"Astaga! Tuan?!" pekik Keina terkejut. Ia letakkan begitu saja kotak perhiasan di tangannya di atas tanah, dan ia cepat-cepat mendekati sosok yang tengah merintih kesakitan sambil memegangi pinggangnya.
"Anda kenapa, tuan?" Keina berjongkok di samping orang tersebut. Meskipun pencahayaan yang minim, tapi Keina bisa mengenalinya.
Dia adalah Gurnian San Arga—sepupu Kaisar. Keina bisa tahu karena pernah satu kali melihatnya waktu persidangannya Daina di aula agung.
"Tuan, anda tidak apa-apa?" tanya lagi Keina.
Arga yang memejamkan mata seperti berusaha terus menahan rasa sakitnya yang berasal dari pinggangnya. Keina melihat ada darah yang membasahi telapak tangan dan pakaian pria itu.
"Anda terluka. Apakah anda bisa berdiri?"
Arga menggelengkan kepala. Badannya sampai membungkuk setengah berbaring di atas tanah.
Keina menengok kesana-sini mencari bantuan. Namun, lagi-lagi tidak ada siapapun. Tidak mungkin baginya yang berbadan kurus kecil memapah tubuh Arga yang tinggi besar.
"Tuan, saya akan cari bantuan, apa anda mau menunggu sebentar di sini?"
Arga menghembuskan napas berat, lalu ia pun menganggukkan kepala.
"Baik, tunggu sebentar ya, saya akan segera kembali."
Keina bergegas secepat yang ia bisa berlari ke arah yang berlawanan menuju tempat para tabib istana berada.
•••
•••
"Tolong! Tolong! Tolong! Siapapun tolong!"
Setelah berlari kurang lebih lima belas menit, Keina akhirnya sampai di tujuan. Dengan napas yang tersengal-sengal ia berteriak memanggil para tabib yang mungkin sedang beristirahat di kamar mereka masing-masing.
"Hei kau, kenapa berteriak-teriak malam-malam begini?"
Muncul salah seorang pria yang sudah cukup tua keluar dari ruangannya dengan membawa lentera di tangannya melangkah mendekati Keina.
"Tuan tabib, saya minta tolong ada orang yang terluka," lapor Keina cepat.
"Siapa yang terluka? Di mana pasiennya?" Tabib itu bertanya dengan kerutan di dahinya.
"Dia sepupunya Kaisar. Dia terluka parah, saya tidak bisa membawanya kesini." Keina hanya sebatas mengetahui Arga adalah sepupu Kaisar, tapi Keina belum tahu siapa namanya.
"Apa?! Sepupunya Kaisar? Tuan Arga maksudmu?"
"Iya, ayolah cepat, dia sudah menunggu."
"Astaga, tunggu sebentar."
Tabib itu berubah jadi panik. Dia masuk ke ruangannya lagi untuk mengambil terlebih dahulu peralatan medisnya yang dikumpulkan jadi satu kotak yang dijinjing. Setelah itu, dia kembali ke hadapan Keina yang sudah menunggu dengan gelisah.
"Ayo tunjukkan jalannya."
Mereka berdua sekuat tenaga berlari terburu-buru di tengah gelapnya hari yang semakin malam.
•••
•••
•••
Di ruang makan, Indri duduk menghadap meja bundar. Trila menghidangkan berbagai macam menu sarapan pagi hari ini.
"Di mana Keina? Apa dia belum bangun?" Indri kebingungan dari tadi melihat hanya Trila seorang diri yang melayaninya.
"Saya juga awalnya berpikir begitu, Yang Mulia. Tapi saat saya mengecek ke kamarnya, Keina sudah tidak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
Storie d'amoreDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...