MKI : 60. Akhir Penantian

1.1K 92 15
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, sekarang anak yang di damba-dambakan oleh keluarga Jongcheveevat telah tumbuh menjadi anak yang tampan, ramah dan ceria penuh tawa tampak seperti Gulf orang yang tujuh tahun ke belakang sempat mengandungnya selama sembilan bulan.

"Glean Gevariel Ganendra Jongcheveevat sini nak, bantuin bunda" teriakan itu terdengar dari dalam berasal dari Gulf yang sepertinya sibuk bersama dengan beberapa permainan anak yang nantinya akan di sumbangkan ke sebuah panti asuhan.

Langkah kaki anak kecil terdengar. Sepertinya anak tujuh tahun itu berlari menghampiri sang ibunda. "Kenapa bun? Glean udah disini"

"Sayang kamu yakin semuanya akan di sumbangkan? Ga mau sisain satu aja buat di simpen sebagai kenang-kenangan?"

"No bun. Daddy bilang Glean udah tujuh tahun. Ngga boleh main lego-legoan lagi, Glean mau kasih aja semuanya ke anak-anak yang ngga seberuntung Glean. Mereka pasti lebih membutuhkan"

Anak mereka telah tumbuh menjadi anak yang baik berkat ketelatenan keduanya yang senantiasa mengajarkan Glean untuk selalu beryukur dan berbagi terhadap sesama.

"Sayang aku udah siap. Ayo kita pergi" sang kepala keluarga pun muncul dari dalam lift, keluar dengan setelan kemeja putih dengan celana bahan hitam yang memang telah menjadi warna favorite bagi pria yang sekarang tidak lagi muda itu

"Mas abis ini ke rumah sakit dulu ya. Akhir-akhir ini aku ngerasa kaya ngga enak badan. Pegel"

Di dekatinya sang istri, punggung besar tangan Mew menempel di keningnya. Memastikan kalau Gulf baik-baik saja atau tidak.

"Kamu ngga panas sama sekali"

"Gatau tapi kemarin aku mual banget sama sakit pinggang" balas Gulf mengangkat satu kotak kardus kemudian berjalan ke pintu depan meninggalkan Mew yang masih diam mematung.

"Apa jangan-jangan Glean mau punya adik ya" insting Mew mengatakan begitu yang langsung mendapat respon cepat dari anaknya yang saat ini masih diam mematung melihatnya

"Adik itu apa dad?" tanyanya polos.

Mew tersenyum membungkuk mensejajarkan tingginya dengan sang anak.

"Adik itu dede bayi yang nanti keluar dari perut bunda"

"Berarti Glean juga adik? Glean kan keluar dari perut bunda"

"No sayang, orang pertama yang keluar dari perut bunda kaya Glean ini di panggilnya kakak. Kalau nanti ada bayi lagi yang keluar dari perut bunda, Glean panggil dia adik Glean. Dia umurnya pasti lebih kecil dari Glean"

"Kok di dalem perut bunda tiba-tiba bisa ada Glean dan adik bayi dad. Gimana bikinnya?" pertanyaan polos anak itu sukses membuat Mew mati kutu.

Glean memang bisa di bilang anak-anak yang sering kali penasaran dengan hal-hal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Maka dari itu terkadang Mew dan Gulf juga di buat kelimpungan, bingung harus menjelaskan bagaimana sementara kapasitas otak anaknya itu masih belum cukup umur jika harus tau hal-hal yang berbau dewasa.

"Nanti Glean tanya bunda aja ya. Daddy gatau mau jawab apa" final Mew yang akhirnya mendapat cubitan di kedua pipinya Oleh Glean.

"Daddy ga pinter. Yauda aku tanya bunda aja, pasti bunda tau. Dia kan pinter banget" anak itu berlari pergi meninggalkan Mew yang hanya geleng-geleng kepala menghadapi sikapnya yang terlampau kepo.

Salah sendiri, Mew yang meminta Glean untuk menjadi anak yang bawel dan penuh tanya berakhir di buat pusing ketika pertanyaan sang anak sering kali melewati batas umurnya yang masih terlampau kecil.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang