MKI : Side Story 3

654 53 1
                                    

Setelah nyaris 8 tahun bersama dan terjebak dalam status 'Friendzone' saja, semalam Max dan Tul telah resmi menjadi sepasang kekasih.

Banyak lika-liku yang telah mereka lewati, berawal dari kesalahpahaman, restu orang tua hingga orang ketiga.

Namun keduanya tidak pernah menyerah untuk selalu mendukung satu sama lain, baik dari Tul mau pun Max.

"Sayang kita kan sekarang udah resmi pacaran, gimana kalo besok kamu main ke rumah. Aku kenalin kamu ke keluarga aku"

"Ngapain? Udah kenal. Udah di restuin juga" kata Tul berucap sombong. Kakinya melangkah berjalan untuk mencuci piring, mereka baru saja menyelesaikan makan siang bersama di apartement milik Tul.

"Bukan gitu sayang, aku tau ayah ibu udah ngerestuin kita. Tapi aku pengen kalian lebih akrab lagi, bukan sama ayah ibu aja. Sama Win dan keluarganya juga" kata Max. Dia berada di meja makan masih berkutat dengan nasinya yang sebentar lagi akan segera habis.

"Sama Win kan udah kenal deket" Balas Tul.

"Sama mama papanya juga" Max tak mau kalah. Acara makannya telah selesai, ia beranjak menghampiri Tul dan ikut mengacaukan acara mencuci piringnya.

"Tapi mampir dulu ke rumah kak Mew. Aku mau ketemu Gulf sama Necca. Udah lama kita ga ngobrol bareng"

"Ide bagus" kata Max. Bibirnya yang masih banyak di selimuti bumbu berlabuh di pipi Tul sehingga mengundang kemarahannya.

"Is seme tolol" kutuknya. Sang dominan hanya tertawa menang lalu beranjak ke lemari es mengambil sebotol air minum untuk menuntaskan dahaganya.

Keeseokan harinya.

Max dan Tul sampai di rumah berspek istana, disana sudah ada Maid yang senantiasa mempersilahkannya masuk.

"Uncle!" teriak seorang anak kecil yang tiba-tiba berlari ketika mendapati paman kesayangannya datang.

"Hay jagoan gimana kabarnya? Bunda sama kakak Necca ada?" Tul meraih tubuh yang lebih kecil darinya itu. Memangkunya.

"Ada uncle. Uncle cuma nanyain kakak Necca sama bunda aja? Ngga nanyain daddy?"

"Mereka ngga nanyain daddy karena daddy ga bisa di ajak ngerumpi Glean. Daddy bukan tukang gosip" celetuk suara bariton Mew terdengar. Ia berjalan menyusuri tangga di ikuti Gulf yang hanya tertawa di belakangnya.

"Hahaha kak Mew bisa aja, gimana kabarnya?" kini Max yang menyahuti memberikan Wai yang disambut hangat oleh Mew.

"Baik-baik sekeluarga baik. Kalian gimana? Udah resmi sekarang?" goda Mew dan hal itu mengundang cubitan di pinggangnya oleh Gulf.

"Resmi dong. Udah dapet restu juga sekarang" sahut Max.

Gulf meraih tubuh Glean di pangkuan Tul memintanya untuk turun "Sayang kamu panggilin kakak Necca ya di atas. Bilang kalo uncle uncle mampir ke rumah gitu"

"Siap bunda cantik"

Anak itu pun berlari menyusuri anak tangga, alasan kenapa Glean tidak di biarkan menggunakan lift karena umurnya masih sangat kecil. Mew dan Gulf tidak mau jika hal-hal yang tidak di ingikan terjadi kepada Glean.

Sementara Gulf beranjak ke pantry membawakan beberapa minuman dan makanan untuk kedua temannya semasa SMA itu.

Tul dan Max telah berada di ruang tamu bersama Mew yang duduk bersebrangan dengan mereka. "Kak gimana Gulf, kapan Glean punya adik?"

"Kemarin sempet cek tapi kata dokter masih belum ada tanda-tanda, untuk saat ini kita masih harus fokus Ke Glean. Menyaksikan tubuh kembangnya"

"Makin kesini Glean makin pinter dan makin bawel. Kadang kala aku di buat pusing sendiri sama tingkahnya" celetuk Gulf yang datang dari arah selatan.

Dia di bantu oleh Maid membawa beberapa makanan dan minuman untuk menjamu para tamu-tamunya.

"Astaga repot-repot aja sih lo Gulf, biarin lah gausa. Kita bisa ngambil sendiri" kata Max. Tapi tangannya begitu gesit meraih setoples kue cookies yang di bawa Gulf.

"Gausa gausa tapi cookies gua abis tuh lu makanin" Necca dia tiba-tiba menyahuti setelah datang dari arah belakang sofa Maxtul.

"Glean sini sayang sama daddy" pinta Mew. Glean pun berlari menghampiri orang tuanya yang kini duduk bersebelahan.

Tul melihat kerakusan Max dalam menghabiskan setoples kue cookies hanya mendelik. 'malu-maluin aja' ucapnya dalam hati.

"Glean kelas berapa sih sekarang, kok udah gede aja. Terakhir kali uncle liat kamu masih sebesar ini loh" di sebrang Tul memperlihatkan jari kelingkingnya yang agak menggendut. Tampak Glean mengerutkan keningnya

"Masa Glean sebesar kelingking. Glean udah besar tau tujuh tahun. Kelas satu"

"Ooo tujuh tahun. Bobonya masih sama bunda sama daddy?"

"Kalo lagi manja dia kadang minta di temenin tidur, kalo ngga ya nurut tidur sendiri kadang tidur sama kakak Necca, iya kan sayang?" Gulf menjawab untuk Glean yang kini sibuk dengan satu buah apel.

"Nnngg tapi Glean ga suka bobo di temenin bunda daddy. Malem-malem mereka selalu berisik. Ganggu Glean bobo"

Pernyataan Glean mampu membuat semua yang ada disana tidak bisa berkutik, begitu pun Mew dan Gulf yang kini sudah memerah. Menahan malu.

Untuk mengubah suasana yang awalnya tampak canggung menjadi normal Mew cepat-cepat mengubah topik pembicaraan

"Uncle uncle Glean udah pinter matematika tau. Ayo coba sayang tunjukin ke uncle apa yang udah daddy ajarin ke kamu"

Anak itu menggeleng mulutnya penuh mengunyah "Ngga mau, Glean mau punya dede bayi dulu"

Lagi dan lagi pernyataan Glean membuat semuanya mati kutu. Necca perempuan itu bahkan tersedak setelah satu sendok bittersweet meluncur ke dalam mulutnya.

"Kata kakak Mond setiap malem daddy sama bunda suka bikin adik bayi buat Glean. Tapi sampai sekarang dede bayinya ngga keluar keluar. Kakak Mond boongin Glean ya bunda?"

Kepala kecil itu mendongak menatap Gulf yang tampak kikuk, bingung harus menjawab apa. "Kakak Mond boongin Glean kan bun?"

Mew disampingnya mengelus pucuk surai Glean yang tampak acak-acakan. "Kakak Mond ga boong sayang. Adik bayinya lagi proses di bikin, Glean sabar ya. Nanti kalo udah selesai di bikin daddy kasih tau kamu"

"Hah beneran dad? Daddy ga boong? Daddy mau kasih adik bayi buat Glean?"

"Iya sayang"

"Mas kamu apaansi" Gulf. Pria itu mencoba menggerakan bibirnya, dirinya teramat malu di depan Tul Max dan Necca Glean terang-terangan meminta adik bayi.

Suasananya benar-benar canggung, niat hati hanya ingin berkunjung untuk menemui teman lama berakhir kikuk di ruangan yang sebesar istana ini. Seolah pasokan oksigen di raup habis entah kemana, Tul dan Max benar-benar tidak bisa berkata apa-apa selain tersenyum tidak enak hati.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang