Di istana Stelelor, di waktu siang hari, Permaisuri Malia sedang berada di ruang santai duduk di sofa sambil membaca sebuah buku. Namun, tampak sepertinya ia tidak fokus pada kegiatannya saat ini. Bisa dibilang hanya untuk peralihan saja karena ada sesuatu yang lebih mendominasi pikirannya.
Terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa membuat Permaisuri Malia lantas melirik seseorang yang datang. "Bagaimana? Apakah sudah ada kabar?" Ia langsung bertanya pada Juliet yang kembali setelah melakukan apa yang diperintahkannya.
Bisa terbaca dari raut mukanya bahwa Juliet akan menjawab pertanyaan tersebut di luar harapan majikannya. "Tidak ada, Yang Mulia. Sampai sekarang tidak ada kabar apapun."
Permaisuri Malia mengalihkan wajahnya dari Juliet. Ia berpikir keras hingga menimbulkan kerutan di dahinya. Kalau memang orang itu masih belum berhasil membunuh Keina, harusnya dia memberikan kabar, tapi sudah ditunggu-tunggu entah kemana orang itu sekarang.
Permaisuri Malia butuh kepastian apakah Keina sudah mati atau belum. Bagaimanapun moment perempuan itu berada di luar istana merupakan kesempatan yang bagus. Jika sudah kembali, akan sulit mengatur rencana lagi.
Ia merasa kesal sekaligus tidak tenang, ditambah lagi tidak tahu harus melakukan apa.
"Yang Mulia, mungkin karena jarak yang semakin jauh jadinya sulit juga mengirimkan surat. Yang Mulia tenang saja, bukankah dia tidak pernah gagal dalam misinya? Bisa saja kabar darinya datang terlambat." Juliet berusaha optimis demi menenangkan perasaan majikannya.
"Perasaanku tidak enak, pasti terjadi sesuatu padanya." Apakah orang itu ketahuan oleh para prajurit sehingga dia ditangkap? Akan lebih bagus jika kepergok langsung dibunuh saja.
Rombongan masih bertahan tinggal di kediaman Count Sergas. Tempat tersebut memang merupakan pemberhentian terakhir, sengaja Kaisar Arzaid memutuskan untuk menginap seharian penuh untuk memberikan istirahat total pada semua pelayan dan prajurit karena besok akan menjadi hari yang panjang saat sudah mencapai desa Zaprico.
Selesai menghabiskan makan siangnya, Keina memilih berjalan-jalan sendirian mengelilingi taman belakang kediaman tersebut. Tadi malam ia tidak dapat tidur dengan nyenyak sebab memikirkan nasibnya kedepan. Ia membutuhkan udara segara agar batinnya sedikit lebih baik.
"Keina."
Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang tak asing baginya dari arah belakang, ia sontak membalikkan badan.
"Nona Trila?"
"Apa kau sedang tidak sibuk?"
"Tidak, aku hanya sedang bersantai."
"Yang Mulia Eras mencarimu." Setelah mengatakan itu, Trila langsung berbalik melangkah lebih dulu.
Keina sejenak merasa heran, entah perasaannya saja atau bagaimana, barusan dari nada bicaranya Trila seolah sedang menunjukkan rasa tidak sukanya. Seingatnya ia tidak punya masalah apapun dengan Trila. Tak mau berpikir berlebihan, ia bergerak menyusul Trila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomansaDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...