MKI : 26. Rumah pemberi luka

839 107 13
                                    

Kemarin Gulf meminjam buku catatan kimia dari Necca, itu membuatnya sedikit kelimpungan mengerjakan catatan yang entah berapa kali pertemuan selalu ia tinggalkan.

Dan sekarang dia berdiri di tepi jalan menunggu sebuah taxi untuk mengembalikan buku tersebut.

Bodoh

Padahal besok pagi pun ia masih bisa mengembalikannya, tapi karena terlanjur ya sudah. Ia lebih memilih untuk mengembalikannya sekarang, sekaligus menemui sang pacar yang 2 hari ini tidak memberinya kabar sama sekali. Entah kenapa tapi Gulf pikir mungkin Mew terlalu sibuk dengan beberapa pekerjaannya.

Sudah jam 7 malam kendaraan yang di tunggu-tunggu tidak kunjung datang, lelah Gulf berdiri selama 15 menit di tepi jalan.

Ketika kepalanya menengok ke kiri dan matanya menyipit karena cahaya lampu mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya.

Gulf terkejut mendapati Win tersenyum membuka kaca mobil.

"Gulf? Ngapain? Nunggu orang?" Win bertanya melihat raut wajah Gulf yang tampak bete.

Gulf menggeleng "Nunggu taxi"

"Emang mau kemana?"

Gulf memperlihatkan satu buku tebal di tangannya, menjawab. "Ke rumah Necca ngembaliin buku"

"Yauda ikut gue yuk. Gue anter"

Gulf menggeleng lagi tanda tidak enak "Gapapa, aku bisa nunggu ko. Paling kalo taxinya ga ada aku bisa pulang"

Win tersenyum membuka seatbelt yang melingkar diantara bahu ke perut, membuka pintu mobil menarik tangan Gulf dan membawanya ke sebrang. Ke kursi di samping kursi kemudi.

"Udah gapapa, ikut aja. Gue ga mau nyulik lo kok" ujar Win di selingi kekehan, kemudian kembali ke kursi kemudi.

Tak ayal membantu Gulf memakai seatbeltnya. Sementara yang di perlakukan baik itu hanya diam, tanpa berkata-kata. 

Di sepanjang jalan Win menceritakan beberapa hal konyol yang pernah ia alami, gombalan dan candaan Win lontarkan sampai mampu membuat Gulf tersipu malu.

Gulf seperti lupa bahwa beberapa menit yang lalu ia tengah di rundung rasa kesal, dan kekesalan itu seketika hilang ketika ia mendengar bagaimana Win antusias menghiburnya.

Tidak hanya Win, Gulf pun menceritakan bagaimana awal mula ia menjadi seorang Fudan. Pencinta series Bl.

"Beneran? Gue ga pernah nonton sih, tapi gue pernah denger tuh yang Sarawat-Tine itu. Mereka tuh kayanya cinlok gitu kan? denger dari beberapa sumber mereka tuh gagal lowkey mulu" katanya Win pandangannya tetap fokus ke depan, sesekali menoleh ke samping melihat Gulf yang tampak senang dengan pembicaraan ini 

"Lo ga pernah nonton? Tapi lo tau kalo mereka gagal lowkey?" balas Gulf hal itu sukses membuat Win tertawa.

"Iya. Soalnya gue rada kepo, banyak yang bilang kalo gue mirip ama si Tine Tine itu. Tentu gue pede, di miripin ama yang ganteng begitu woy" balas Win.

Lagi keduanya tertawa terbahak-bahak menghabiskan perjalanan mereka dengan berbagai candaan lucu nan receh.

Sesampainya di rumah Necca, Gulf melihat jelas bagaimana mobil Mew terpakir apik di garasi. Ia menduga kekasihnya pasti sudah pulang dari kantor.

"Win mampir ga?" Gulf mengajak, Win tidak langsung menjawab ia tampak berpikir detik berikutnya mengangguk

"Oke deh" balasnya.

Satu kali bel di tekan seorang maid muncul tersenyum ramah, maid itu berjalan terlebih dahulu menunjukkan jalan.

Ketika sampai di sebuah ruangan dengan dinding yang di dominasi cat warna abu-abu gelap, Gulf bagai di sambar petir.

Bibirnya yang sedari awal tersungging manis menantikan pelukan dari sang kekasih kini melengkung ke bawah. Jika ia seorang anak kecil mungkin sudah berteriak menangis.

Bagaimana tidak menangis? Saat ini ia mendapati Mew duduk berdampingan dengan Grace di sofa yang sama, tangan besar yang dua hari ke belakang memberikan kenikmatan untuknya kini teralih mengelus lembut sudut bibir Grace.

Bahkan keduanya sama-sama menikmati momen indah ini.

Dunianya seolah berhenti berputar, luka yang belum sepenuhnya pulih itu kini kembali terasa, bahkan seperti tercucuri dengan air garam yang semakin dia biarkan kian membusuk.

"Maaf Tuan Mew, ada tamu untuk anda" kepala Maid yang Gulf tau namanya Lily itu berujar kemudian pamit undur diri.

Waktu seakan berubah menjadi slow motion ketika Mew menoleh ke sumber yang baru saja ia dengar, Mew membelalak. Begitu pun Grace yang beringsut bangkit.

Keduanya hendak menghampiri Gulf namun terhenti ketika sebuah suara mengitrupsi mereka.

"Eh ada tamu, siapa ini? temen-temennya Mew ya? atau temen Necca?" Meccalyn bertanya berujar. Berjalan menghampiri Gulf dan Win.

Teman?

Di dalam hati kecilnya Gulf menangis kecil, tersedu mencoba menerima kenyataan bahwa Mew tidak pernah mengakui hubungan mereka di depan orang tuanya, bahkan untuk lebih dari seorang 'Teman'

Bahkan mungkin baginya Gulf hanya orang asing.

Untuk tetap menjaga keramahannya, dua orang pria muda yang datang bersama itu memberikan wai. Memperkenalkan diri.

"Saya Gulf tante temennya Necca, dan ini Win dia temen saya" ucap Gulf setenang mungkin. Tidak ingin merusak suasana, Win yang di sampingnya pun mengangguk tersenyum.

"Oalah temennya dede ternyata. Bentar ya____

____Ri bisa panggilin dede ga di atas?" titah sang majikan kepada seorang maidnya.

Tidak butuh di teriaki dua kali maid perempuan berambut sebahu itu pun mengangguk patuh "Baik nyonya"

Kemudian berlalu di hadapan mereka, bergegas masuk ke dalam lift menuju kamar Necca.

"Sambil nunggu dede mending kalian ikut tante yuk ke ruangan sebelah. Ga enak disini takutnya gangguin mereka pacaran" Meccalyn tersenyum tanpa dosa, wajahnya beralih ke arah Mew dan Grace yang masih saling diam.

Lagi dan lagi hati Gulf seperti di cambuk dengan beberapa kekuatan manusia berotot besar, itu benar apa yang di pikirannya. Mew tidak pernah menganggapnya ada.

Hatinya menjerit, bahunya bergetar menahan tangis sementara bibirnya di paksa untuk terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Itu menyakitkan, jika harus memilih Gulf enggan memiliki kisah cinta yang rumit seperti ini.

Sungguh rumit sampai sulit bahkan untuk di bicarakan dengan bibir yang di paksakan tersenyum.

Gulf berjalan beriringan dengan Win yang menggandeng bahunya, mau bagaimana pun ia harus kuat. Setidaknya sampai ia keluar dari rumah ini.

Rumah yang menjadikan ia harus mengikuti takdir sesuai alurnya, rumah yang menjadi awal mala petaka antara dia dengan Mew.

Menyesal telah kembali ke negara ini, negara yang membuat semua hidupnya jadi kacau. Entah itu dengan Necca sang mantan kekasih, maupun Grace Nattarika kakak kandungnya sendiri.




To be continue.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang