Di dalam sebuah kamar, sosok Keina berbaring dengan mata terpejam. Belum ada tanda-tanda gadis itu akan sadarkan diri.
Jendela dibiarkan terbuka hingga dilihat di luar sana langit sudah bersinar terang.
Di tengah-tengah heningnya kamar itu, terdengar pintu dibuka dan seseorang datang masuk.
Prada membawa sebaskom air serta handuk putih kecil di tangannya, lalu ia meletakannya di atas nakas. Sesaat ia melihat ke arah Keina yang tampak damai setia dalam ketidaksadarannya. Puas memandangi temannya itu, Prada mulai melakukan tugasnya yaitu mencelupkan handuk kecil tersebut ke dalam baskom mencucinya berulang kali sampai tiga kali.
Setelah merasa sudah cukup, Prada membawa handuk basah itu mulai mengelap bagian wajah Keina terlebih dahulu, turun ke leher, kedua lengan, sampai terakhir kedua telapak kakinya. Prada melakukannya dengan gerakan yang halus penuh kehati-hatian.
Karena terlalu fokus dengan aktivitasnya, Prada sampai tidak menyadari kalau bola mata Keina mulai bergerak-gerak di balik kelopaknya. Perlahan-lahan tapi pasti Keina pelan-pelan mulai membuka matanya.
"Keina kau sudah sadar?"
Saat Prada akan mencuci lagi handuk di tangannya, ia melirik ke arah Keina.
"Keina, kau bisa mendengar suaraku?" Suara Prada terdengar bersemangat, senang akhirnya temannya sadarkan diri.
Seolah tidak kaget dengan keadannya, Keina tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Tenang dan datar.
"Apa kau haus? Kau mau minum?"
Tanpa menunggu jawaban, Prada bergerak menuangkan air di teko ke dalam gelas.
"Kau bisa duduk?"
Setelah beberapa saat hanya diam saja, Keina akhirnya merespons ucapan Prada dengan bangun dari pembaringannya.
"Hati-hati ... pelan-pelan."
Keina menerima gelas itu. Meneguk airnya hingga tandas.
"Kau jangan kemana-mana, ya. Aku akan panggil tabib sebentar."
"Tunggu.. Prada."
Belum sempat Prada melangkahkan kaki, Keina meraih tangan menahannya pergi.
"Tidak usah panggil tabib, aku baik-baik saja."
"Jangan bilang begitu. Setidaknya biarkan tabib memeriksamu."
"Sungguh, aku baik-baik saja." Keina melirik ke arah jendela. "Kau tidak perlu merawatku, kau bisa pergi istirahat sekarang."
"Tidak bisa. Yang Mulia Eras dan tuan Arga sudah memerintahkanku untuk menjagamu dan memberitahu mereka kalau kamu sudah sadar."
Keina merasa tidak enak pada Prada. Mereka sama-sama pelayan, ia tidak bisa diam saja membiarkan Prada seolah tengah melayaninya.
"Tenang saja, aku akan-"
Tok! Tok! Tok!
Ucapan Keina terpotong karena terdengar ketukan seseorang dari arah pintu.
Prada lantas bergerak membuka pintu melihat siapa yang datang.
"Tuan Arga?" Prada segera membungkukkan badannya. "Pas sekali, Keina sudah sadar."
"Benarkah?"
Prada menggeser badannya memberi jalan supaya Arga bisa masuk.
Dengan wajah sumringah, Arga membawa dirinya berjalan memasuki kamar tersebut. Saat bertemu pandang dengan Keina, ia melangkah lebih dekat ke arah gadis itu.
"Kamu sudar sadar? Bagaimana perasaanmu?"
Arga tidak menyadari perubahan mimik wajah Keina yang menjadi dingin melihat kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomansaDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...