

Suara pintu ku buka memunculkan wajah dingin yang ingin ku bakar agar terlihat hangat.

"Pagi kak" sapaku

"Pagi, cepat mandi. Siap-siap sekolah. Kakak ada meeting hari ini" aku melihat kakakku menggulung lengan kemeja putihnya. Okey terlihat maskulin. Tapi kenapa aku ingin menonjok wajahnya yang bahkan tanpa ekspresi itu.

"Oke" jawabku singkat. Lalu aku kembali masuk ke kamarku penuh perasaan dongkol. Aku tidak mengerti dengan diriku ini, kakakku jelas tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa aku selalu ingin menghabisinya. Wajahnya menjengkelkan.

Shit

Umpatan pertama yang terlontar pagi ini, kalian lihatkan. Begitu dinginnya sosok si galak itu. Aku yakin jika kalian melihatnya secara langsung pasti timbul rasa ingin menonjok wajahnya.

Teringat satu kata meeting segera aku bergegas cepat-cepat ke kamar mandi. Membersihkan tubuhku. Biasanya aku tidak mandi jika pergi ke sekolah. Dingin dan malas dua alasan yang tak perlu di perdebatkan lagi. Namun karena hari ini adalah hari pertamaku menjadi kakak tingkat. Tentunya aku harus terlihat cantik, meskipun tidak mandi juga aku sudah cantik hahaha.

****

Tubuhku sudah harum mewangi, rambutku sudah aku curly, aku sudah siap dengan setelan seragam yang menempel di tubuhku.

Dan kini aku menuruni tangga menghampiri kakakku yang entah sejak kapan menatapku.

Tatapan itu tidak pernah berpaling hingga saat aku duduk di depannya kakakku kembali berbicara khas datarnya.

"Cepat makan"

"Um" Dehemku.

Aku sudah biasa melihat kakakku yang seperti ini, jadi aku menanggapinya dengan santai dan mulai menyantap nasi goreng buatan Lilly kepala maid di rumahku.

"Kak jadi gimana? mau ga aku jodohin" Aku berbicara spontan. Kakaku tidak terkejut karena beberapa hari yang lalu aku sudah membicarakan tentang ini dengannya.

"Ga mau dan ga tertarik" Kalian mendengarnya? hsss-! Ku pikir kakakku tidak normal. Bahkan si galak ini berbicara tanpa melihatku.

"Jangan ngomong gitu. Inget loh mommy udah tua. Mommy pengen kakak nikah. Seengganya deketin kek seseorang. Jangan kerja mulu"

"Kalo kakak ga kerja mau makan apa kamu?" menyebalkan bukan. Aku heran dengan si tua ini, apasih yang ia cari selama bertahun-tahun menghabiskan waktu hanya dengan bekerja.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang