MKI : 28. Jalan hidup kakak beradik

864 99 4
                                    

Kakak beradik di sebuah kamar menjelang tidur, Grace Nattarika Traipipattanapong duduk berselonjor di atas kasur bersama adiknya yang berumur 7 tahun

"Cerita kita berakhir sampai disini___

___apa nasihat yang dede dapet dari apa yang barusan kakak bacain"

Gulf Kanawut adiknya tampak berpikir ia menyimpan jari telunjuknya menyentuh dagu mengira-ngira apa pesan yang bisa ia petik dari cerita malam ini

"Sebagai saudara kita harus saling tolong menolong, saling menjaga dan menyayangi"

Di sampingnya Grace tersenyum menyentil hidung mancung adiknya "Betul. Sama kaya kita, baik sekarang atau pun nanti ingatlah kalau kakak akan selalu jagain kamu. Ngerawat kamu, ngga peduli sebesar apapun masalah yang kita hadapi. Kakak akan selalu berjuang untuk bahagiain kamu"

"Um. Makasih aku juga sayang sama kakak, ngga mau jauh-jauh dari kakak"

Grace tersenyum mengusap pucuk surai Gulf yang menghalangi dahi lebarnya untuk di kecup

"Sekarang dede tidur ya. Udah malem, besok harus sekolah"

Anak kecil itu mengangguk melemparkan senyum, sebelum akhirnya lampu di padamkan dan dia mulai tidur 

Begitulah rutinitas setiap malam mereka menjelang tidur. Gulf anak manis itu akan merengek meminta di bacakan sebuah cerita pendek oleh sang kakak. Hanya Grace, hanya dia yang bisa ia andalkan terlepas dari kedua orang tuanya yang sibuk satu sama lain

Tapi sekarang semuanya telah berubah, seiring berjalannya waktu mereka terpisah. Tidak hanya tempat tinggal bahkan hanya untuk saling mengirim pesan saja seolah mereka tidak memiliki ruang untuk menyempatkan waktu

Di bawah sinar matahari yang terik Grace berdiri menunggu kepulangan Gulf pulang sekolah. Di depan gerbang ini sudah jam 3 ia menunggu Gulf yang tak kunjung pulang

Kejadian semalam membuat Grace berpikir bahwa ia tidak seharusnya seperti ini, walau bagaimana pun janji untuk saling menjaga komunikasi antar saudara harus mereka tunaikan

Hanya Gulf satu-satunya yang Grace punya kini

Seorang security berbedan gemuk menghampirinya, merasa iba melihat bagaimana Grace kelelahan menunggu selama itu

"Maaf mba, lagi menunggu siapa ya? saya liat-liat mba dari tadi berdiri aja disini. Sampe 3 jam loh"

Grace berpaling merubah atensinya, agak menunduk memberikan wai kemudian tersenyum menjawab "Nunggu adik pak"

"Kenapa ngga di samperin aja. Mba bisa ke ruang guru untuk meminta izin"

"Gapapa pak, saya ga enak kalo harus gangguin adik saya belajar"

Security itu pun mengangguk, sepersekian detik kembali berbicara "Saya ga asing melihat mba, mirip anak cowo yang manis itu. Kalo ga salah namanya Gulf Kanawut deh"

"Oh kebetulan saya memang kakaknya pak" balas Grace, pria paruh baya itu pun mengangguk dengan mata berbinar.

"Oalah, kakaknya toh, pantes aja. Kakak sama adik sama-sama cakep ya"

"Haha bapak bisa aja"

15 menit setelah percakapan tersebut akhirnya yang di tunggu-tunggu pun tiba, tapi ada yang beda dari anak itu. Wajahnya tampak murung, bibirnya kering pecah-pecah serta bulatan hitam yang melingkar di bawah matanya terlihat jelas. Tak pernah Grace mendapati Gulf seputus asa ini.

"Pulang bareng kakak yuk"

......

Di dalam keheningan di dalam mobil, Grace menoleh ke samping pada adiknya yang hanya diam tanpa suara.

Rasa sesak begitu menyelimuti hatinya, mereka yang sejak kecil akrab tak terpisahkan kini menjadi asing tanpa percakapan bahkan untuk menanyakan kabar satu sama lain.

"Dede, maafin kakak____" Grace membuka suara, semakin dia berada dalam kesunyian semakin besar luka itu. Dan rasa bersalah itu tak pernah kunjung hilang

"Maafin kakak udah nyakitin kamu lagi, kakak ngga tau harus ngapain. Kakak frustasi me___

____lebih baik kita ngga saling bicara dulu untuk sekarang. Aku pengen sendiri, aku lagi ngga mau ketemu sama orang__

Kedua manik mata Gulf berpindah ke samping, kepalanya bersandar pada kaca mobil

___khususnya kak Grace" lanjutnya. Sebelum akhirnya kembali diam tidak menghiraukan Grace yang di rundung rasa sesak. Nafasnya benar-benar tercekat, tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun untuk menghakimi Gulf.

Itu memang benar, Grace pantas mendapatkan balasan yang setimpal atas kelakuannya. Saking pedulinya Grace pada perasaan Gulf sampai ia lupa, tidak hanya Gulf yang sakit ada juga hati yang selama ini terluka ia relakan untuk tergores demi sang adik.

Tetapi biarlah hanya dia yang tau, hanya dia yang merasakan. Selama Gulf masih menjadi alasan ia untuk hidup, Grace akan tetap berusaha memperbaiki garis takdir yang di tuliskan untuknya meskipun rumit.

"De, kakak gatau kakak harus ngomong apa. Kakak cuma bisa minta maaf dan ngasih tau kamu kalo pak Mew ngelakuin ini demi kamu, dia sayang banget sama kamu. Mungkin caranya memang salah tapi cuma ini jalan satu-satunya yang___

____AKU BILANG AKU GA MAU BICARA SAMA KAK GRACE. Stop bahas soal semalem, aku ga mau semakin banyak kak Grace ngomong semakin aku benci ngeliat kakak"

Deburan ombak yang dingin menyeret tubuh rapuh Grace, kata-kata itu menusuk tepat mengenai titik lemah di hatinya. Tidak hanya itu, air mata yang selama ini ia tahan-tahan agar tidak tumpah kini pecah juga.

Mendengar bagaimana kata 'benci' itu terlontar dari mulut manis sang adik, membuatnya seperti terpelanting dari atas roller coaster dan mendarat pada hamparan duri

Tidak bisa di bayangkan semenyakitkan apa itu

Melihat dari cara bicaranya saja seolah tidak ada lagi rasa tenggang rasa itu, seperti lupa bahwa mereka telah berjanji untuk saling menyayangi

"Aku mau turun disini"

Ikatan persaudaraan itu hancur hanya karena satu laki-laki yang bahkan tidak tau hatinya untuk siapa

"AKU MAU TURUN DISINI" suara Gulf yang terkesan memerintah membuyarkan lamunan Grace, kakinya replek menginjak pedal rem.

Tidak ada kata-kata yang bisa Grace keluarkan untuk menghentikan bagaimana keras kepala saudara kandungannya itu.

Siapa pun tidak ada yang bisa menghentikannya, kecuali ayah mereka.

"Jangan panggil aku dede lagi" Kata-kata terakhir Gulf sebelum pintu mobil di banting.

Tangis Grace pecah seketika mendegar itu. Nada tinggi yang tak pernah ia dapatkan dari Gulf kecilnya yang dulu lugu kini mengalun menyayat kalbu.

Untuk senyum pun, Grace tak mampu lagi. Bahunya bergetar menahan ribuan beban yang di timpahkan tuhan padanya, tak mampu lagi dengan semua ini.

Tuhan telah menghukumnya

Menghukum dirinya yang tak mampu mengatakan tidak atas permintaan Mew. Semua sudah terjadi, adik yang selama ini ia cintai telah membencinya.

Tidak ada lagi masa itu, masa dimana mereka tertawa bersama menghabiskan malam dengan sejudul cerita pendek. Yang bisa di lakukan Grace sekarang hanyalah meratapi bagaimana kisah hidupnya yang pilu penuh lika-liku.

To be continue 

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang