27

7.3K 914 64
                                    


Happy reading

Secara perlahan chika membuka kelopak matanya. Pandangannya sedikit menyipit menyesuaikan kontras yang masuk kedalam sela-sela matanya.

Chika memegangi kepalanya yang  berdenyut. Ia bangun dari tidur berusaha menatap sekeliling ruangan.

Saat chika menunduk ia dibuat kaget dengan baju yang dipakainya saat ini. Seingat chika dia memakai seragam sekolah. Tapi kenapa sekarang ia malah memakai piyama?.

Chika yang dilanda kepanikan langsung turun dari kasur walaupun kepalanya masih merasa pusing. Tapi rasa penasaran lebih mendominannya.

Chika berjalan mendekati meja belajar dengan langkah kaki pelan karena merasa takut dan sedikit was-was jika ada sesuatu yang terjadi.

Saat ia sudah dekat dengan meja tiba-tiba chika mendengar suara langkah kaki seseorang. Hal itu sontak membuat chika takut. Ia pun buru-buru langsung berlari kekasur membaringkan tubuhnya seperti semula.

Suara pintu terbuka membuat jantung chika berdegup kencang. Chika hanya berharap semoga dirinya tidak dibawa oleh om-om perut buncit kerumahnya lalu diperkosa. Astaga memikirkannya membuat chika semakin dilanda ketakutan.

Badan chika menegang saat rambutnya disentuh bahkan dielus. Tiba tiba chika merasakan seseorang duduk ditepi kasur.

"belum bangun juga ternyata"

Suara ini, suara yang chika kenal. Apa ini suara ara?. Dirinya tidak salah dengarkan?. Chika tertawa didalam hatinya. Sangking memikirkan ara sampai-sampai suara orang lain pun dirinya mengira suara ara.

Semakin lama chika merasa pegal karena terus-terusan berpura pura tidur. Karena tidak mendengar suara apapun daritadi. Chika pun memberanikan dirinya untuk membuka matanya.

Saat chika membuka matanya pandangannya langsung bertemu dengan ara yang menatap kearahnya.

Keduanya saling terdiam. Terutama dengan chika yang masih tidak percaya kalau yang didengarnya tadi bukan mimpi. Jadi dirinya benar-benar mendengar suara ara tadi?.

"kepala kamu masih sakit?" Tanya ara dengan lembut sambil mengelus rambut chika.

Chika yang diperlakukan seperti itu hanya mengerjapkan matanya. Berusaha mencerna yang dilakukan ara barusan.

"ini ada sup, biar bisa ngurangin sakit kepala kamu" Ara menunjuk mangkok yang berada disamping tempat tidur.

Chika hanya mampu menganggukkan kepalanya merespon semua ucapan yang dilontarkan ara. Karena baginya ini seperti mimpi.

Tiba tiba ara mendekati chika. "bangun dulu makan supnya selagi panas" Ara membantu chika bangun lalu menyandarkannya disandaran kasur.

Setelah chika duduk. Ara mengambil mangkok yang ada diatas meja. Saat ara ingin menyuapinya. Chika langsung menahan tangan ara. "aku bisa sendiri"

Ara terkekeh lalu menggelengkan kepalanya. "gak, biar aku suapin" Ara masih terus mengangkat sendoknya dihadapan mulut chika. Dengan terpaksa pun chika membuka mulutnya.

Ara terus menyuapi chika sampai supnya tinggal setengah mangkok. Saat ara ingin mengambilnya kembali chika langsung menggelengkan kepalanya. Ara pun tersenyum lalu memberikan chika air minum.

"makasih" Chika memberikan kembali gelas ke ara.

Ara menaruhnya dimeja disamping mangkok. Setelah meletakkannya ara menatap chika. "aku bawa ini keluar dulu ya" Ucap ara dengan suara lembutnya.

Saat ara ingin berdiri dari duduknya chika langsung menahan pergelangan tangannya. "mau ikut" Cicit chika dengan suara pelan.

Ara yang mendengarnya terkekeh. Ia mengacak gemas puncak rambut chika lalu tersenyum. " emang udah gak sakit kepalanya?" Tanya Ara menatap chika. Chika sontak langsung menggelengkan kepalanya.

The Queen Be Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang