MKI : 45. Wanita Iblis

987 95 4
                                    

Akhir-akhir ini Gulf sering kali di teror oleh pesan yang sama, awalnya ia masih belum terlalu cemas namun belakangan ini orang tersebut sungguh sangat keterlaluan. Sering menganggu tat kala waktu berduanya bersama Mew.

Maka dari itu untuk saat ini ia lebih memilih mengadukan hal tersebut kepada Grace, kakaknya. Sebelum Mew mengetahui dan Gulf tidak ingin menambah beban pikiran Mew setelah di sibukan dengan pekerjaan yang kian hari kian menyita waktu kebersamaan mereka.

"Dia masih tetap menghubungi kamu? Kamu ngga pernah mencoba untuk memblokir nomornya?" Grace, wanita itu belakangan ini sering berada di rumah setelah memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai karyawan di salah satu perusahaan di kota tersebut.

"Udah. Beberapa kali, malah nomornya sudah aku tambahkan ke daftar blacklist. Tapi setelah itu dia menghubungi aku pakai nomor baru"

"Kamu takut?"

Gulf menghela nafas, jari-jarinya saling meremat mengisyaratkan bahwa kekhawatiran itu benar-benar nyata. Ketika kepalanya mengangguk lemah disitu lah Grace menyadari sesuatu, bahwa trauma masa kecil adiknya masih belum pulih.

Jari-jari lembut Grace menyisir rambut hitam Gulf, sebisa mungkin ia menjauhkan pikirannya dari hal-hal yang negatif. Meskipun rasa cemas itu kian berkecamuk tat kala raut wajah adiknya memancarkan ketakutan. "Kamu gapapa, jangan takut. Ada kakak, ada Mew yang akan selalu ngelindungin kamu dari orang jahat"

"Aku tidak mau kak Mew tau, dia pasti cemas. Aku tidak mau dia sakit lagi"

"Suuut! Dia suami kamu. Apapun, apapun yang kamu alamin dia harus tau. Usia kandungan kamu sudah mencapai dua bulan, jangan sampai stres dan jangan biarkan orang itu menghancurkan rumah tangga kalian"

"Tapi aku harus ngapain? Orang itu masih terus mengirimi aku sms sampai sekarang. Aku ngga bisa diem aja, aku takut"

Grace paham betul suasana hati Gulf saat ini, resah dan gelisah itu terpancar sekali dari wajahnya. Apalagi mengingat saat ini Gulf tengah mengandung, Grace takut sekali orang di masalalunya itu mengetahui fakta bahwa Gulf telah menikah dengan seorang anak konglomerat, bagaimana nanti menggilanya orang tersebut mendengar berita bagus ini. Kesempatan emas baginya untuk menjadikan Gulf mesin pemungut uang.

...

Sehabis makan malam Gulf bersandar di dada bidang Mew, beruntung sekali hari ini prianya itu pulang agak siang sehingga mereka bisa menghabiskan waktu santai malam ini berdua saja. Terlepas dari kegiatan intim mereka yang berlangsung setiap malam.

Suara deringan ponsel mengejutkan Gulf, ketika kedua hazelnya menangkap beberapa kalimat yang di kirimkan seseorang suara berat Mew membuatnya terkejut.

"Transfer uang?"

Spontan Gulf berdalih bangun, agak menjauh dari Mew untuk menyembunyikan ponselnya 

"Siapa itu? Siapa yang meminta uang?"

"B-bukan apa-apa"

Mew semakin di buat bingung dengan gelagat aneh Gulf akhir-akhir ini, sering sekali terkejut berlebihan bahkan hanya untuk hal yang sepele. Tidak hanya itu, ponselnya jarang sekali terlihat tergeletak di atas nakas atau di bawah bantal. Seperti Gulf sedang menyembunyikan sesuatu 

"Kamu ngga mau cerita?" sekali lagi Mew bertanya, ini untuk memastikan sebelum kesabarannya habis karena tingkah aneh Gulf belakangan ini yang selalu menghindarinya.

"Sungguh, ini bukan apa-apa mas" .

Mew tau betul gerak-gerik seseorang, saat ini Gulf sedang tidak baik-baik saja. Ketara sekali hazel yang tampak sekali hitam nan legam itu selalu mencoba menghindari untuk tidak beradu iris dengannya.

"Kalo ngomong sama aku lihat wajah aku. Aku tau kamu sedang berbohong" lagi Mew berceletuk, meskipun amarah itu kini semakin membara. Tapi ia mencoba untuk sabar tidak ingin sampai menyakiti Gulf, mau bagaimana pun ia adalah kepala keluarga yang sepantasnya tau tentang hal-hal yang mengusik jiwa suami cantiknya.

Gulf merasa bersalah ketika kalimat dingin Mew baru saja terlontar entah kenapa Gulf tidak suka. Apalagi ketika pandangan Mew lurus ke depan seolah lelah menanyakan hal yang sama sementara Gulf sendiri hanya menjawab dengan kepura-puraan. Berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja meskipun nyatanya tidak.

"Mas"

"Um?"

"Maaf"

Mew tersenyum lembut, ia mengulurkan satu tangannya agar Gulf mendekat dan kembali kepelukannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk menjadikan rumah tangga tetap harmonis dan terjaga. Satu di antara dua insan harus ada yang saling mengalah, tidak seperti api di balas api dan berakhir terbakar

"Gapapa aku mengerti. Setiap orang punya privasi dan mungkin kejadian barusan adalah privasi kamu. Aku tidak mau memaksa kamu untuk ngasih tau aku apa yang terjadi, semua orang punya pilihan"

"No. Mas, kak Grace bilang aku tanggung jawab mas sekarang. Apapun yang terjadi aku harus selalu ngasih tau kamu. Aku istrinya mas, itu artinya setiap permasalahan yang mengganggu pikiran aku akan selalu berkaitan sama kamu"

"Pinter" balas Mew menggusak rambut Gulf sampai acak-acakan. Kemudian ia sisir kembali memakai jari-jarinya.

"Sekali lagi aku tanya, kamu mau ngasih tau aku atau aku yang harus nyari tau sendiri?"

"No. Tidak perlu"

Gulf mulai membuka ponselnya menggulir pada ikon line memperlihatkan beberapa pesan yang di kirim seseorang ke nomor ponselnya

Bersama dengan Mew, Gulf mere-read ulang setiap kata yang tersemai dalam pesan tersebut. Banyak sekali pesan ancaman, lebih dominan orang tersebut memintanya untuk segera mengirimkan uang dalam jumlah yang bisa di bilang tidak sedikit.

"500 juta itu bukan uang yang sedikit loh" ujar Mew setelah merampas benda pipih tersebut dan menyimpannya di sebrang tepatnya di bawah bantal agar Gulf tidak bisa menjangkaunya. Tujuannya agar Gulf tidak selalu membaca ulang pesan tersebut.

"Aku juga ngga ngerti. Padahal sudah lama sekali hal ini tidak terjadi. Aku kira dia kembali untuk meminta maaf sama aku dan kak Grace. Nyatanya masih datang hanya karena uang"

"Orang seperti ini akan sangat sulit untuk meminta maaf. Jangan berharap" balasan Mew membuat Gulf mendengus, bibirnya di kerucutkan ke depan dengan tampangnya yang mulai dongkol.

"Jangan lemah dan jangan takut. Lawan, jangan kamu baikin. Semakin kamu baikin semakin ngelunjak nanti. Kalo perlu balas"

"Mau bagaimana pun dia masih ibu kandung buat aku, aku tidak bisa"

"Setelah badan kamu di siksa dan uang kamu habis di pake foya-foya?"

Telak. Itu benar, sungguh Mew tidak sembarang berbicara. Apa yang baru saja ia katakan berasal dari apa yang ia baca.

Gulf pun tidak merasa sakit hati, ucapan suaminya benar dengan kenyataan. Setelah Gezio, ayahnya di nyatakan meninggal oleh Geisha atau Ge ibu kandungnya sendiri Gulf dan Grace sering kali di siksa dan dimintai uang dengan jumlah yang amat besar.

Ini sungguh kehidupan Gulf di masalalu

Hidup di dalam jeratan Ge bagaikan tinggal di satu jembatan neraka. Terdapat satu ketika dirinya dan Grace berhasil kabur dan memilih tinggal di Bangkok, Thailand. Keduanya sempat kembali hidup sebelum akhirnya kalimat perintah, paksaan dan ancaman itu kini berkoar lagi.

Belum kasus ayahnya terpecahkan dan sekarang wanita iblis itu kembali muncul. Fyuh! semakin menambah kepelikan di hati maupun batin Gulf.



To be continue 

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang