MKI : 58. Masa Sulit

859 78 2
                                    

Di sebuah ruangan khusus di rumah sakit, Gulf telah siap dengan pakaian pasiennya di lengkapi dengan topi hijau yang biasa di kenakan oleh pasien dan dokter ketika menjelang operasi.

"Jangan takut, mas selalu disini nemenin adek. Apapun hasilnya jangan kecewa dan jangan sedih. Semuanya adalah hasil kerja keras adek selama ini. Terima kasih, sembilan bulan lamanya kamu udah jagain anak kita di dalam sini. Nahan sakit, nahan mual segala macem. I love so much kamu akan selalu jadi kebanggaan mas sampai kapan pun. Semangat" untaian kata-kata penenang Mew utarakan.

Mengelus dan melabuhkan ciuman-ciuman lembut pada punggung tangan maupun dahi Gulf.

Tangan Gulf yang bergetar, dada Gulf yang berdetak lebih cepat tidak karuan semakin menambah kesan mencekam pada siang jam 10 hari ini.

"Mas.. adek takut" hatinya amat takut jika sesuatu terjadi pada dirinya sendiri dan anak yang beberapa menit lagi akan keluar dari dalam perutnya.

Takut jika dia tidak berhasil dan membuat Mew kecewa. Wajah mungil imut lucu itu selalu mereka tunggu setiap sebelum tidur. Bahkan sang kepala keluarga telah menyiapkan nama khusus untuk calon bayi mereka

"Sut. Jangan takut, mas disini selalu disini buat adek dan bayi kita. Mas janji, sepanjang operasi berlangsung mas ga akan keluar dari ruangan ini. Mas akan selalu nemenin adek pegang tangan adek kaya gini. Jangan takut ya" tangan mereka tampak tidak di biarkan untuk terpisah bahkan untuk sedetik saja, pelipis Gulf yang basah karna gugup di susut lembut oleh Mew.

Tampak sekali istrinya yang biasanya ceria, kini menyimpan beribu-ribu kegelisahan yang tidak bisa di sembunyikan di wajahnya

"Mas ga akan kecewa sama adek? Mas ga akan ninggalin adek kan?"

"No sayang. Ga akan, never. Itu ga akan pernah terjadi, adek yang tenang ya bentar lagi operasinya akan di mulai. Kamu harus rileks, jangan mikirin macem-macem"

Sekuat tenaga Gulf mengangguk, ketika dua dokter dan beberapa perawat memasuki ruangan pegangan tangannya makin mengerat. Tidak rela jika harus di lepaskan.

"Mas operasinya akan di mulai lima menit lagi. Mas rileks ya, santai aja. Kalo masnya santai bayinya juga nanti ngga akan kaget dan tentu operasinya juga akan berjalan lancar"

Gulf menghela nafasnya panjang kemudian di hembuskan setelah mendapat anggukan dari Mew

Sebagai sang suami tentu Mew juga takut, tapi apalah daya. Waktunya telah tiba, anak imut yang di nanti-nantikan sebentar lagi akan ia lihat dan ia timang-timang penuh kasih sayang.

Memikirkannya saja sudah membuat Mew gemas sendiri.

Dokter telah siap dengan semua peralatannya, sang pasien pun telah di bius untuk mencegah ketakutan dan ketauramaannya. Mengingat Gulf sangat benci dengan bau darah.

Di sampingnya Mew senantiasa melafalkan doa meminta kepada tuhan agar belahan jiwanya selamat dan mampu melewati masa sulit seperti ini.

Tak ayal, kecupan lembut juga air mata ketika perut buncit itu di belah oleh pisau bedah.

Mew hampir tidak sanggup membayangkan nanti bagaimana histerisnya Gulf ketika sadar melihat perutnya telah kosong tanpa isi.

Namun semua itu di balas tunai oleh kehadiran sang anak yang menjadi buah hati atas pernikahan mereka yang hampir menginjak setahun setengah.

....

Sementara itu di luar, Grace Necca dan kedua orangtua Mew menunggu dengan di rundung segudang kegelisahan.

Rio mondar-mandir tidak bisa diam. Sudah dua jam tapi anak dan menantunya itu tidak kunjung keluar dari ruangan operasi.

Tidak hanya sang pasien yang berjuang di dalam, tetapi di luar pun doa selalu di panjatkan oleh keluarga.

"Permisi, untuk keluarganya Gezio. Saya minta perwakilan satu orang dari kalian untuk ikut ke ruang inap. Detak jantung pasien sempat berhenti sementara sebelum akhirnya pasien sadar dan mengalami kejang-kejang" celetuk seorang dokter perempuan yang tiba-tiba datang penuh kekhawatiran.

Grace menjadi orang pertama yang berdiri dan mengikuti perintah sang dokter. Langkahnya yang lebar seolah mengisyaratkan kalau dia khawatir teramat sangat, kini dua orang yang ia sayang tengah berjuang melawan rasa sakit.

Siapapun tolong ingatkan Grace, baik Zio maupun Gulf keduanya sama-sama berharga baginya untuk sekarang, esok dan nanti.

Di dalam kamar yang di tempati Gezio, dokter tengah sibuk dengan alat defibrillator yang berulang kali di tempelkan pada dada ayahnya.

Grace tidak mampu menahan air matanya, melihat bagaimana ayahnya bercucuran air mata dalam tidurnya.

Yang ingin Grace lakukan adalah berlari dan berhambur kepelukan sang ayah mengatakan bahwa dia rindu teramat sangat.

Dari jauh Grace meremat kedua tangannya yang lembab karena keringat "Ayah hiks ayah harus bangun. Adek lagi berjuang di ruang operasi demi cucu ayah, ayah harus janji ayah akan bangun hiks demi kakak sama adek. Ayaahh.."

Grace semakin meraung-raung melihat dokter itu yang berulang kali mengejutkan sang ayah, setiap ayahnya terkejut disaat itu pula tangis Grace meledak.

Sekuat tenaga dokter itu berjuang untuk membuat Zio sadar dari masa kritisnya, ketika satu kali lagi alat pacu jantung itu menempel di dada sang ayah saat itu pula Grace terpogoh jatuh ke lantai.

"Ayaaaah hiks"

Dokter itu telah berhasil membantu sang pasien melewati masa kritisnya.

Penantian Grace yang hampir selama setengah tahun kini telah di puncak mendapati sang ayah yang melambaikan tangannya meminta sebuah pelukan.

"Ayah hiks" Grace tidak langsung berhambur, ia hanya menghampiri sang ayah dan berdiri bersama air mata yang menjadi saksi bisu tat kala rasa senang, sedih terharu itu menjadi satu mengungkapkan bagaimana saat ini perasaannya.

Mata sang ayah kini Grace lihat kembali setelah hampir empat tahun yang lalu ia tidak melihatnya, di bawah kelopak mata sang ayah terdapat kerutan yang menjadi tanda bahwa sang ayah tidak lagi muda

Jangangkan untuk menggendongnya seperti masa kecil dulu, untuk meraih kedua tangan Grace saja Gezio tampak bergetar.

"N-nak?" suara lembut dan lirih Grace merindukannya. Suara ini yang selalu menjadi penghantar Grace dan Gulf ketika menjelang tidur.

Suara ini yang tidak pernah mengutarakan kata bosan untuk mambacakan setiap cerita dongeng di waktu malam saat dulu.

Grace merindukan semuanya.

"Mohon maaf kakak dari Gulf Kanawut, pasien telah berhasil melewati masa melahirkannya. Dan sekarang anda di mintai untuk menemuinya oleh pak Mew"


To be continue.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang