🌺Part 28🧊

3.3K 180 9
                                    

"Bagaimana kabar perempuan itu, Juliet?" Permaisuri bertanya sambil meraih cangkir minuman teh kesukaannya.

"Maksud anda... pelayan Keina, Yang Mulia?"

"Menurut siapa lagi?"

"Entahlah, Yang Mulia. Kabarnya dia semakin hari sudah seperti mayat hidup yang mencoba berusaha supaya tidak mati." Juliet berbicara dengan nada yang mengejek.

Permaisuri tersenyum menahan tawa mendengar seolah itu adalah hal yang lucu.

"Mati karena kelelahan dan kelaparan, mungkin itu sudah menjadi takdirnya."

Selama sebulan ini, Malia berada dalam suasana hati yang begitu baik, sebab ia bisa memberi pelajaran pada orang seperti Keina. Meskipun persoalannya sudah berlalu, tapi Malia tidak akan membiarkan siapapun yang sudah berani macam-macam dengannya, dan dendam itu harus dibayar dengan nyawa!





•••

Pagi hari di tempat pencucian, seperti biasa Keina sudah lebih dulu duduk di tepian kolam melakukan pekerjaannya. Sedangkan pelayan lain masih asyik menyantap sarapan mereka. Keina harap siang nanti ia diberi makan karena sekarang lambungnya terasa perih. Keina sudah meminum obat pencernaan yang secara diam-diam diberikan oleh bibi Tera, tapi ternyata dengan obat itu saja tidak cukup. Keina tidak tahu bisa sampai kapan ia bertahan dalam situasi ini, mungkin tak lama dirinya akan mati perlahan-lahan.

"Keina... ada yang datang mencarimu."

Tiba-tiba sosok bibi Tera muncul sudah berdiri di dekat Keina bersama dengan wanita lain di sampingnya.

Keina lantas berdiri menatap secara bergantian dua wanita di hadapannya.

"Apakah benar kamu yang bernama Keina Olavanser?" tanya wanita itu yang Keina tebak adalah seorang pelayan senior dari seragamnya.

"Iya...." Keina tidak tahu musti memanggil wanita asing itu dengan panggilan seperti apa.

"Baiklah, sekarang kemasi barang-barangmu."

"Apa?" kaget Keina mendengarnya. Apa ia akan diusir? "Saya mau dibawa kemana?"

"Ke istana Soare."

Kening Keina mengernyit. Istana Soare? Bukankah itu tempat kediamannya...

"Keina, dia adalah bibi Serina. Dia yang memegang tanggung jawab di istana Soare. Mulai sekarang kau akan pindah bekerja di sana," tutur bibi Tera dengan penuh kelegaan yang terlihat di wajahnya.

Di istana Maara Ihe, tepatnya di kamar pribadi sang selir. Indri tengah berbaring di ranjangnya sambil diperiksa oleh sang tabib dibantu asistennya.

Pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu dilakukan untuk meninjau kondisi Indri apakah bisa ikut serta dalam perjalanan Kaisar mengunjungi desa Zaprico.

Di kamar itu tidak hanya ada Trila saja, namun hadir juga sosok Kaisar Arzaid yang berdiri memerhatikan tak jauh dari tempat tidur.

Setelah hampir memakan waktu sampai kurang lebih dua puluh menit, sang tabib akhirnya selesai melakukan pemeriksaan dan menyuruh asistennya untuk membereskan semua peralatan yang dibawa.

Lalu sang tabib melangkah berdiri di hadapan Kaisar Arzaid. "Izin melaporkan, Yang Mulia. Kondisi Yang Mulia Eras saat ini baik-baik saja, tidak menunjukkan gejala serius apapun."

Selir Kesayangan KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang