🌺Part 8🧊

4.1K 230 0
                                    

Keina terus berjalan dari belakang mengikuti Tera yang entah akan membawanya kemana.

Saat mereka berdua keluar dari area tempat pencucian dan melangkah cukup jauh, dahi Keina mengerut merasa bingung.

Tak lama kemudian, Tera berhenti, begitu juga Keina. Mereka sampai di depan sebuah pintu ruangan yang ukurannya tidak cukup besar. Tera bergerak membuka pintu tersebut dan masuk ke dalamnya.

“Tuan, saya sudah membawa gadis yang anda maksud,” lapor Tera menundukkan kepalanya pada sosok yang berdiri tegap di dekat rak buku.

“Terima kasih, Tera. Kau bisa pergi melanjutkan pekerjaanmu.”

“Baik.”

Tanpa mengucapkan apapun pada Keina, atasannya itu pergi meninggalkannya begitu saja.

Pintu ruangan tertutup menyisakan Keina bersama pria paruh baya yang masih terlihat berwibawa di usianya yang sudah cukup tua.

Keina menundukkan kepala tidak berani menatap langsung orang yang berdiri di hadapannya.

“Tidak perlu merasa takut. Mungkin karena kau masih baru bekerja di sini, jadi kau tidak mengenali siapa saya. Angkat kepalamu.”

Gadis itu langsung menuruti perkataannya.

Ketika mata Keina melihat dengan jelas wajah dari pria paruh baya itu, ia langsung merasa seperti kalau dirinya pernah bertemu dengan orang tersebut.

“Nama saya Banyoman, saya adalah pelayan pribadi Yang Mulia Kaisar.”

“Yang Mulia Kaisar?” Keina bergumam tidak percaya. Benar, ia kini mengingatnya sekarang. Kejadian tadi pagi, saat bertemu dengan Kaisar, ada seseorang yang berdiri di balik punggung Kaisar dan orang itu adalah Banyoman.

“Wajahmu masih belum membaik rupanya.”

Mendengar itu, Keina tersentak kaget dan langsung menundukkan kepalanya. Dalam pikirannya muncul pertanyaan apa yang diinginkan pria itu dari dirinya.

“Sepertinya saya tidak perlu berbasa-basi.” Banyoman menjeda ucapannya. Tatapannya meneliti sikap gadis di depannya. “Bisakah kau menceritakan kejadian apa yang menimpamu tadi pagi?”

Keina terdiam dengan perasaan yang kalut tidak tahu harus berkata apa. Ia menelan ludah membersihkan tenggorokkannya sebelum akhirnya berbicara.

“Maksud tuan kejadian apa?”

Keina tidak boleh mudah terpancing. Ia harus tahu dulu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Banyoman.

Banyoman bersikap tenang dengan kedua tangannya di belakang punggung, yang tangan kanan dikepal dan tangan kiri memegang erat pergelangan tangan kanan.

“Maksudku kejadian yang mengakibatkan wajahmu jadi babak belur begitu. Kau tidak berpikir kalau Yang Mulia akan memercayaimu ucapanmu tadi pagi ‘kan?”

Keina masih setia menundukkan kepala. Otaknya mulai pusing. Kenapa Kaisar masih mempermasalahkan hal ini padahal dirinya sudah pelan-pelan mulai menganggapnya angin lalu. Sekarang apa yang harus ia katakan lagi.

“Saya tidak mengerti apa yang tuan maksud, tapi keadaan saya sudah baik-baik saja. Saya mohon maaf atas kejadian tadi pagi.” Keina berharap ucapannya ini bisa mengakhiri pertemuannya dengan Banyoman.

Namun, sayang sekali, Banyoman tampak tidak menghiraukan apa yang tadi dikatakan gadis itu.

“Jadi, kau tidak akan bicara jujur?”

Ah, sial batin Keina. Ada apa sebenarnya dengan Kaisar? Kenapa lelaki itu ingin tahu sekali? Meskipun Kaisar adalah penguasa kerajaan, tapi Keina tidak bisa memercayainya begitu saja. Ia harus berhati-hati.

Selir Kesayangan KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang