MKI : 49. Hitam Putih

710 80 2
                                    

Pukul lima sore Gulf dan Riry telah selesai membersihkan toko sebelum akhirnya keduanya beranjak dari sana dan bergegas untuk pulang.

"Mba Ri tunggu aku"

Karena jarak rumah dan toko tidak jauh, keduanya sering pulang dan pergi berjalan kaki. Selain itu, senang aja mereka memang sama-sama satu frekuensi tidak jarang Gulf maupun Ri saling bertukar pikiran mengenai masalah yang tengah mereka alami.

"Mba aku mau beli itu, telur gulung. Kita nyebrang dulu yu"

"Tuan Mew bilang, anda dilarang membeli makan sembarangan. Saya ga berani, nanti saya kena omel"

"Iss gapapa. Telur gulung enak ko, gapapa kalo kak Mew marahin mba biar aku yang tanggung jawab"

"Tapi tuan__

__is mba Ri ayooo. Gapapa ga bakal di marahin" keinginan Gulf memang tidak bisa di bantah. Apalagi saat masa-masa kehamilannya seperti ini, anak itu sering kali membeli jajanan-jajanan yang tidak pernah ia temukan sebelumnya. Sepertinya jabang bayi yang tertanam di perut Gulf akan menjadi anak yang penasaran dengan hal-hal baru.

Lengannya menarik paksa Ri untuk menyebrang, kebetulan sore ini jalanan cukup lengang.

"Mba Ri ayo cepat is, nanti si abangnya keburu pergi"

"Astaga tuan jangan lari. Hati-hati perhatikan kandungan anda"

Bugh

Belum kering bibir Riry bercakap sebuah hantaman cukup keras mengenai Gulf.

"Ya tuhan tuan Gulf" Riri berlari cepat menghampiri tubuh Gulf yang sudah lemas tidak sadarkan diri. Aliran darah mulai mengaliri kaki jenjang pria itu sehingga mengundang tatapan dari orang-orang.

Kebetulan di antara mereka ada Win yang cepat-cepat menelepon ambulance, pria bergigi kelinci itu berencana menemui Gulf di toko ice cream dan terkejut melihat orang yang akan ia temui terbaring di kerumuni orang banyak dalam keadaan banyak di lumuri darah di area kakinya yang di baluti celana pendek selutut.

...

Saat ini di rumah sakit tepat di kamar Vvip Gulf terbaring dengan infus yang terpasang apik di tangannya. Keadaannya sudah sadar saat dua jam yang lalu, hanya saja dokter menyarankan Gulf beristirahat agar tidak banyak bergerak untuk menetralisir rasa sakit di perutnya.

Mew yang sejak tadi memandangi bagaimana keadaan suami kecilnya hanya diam terpangku dengan tanda tanya besar siapa yang sengaja melakukan hal ini? Apa alasan mereka melakukan ini? Sungguh di luar dugaan.

Beruntung dokter mengatakan bahwa janin yang di kandung Gulf kuat, sehingga kini baik Gulf atau pun janinnya mereka sama-sama sehat tanpa kurang satu apapun. Hanya dahi Gulf yang memar perlu di perban hingga memakan waktu tiga hari sampai luka itu memudar.

Ceklek

Pintu kamar inap di buka dan memunculkan Riry yang kini menghampiri Mew penuh ketegangan. Tidak pernah mantan Maid itu mendapati Mew kalut seperti ini, apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 23.00 Riry tidak pernah melihat Mew masih terjaga di jam-jam seperti ini.

"Tuan"

"Saya sudah bilang jangan biarin Kana beli makanan yang aneh-aneh. Kamu ga denger?" setiap untaian kata yang di lontarkan Mew membuat Riry mati kutu, Riry sudah menduganya bahwa tuan besarnya akan menyalahkan dia atas kejadian yang menimpa orang spesialnya itu.

"Saya denger tuan, saya sudah bilang tapi tuan Kana ngeyel"

"Jangan bilang Kana, itu cuma panggilan buat saya. Dan kamu bilang istri saya ngeyel itu artinya semuanya salah istri saya?"

Riry menggeleng ribut, sekali lagi nada dingin terkesan mencekam itu benar-benar membuatnya tidak bisa berdalih. "Tidak tuan. Semuanya salah saya, saya sama sekali ngga bisa melindungin tuan Gulf"

"Bagaimana hal itu bisa terjadi? Jelaskan semuanya sekarang" dingin dan terkesan mengintimidasi Mew berucap, Riry takut setengah mati. Kepalanya yang menunduk tidak pernah ingin ia dongakan walaupun sedetik.

Dalam keadaan bibir yang bergetar Riry menjelaskan, meskipun ini sama sekali bukan kesalahannya tapi tetap saja heningan dan kesunyian yang ia dengar dari Mew seolah menandakan kalau dirinya sedang terancam.

"Kamu melihat jelas bagaimana plat nomor mobil tersebut?" satu pertanyaan setelah semuanya di jelaskan. Riry ragu menjawab, pasalnya saat mobil itu membentur Gulf Riry shock namun kepalanya menyempatkan untuk melihat bagaimana warna dari mobil pelaku.

"Honda Jazz dengan warna hitam putih. Saya ngga tau pasti bagaimana plat nomornya, yang saya ingat di belakangnya tertera nama JWS"

Penjelasan dari Riry membuat Mew mengangguk, ia paham betul bahwa apa yang menimpa Gulf adalah kesengajaan yang di buat pelaku. Setelah ini Mew akan menyelidikinya dan berjanji untuk mengusut tuntas siapa biang keladi dari semua ini.

"Mulai besok saya ngga akan mengizinkan Kana untuk pergi ke toko. Sebagai gantinya saya akan meminta kak Grace untuk nemenin kamu. Cek setiap cctv yang terpasang di area sana, hubungi saya kalo sesuatu terjadi"

"Baik tuan di mengerti"

"Ya sudah kamu pulang saja. Biar saya disini yang jagain istri saya"

"Baik tuan"

....

Necca ketar-ketir, seharian ini wanita itu menghabiskan waktu dengan berkuliah kemudian pergi hang out bersama Bright. Ketika pulang, rumahnya tampak sepi seperti tidak berpenghuni.

Rio dan Mecca sudah ia hubungi namun yang Necca dapat hanyalah ocehan dari operator yang baginya tidak jelas.

'Orang-orang pada kemana si, ngilangnya ko barengan' monolognya

Satu orang yang belum Necca hubungi adalah Mew, ia selalu malas untuk menelepon manusia galak itu namun karena malam ini ia merindukan Gulf setelah beberapa hari berturut-turut ia sibuk, alhasil mau tidak mau Necca menelepon Mew untuk menanyakan dimana keberadaan mereka.

"Kak lagi dimana? Necca sendiri di rumah. Takut"

"Di rumah sakit, Kana pendarahan. Mommy papi juga disini"

"Apa? Kok bisa? Gulf sama bayinya baik-baik aja kan?"

"Baik, cuma malem ini kita harus nginep. Gapapa?"

"Necca kesana?"

"Ga usah kamu di rumah aja. Besok kuliah kan? Yauda kakak tutup teleponnya sekarang"

"Um yaudah. Tapi boleh minta uang ga? Uang aku abis"

"Ya nanti kakak transfer. Kamu tidur jangan kelayapan"

"Is siapa juga yang kelayapan, kalo gitu aku tidur deh. Bilangin sama Gulf cepet sembuh"

Necca tidak mendapat respon apapun dari kakaknya, yang ia dapat hanyalah bunyi panggilan yang di matikan secara sepihak. Itu bukan hal yang baru lagi baginya, Kakaknya memang sangat sangat biasa sekali mematikan panggilan tat kala percakapan sedang berlangsung

To be continue

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang