MKI : 25. Rencana

830 99 10
                                    

Setelah mengetahui bagaimana perasaan Tul padanya, Max beberapa bulan terakhir tampak pendiam.

Pria itu tidak minum atau pergi keluar seperti biasanya. Karena sekarang di rumahnya terdapat Metawin sang sepupu, Max lebih memilih untuk tinggal.

Tidak banyak yang di lakukannya, hanya menonton series, tidur atau pun bermain game.

Metawin yang mengetahui hal itu, hanya bisa geleng-geleng kepala. Max telah bercerita banyak tentang apa yang terjadi sejauh ini pikirannya masih berkecamuk rumit.

Mencari jawaban dari apa yang telah sahabatnya itu rasakan selama masa persahabatan mereka terjalin.

"Woy Max diem-diem aja si. Keluar ayo"  Win menepuk bahu Max yang sejak tadi duduk di pinggiran kolam, menenggelamkan kakinya sebatas betis merasakan bagaimana rasa dingin itu menyentuh kakinya.

"So asik banget lo" jawab Max.

Hal itu sering terjadi di antara mereka, meskipun usia Max lebih muda dari Win tapi keduanya tidak pernah merasa canggung atau pun kaku, tidak jaramg mereka sering beradu jotos dan saling memaki.

"Apaansi lo gua ajak seneng-seneng gamau" Win menoyor kepala belakang Max dan ikut duduk di sampingnya. Sementara sang empu merespon dengan mengepalkan tangannya siap menonjok pria bergigi kelinci itu.

"So soan seneng-seneng punya cewe aja kaga"

Win tertawa di dalam air kakinya menendang sebelah kaki Max "Haha ngaca lo, mending gua ga punya cewe tapi banyak duit. Lah elo?" di iringi tertawaan, itu hanya bercanda. Max sudah biasa dengan tutur kata Win yang senantiasa menyombongkan bagaimana kekayaannya itu.

Max tidak merasa terpojok sama sekali.

"Gua masih bingung sama perasaan gua" ujar Max, atmosfer disana tiba-tiba berubah menjadi serius tat kala setiap obrolan mereka berlangsung.

"Bingung terus ga asik. Lagian gua yakin temen lo yang namanya Tul Tul itu bakal maklum sama respon lo kemarin, ya maksudnya siapa yang ga kaget 3 tahun temenan tiba-tiba berakhir dengan rasa suka"

"Tapi gua bukan gay Win, i'm not gay. Gua ga mau nama gue di kenal jelek sama orang-orang"

"Alah bacotan kaya gitu di dengerin. Nih ya selama lo makan ga minta sama mereka, selama lo hidup bukan buat mereka. Santay aja kali. Hidup-hidup lo, uang-uang lo kenapa lo harus repot dengerin bacotan sampah kaya gitu. Lagian ya di keluarga kita tuh ga ada yang peduli ama hal-hal kuno kaya gitu, mau lo gay, mau lo pacaran sama monyet, sekali pun lo nikah sama hantu ngga ada yang peduli ngga ada. Intinya lo bahagia, lo seneng itu cukup buat mereka"

"Iya si bener, tapi gua kaya belum siap gitu. Gua ga ngerti sama perasaan gua, di lain sisi gua kangen sama tuh orang. Kangen sama Necca sama Gulf, kangen nongkrong kaya dulu lagi. Tapi di lain sisi gua ga bisa bersikap seolah gua ngga ada apa-apa sama Tul, jujur waktu itu pas gua bentak dia gua  marah sama diri gua sendiri. Entah kenapa gua juga sakit liat dia nyaris nangis karna gua"

"Ya waktu itu lo belum bisa nerima perasaan Tul sepenuhnya. Wajar lo kaget, selama hidup lo selalu pacaran sama cewe kan ya, terus tiba-tiba lo tau perasaan temen cowo lo. Gua juga kalo jadi lo kayanya bakalan kaget sih"

"Nah makanya kan, gua bingung anjir harus ngapain. Gua masih ga enak hati kalo ketemu Tul"

"Yauda samperin aja sana ke rumahnya"

Max melotot tidak percaya, itu ide yang buruk. Win yang paham dengan keterjutan Max mengacak surainya

"Gua tau lo kaget, tapi kalo lo gini terus kapan masalahnya akan kelar. Di antara lo atau pun dia ga ada yang mau ngalah, yauda mending lo ngalah deh Max. Inget jangan sampe nanti Tul keburu di gondol orang lo baru sadar kalo dia ternyata penting buat lo"

Max tampak diam, itu benar apa yang di katakan sepupunya, selama mereka tidak saling bertemu satu sama lain dua bulan terakhir. Max selalu merindukannya, Max selalu merindukan bagaimana Tul mengomel ketika ia mengobrak-abrik kamar apartemennya, Max selalu merindukan perdebatan kecil di antara dia dengan Max karena pria itu sering kali dekat dengan Necca.

Max merindukan semuanya.

Win melihat bagaimana Max terpaut dengan pikirannya, itu bagus setidaknya setiap ucapannya mampu mengalihkan pikiran Max untuk memilih apa yang baik untuknya 

Win menepuk bahu kokok Max ia berbicara "Kalo gitu gue keluar dulu deh, bosen di rumah liat muka lo jelek" ujarnya kemudian bangkit di iringi tertawaan.

Max yang telah sadar melempar Win dengan kaleng beer yang sempat menemani kesendiriannya. "Sialan sepupu laknat"

Sementara itu di sebuah restoran Mew duduk berhadapan dengan seseorang yang pernah menjadi sekretarisnya. Pembicaraan mereka tampak serius.

"Maaf Mew saya ga bisa" Grace marah pada mantan bosnya, setelah persandiwaraan itu terjadi sekarang pria yang di julukinya monters itu kembali memintanya untuk melanjutkan kepura-puraan itu

"Natt, saya mohon ini jalan satu-satunya. Hanya satu minggu, tolong beri saya waktu untuk berbicara kepada Mommy dan Kana"

"Tapi saya ga bisa Mew, Gulf adik saya. Saya ga mau dia terluka untuk yang kedua kalinya karena saya, Gulf mencintai kamu"

"Karna itu lah, tolong. Saya juga mencintai Kana, saya terpaksa melakukan ini. Please Nat hanya satu minggu, selesai itu saya akan beresin semuanya. Ini demi Kana___

___tidak. Itu demi kamu seorang Mew, kamu egois kamu gamau liat ibu kamu kecewa dengan melukai Gulf, Gulf sangat mencintai kamu saya tau. Maka dari itu saya rela mengorbankan perasaan saya demi Gulf, demi adik saya"

"Oke, sorry. Saya tau saya salah, tapi saya gatau lagi harus melakukan apa? apa saya harus memutuskan hubungan dengan Kana dan pacaran sama kamu? kamu tau semuanya cukup rumit. Tolong saya"

Grace tampak diam ini benar, semuanya tampak runyam. Entah Grace harus menjabarkannya seperti apa, baik Meccalyn atau pun Gulf keduanya akan terluka. Belum lagi perasaannya yang tidak sepenuhnya hilang.

Grace kembali memikirkan adakah cara lain untuk menyelesaikan masalah ini namun ia tidak menemukannya.

Dari sekian banyak kemelut cara yang Gulf pikirkan pada akhirnya inilah cara satu-satunya. Grace harus membantu Mew.

"Oke. Hanya seminggu, hanya seminggu saya membantu kamu"

"Baik. Itu artinya kamu besok harus ikut saya ke rumah, Mommy dan Papi ingin bertemu"

Grace lagi dan lagi di buat terkejut. Omg bahkan wanita itu belum menarik nafas lega, tapi pria di depannya itu seolah tidak membiarkannya hidup.

"Kamu terkejut?" pertanyaan bodoh apa yang Mew lontarkan, tentu Grace terkejut.

Astag benar-benar merepotkan.

"Mew, bagaimana kalau besok kita pura-pura saling diam lalu bertengkar di depan tante dan om. Aku memutuskanmu dan kita akan selesai"

Mew mengerutkan keningnya tidak yakin ia menjawab "Kamu yakin itu ide yang bagus?"

"Um. Sepertinya, lagi pula aku enggan terlibat denganmu lebih lama"

Mew merespon dengan putaran mata, setelah mengundurkan diri sebagai karyawannya Grace sekarang tampak berani memerintahnya.

Tapi apakah ada pilihan lain? Itu yang terbaik saat ini.

"Baik, besok saya akan jemput kamu pulang dari kantor. Persiapkan dirimu"

Grace hanya melengos melihat tingkah pria di depannya masih saja belum berubah, selalu saja memerintahnya. Setelah nanti Mew telah resmi menyandang status sebagai suami dari sang adik Grace berjanji akan membalaskan dendam itu.




To be continue.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang