MKI: 8. Kalung

1K 127 2
                                    

Dengan langkah yang diam-diam Necca mulai membuka pintu rumah, ternyata sepi. Bayang-bayang kakaknya yang sudah tidur membuat ekspetasi Necca seakan melangit. Semoga saja itu benar.

Sayang seribu kali sayang, baru saja pintu lift terbuka. Sosok tinggi seram di depannya berkacak pinggang. Siap mewawancarainya bagaikan seorang wartawan

"Dari mana aja kamu?"

Dugaan Necca benar, itulah yang sudah Necca pikirkan sebelumnya. Kakaknya pasti akan bertanya habis dari mana dia.

"Jenguk Gulf" ujar Necca apa adanya.

"Tau ini jam berapa? tau bahayanya buat cewe kaya kamu pulang larut gini"

"Um. Maaf ga ngulang"

"Cepet mandi, abis itu makan. Kakak tunggu di bawah"

"Oke kak"

...

Berdua bersama Mew, Necca melangsungkan makan malam dengan hidmat, tanpa ada pembicaraan khusus disana. Hanya suara dentingan sendok dan garfu yang saling beradu.

Pikiran Necca melalang buana mengingat pulang sekolah tadi menjenguk Gulf, anak itu terlihat ceria seperti biasanya. Hanya saja pria berbibir cheesnuts itu mengatakan bahwa tinggal sehari lagi ia tinggal dirumah sebelum lusa kembali ke sekolah.

Necca baru ingat Gulf bilang bahwa kemarin kak Mew.....

"Necca!" teriakan itu menyadarkan Necca dari lamunan, Necca tampak beralih melihat kakaknya yang saat ini nenatap dalam hazel biru Necca.

"Kenapa kamu ngelamun. Cepet makan, selesai makan langsung tidur. Jangan begadang nonton series terus kamu"

Necca hanya memutar matanya malas mendengar dingin irama sang kakak. Belajar dan belajar yang di bahasnya. Sangat nolep pikir Necca

"Kak!" kini Necca yang berbicara agak meninggikan suaranya, setelah mengingat ucapan Gulf siang tadi.

"Apa?"

"Kakak kemarin-kemarin nemuin Gulf di rumah sakit kan. Terus kemarinnya lagi kakak ke rumah Gulf buat ngerawat dia. Iya kan?"

"Ngaco kamu"

"Heleh gausah ngeles kak. Aku bilang juga apa, Gulf itu suka sama kakak. Udah lah buka hati aja apa susahnya sih"

"Ngawur kamu"

Karna tak tahan Mew segera menyelesaikan makannya, dan bergegas pergi meninggalkan Necca yang cekikikan di bawah.

...

Berjalan terpapah-papah dengan bantuan tongkat mengelilingi mall. Tipikal Gulf. Kelakuannya ada-ada saja, ketika stock makanan di lemari es habis Gulf memilih pergi berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya, tidak peduli dengan kakinya yang sedang terluka.

Malam tadi Grace mentransfer cukup uang ke kartu rekeningnya. Gulf terlihat sangat antusias. Dari pada di rumah bosan, pria berpinggang ramping itu memutuskan untuk memuaskan nafsunya. Membeli banyak makanan serta perlengkapan lainnya. Mengingat besok sudah mulai masuk kuliah tidak akan ada lagi waktu luang seperti ini.

Matanya tak pernah berhenti berjelajah, selalu melihat-lihat barang yang menurutnya lucu, memilih dan memilah hingga berakhir di meja kasir. Keluar dengan bag besar ataupun kecil.

Sebelum melangkah ke toko perhiasan Gulf berbicara dalam hati, bahwa ini adalah toko terakhir yang ia kunjungi sebelum rekening cardnya benar-benar terkuras terlepas dari barang-barang yang telah ia beli hingga hampir mencapai 5 bag penuh di genggamannya.

"Permisi mas, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang pelayan cantik tersenyum manis, matanya sipit, berhazel hitam pekak dengan tahi lalat kecil di sudut matanya.

"Mba bisa tolong rekomendasiin kalung, akhir-akhir ini entah kenapa saya suka banget mengoleksi perhiasan" Gulf membalas tersenyum, lalu melihat-lihat etalase yang hamparannya terdapat berbagai macam jenis perhiasan.

"Bisa, tolong tunggu sebentar ya mas" kata pelayan itu di balas anggukan oleh Gulf.

Sambil menunggu sang pelayan memaparkan pilihan kalungnya, Gulf melihat-lihat lagi. Sangat menyenangkan. Gulf menyukai semuanya.

"Mas ini"

Pelayan itu kembali dengan sebuah kotak kaca yang di dalamnya terdapat kalung titanium bergantelan bunga matahari lengkap dengan tangkainya. Sangat bagus, tapi Gulf sudah memilikinya satu dirumah.

Gulf melihat-lihat lagi etalase, berhenti pada satu kotak kalung yang sepertinya khusus itu. Sebuah kalung pasangan yang gantenlannya berbentuk hati yang patah, cocok jika di pakai bersama sang kekasih.

"Mba bisa saya liat yang itu?" tunjuk Gulf pada kotak yang agak besar yang menarik perhatiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mba bisa saya liat yang itu?" tunjuk Gulf pada kotak yang agak besar yang menarik perhatiannya.

Hanya dalam hitungan detik kotak itu sudah berada dalam genggamannya. Gulf memandang berbinar kalung tersebut, rasa ingin memiliki bergetar hebat dalam dirinya. Tanpa di sadari bibirnya menyungging melihat bagaimana klopnya  bentuk hati tersebut ketika menyatu.

Final. Gulf memutuskan untuk membelinya, persetan dengan kalung yang satunya. Bukankah ia bisa memberikannya kepada seseorang yang kelak akan menjadi kekasihnya.

Ketika Gulf bertanya mengenai harga kedua harga kalung tersebut. Terkesiap Gulf mendengarnya. Bukan gaya Gulf membeli kalung seharga satu unit mobil itu, bukannya tidak mampu. Hanya saja Gulf harus berpikir lebih jauh. Kebutuhannya lebih penting dari pada ini. Tapi apalah daya, ketertarikannya kepada kalung tersebut begitu menggebu-gebu, Nyaris mendobrak dinding pertahanan Gulf.

"Kalo aku beli satu aja bisa ga? Soalnya aku kan ga punya pacar" Gulf mengelak mencari alasan. Namun pelayan itu memberikan senyuman manis serta gelengan tanda tidak bisa.

Fyuh! helaan nafas satu-satunya respon Gulf, mungkin mulai besok ia akan menabung untuk menebus keinginannya.

Berdalih dan memilih pulang tapi tiba-tiba suara bariton dingin menghentikan langkahnya.

"Tunggu!"

Gulf menoleh ke sumber suara, terkejut melihat bagaimana pria berperawakan sempurna di depannya.

"Biar saya yang beli mba"

"Kak Mew-!"

Apa-apaan ini, kenapa tiba-tiba dia disini dan membeli sepasang kalung kesukaan Gulf. Tidak bisa di biarkan.

"Kak Mew beli kalung itu?"

"Um, seperti yang kamu liat"

Kedua tangannya di simpan di balik saku celananya, bahu lebarnya yang tegak tatapannya yang lurus ke depan nyaris menjatuhkan hati Gulf

"Tapi kan itu kalung couple? emangnya kak Mew punya pacar?"

"Kata siapa kalung ini di khususkan untuk sepasang kekasih saja?"

Benar, Gulf menjadi kikuk di buatnya. Sepasang kalung dengan gantelan love bukan hanya untuk sepasang kekasih saja, bisa saja untuk adik-kakak, bahkan sahabat dekat.

Tapi tetap saja Gulf....

"Kana kamu terlalu banyak berpikir ayo pergi dari sini"

Mew menarik pergelangan tangan Gulf, ketika sang pelayan telah memberinya satu buah bag kecil. Entah pria berdarah asli Thailand itu akan membawa Gulf kemana, yang pasti Gulf terpapah-papah mengekorinya.

Bersambung.

MANTANKU KAKAK IPARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang