🌺Part 30🧊

3.3K 195 12
                                    

Di tengah nyenyak tidurnya gadis itu, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang basah jatuh tepat mengenai wajahnya.

Keina langsung membuka mata dan hal pertama yang dilihatnya sosok Serina ternyata yang membangunkannya dengan memercikkan air dari gelas.

Gadis itu cepat-cepat bangun dan melihat sekelilingnya. Matanya melotot ketika menyadari bahwa dirinya telah tertidur di kamar pribadi Kaisar.

"Kau ini benar-benar ya...."

Dilihatnya bahkan Kaisar pun tidak ada di atas tempat tidur. Juga langit di luar sana bersinar terang.

"Bibi, jam berapa sekarang?"

"Sekarang sudah hampir jam sepuluh siang. Bisa-bisanya dengan entengnya kau malah tertidur, Keina." Serina mulai marah berkacak pinggang.

Keina seketika berdiri, dan saat itu juga sebuah selimut jatuh di kakinya. Ia mengambil selimut itu dengan wajah kebingungan. Dalam dirinya mulai bertanya-tanya siapa yang menyelimutinya? Apakah Kaisar? Rasanya tidak mungkin. Tapi lebih mustahil lagi kalau Serina yang melakukannya.

Wanita itu terlihat berusaha menenangkan diri agar tidak meledak amarahnya.

"M–maaf, bibi. Keina salah. Keina minta maaf." Ia memasang wajah semelas mungkin supaya Serina mengampuninya. Ditambah lagi ia membungkukkan badan sembilan puluh derajat.

"Jangan berpikir kau bisa lolos dalam hal ini, ya."

Keina rasanya ingin menangis. Bisa-bisanya ia membuat kesalahan lagi.

Kaisar Arzaid tiba kembali di ruang kerjanya setelah melaksanakan rapat rutin setiap pagi bersama para pejabat dan menteri.

Ketika sudah berada di dalam ruangan, ia segera melepaskan jubah berlambang kekaisaran dan menyerahkannya pada Banyoman.

Ia langsung duduk di balik meja kerjanya sembari menghela napas panjang.

"Louise benar-benar keteraluan. Bisa-bisanya dia punya keberanian berbicara seperti itu di depanku. Harus ku apakan orang seperti itu supaya jera. Dan juga si Meta itu, dia pikir bisa membodohiku dalam waktu yang lama."

Seperti biasa setelah rapat pagi, pasti ada saja hal yang akan Kaisar Arzaid muntahkan soal perilaku pejabat dan menterinya. Banyoman hanya bisa diam saja menanggapinya karena bukan kapasitasnya mencampuri hal tersebut.

Kaisar Arzaid mulai membuka salah satu dokumen di mejanya, lalu terdengar suara ketukan pintu sebanyak tiga kali.

Salah seorang prajurit muncul di balik pintu itu.

"Lapor, Yang Mulia. Prajurit Wito sudah datang."

"Suruh dia masuk," kata Kaisar Arzaid.

Setelah mendapatkan izin, muncullah sosok yang dimaksud. Prajurit tadi lantas keluar—menutup pintu kembali.

Lelaki bernama Wito itu melangkah lebih dekat ke arah meja kerja Kaisar. Kemudian tidak lupa ia berlutut sesuai protokol kerajaan.

"Salam hormat, Yang Mulia Kaisar."

"Berdirilah." Kaisar Arzaid menatap prajuritnya itu. "Jadi kau yang bernama Wito?"

"Iya, Yang Mulia." Wito menundukkan kepalanya.

"Mulai hari ini aku akan mengandalkanmu. Aku telah banyak mendengarmu dari Arga."

"Saya masih banyak kekurangannya, Yang Mulia. Mohon bimbingan anda ke depannya."

Selir Kesayangan KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang