Keina dan Banyoman dalam waktu singkat menghabiskan sarapan mereka. Sekarang keduanya berjalan beriringan menuju ruang makan berada, tapi ternyata di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan Kaisar Arzaid serta yang lainnya.
Untuk sesaat tatapan Keina bertemu dengan Kaisar Arzaid, lalu gadis itu menundukkan pandangan.
Indri yang berdiri di samping Kaisar Arzaid tak luput memerhatikan bagaimana lelaki itu memandangi Keina.
"Anda sudah selesai, Yang Mulia?" Banyoman bertanya untuk memastikan apakah ada hal lain yang ingin majikannya itu lakukan.
"Iya, semuanya sudah siap?" Kaisar Arzaid kini menatap Banyoman.
Banyoman mengangguk sopan. "Semuanya telah siap. Tinggal menunggu perintah dari anda, Yang Mulia."
"Baiklah, kita bisa melanjutkan perjalanan sekarang."
Setelah berucap seperti itu, Kaisar Arzaid kembali melangkahkan kakinya dengan tetap merangkul bahu dan memegangi tangan Indri.
Seluruh anggota keluarga Count Miwa setia mengikuti dari belakang. Banyoman dan Keina mengambil barisan di paling belakang.
Tak butuh waktu lama, mereka sampai di pintu utama kediaman tersebut, menuruni beberapa anak tangga terlebih dahulu hingga dapat menginjakkan kaki di atas tanah.
Terlihat para rombongan sudah bersiap, para prajurit duduk di atas kuda mereka masing-masing, sisanya telah masuk ke dalam kereta kuda.
Kaisar Arzaid terus membimbing Indri hingga mencapai kereta kuda milik wanita itu.
"Hati-hati," ucap Kaisar Arzaid saat Indri akan menginjak tangga untuk naik ke dalam kereta kudanya.
memastikan semuanya baik-baik saja, Kaisar Arzaid menutup pintu kereta kuda tersebut. Ia membalikkan badan melihat para anggota keluarga Count Miwa masih berkumpul semua di hadapannya saat ini.
"Count Miwa, terima kasih atas bantuanmu kemarin dan hari ini. Kalian sudah bekerja keras."
Count Miwa membungkukkan badan bersikap rendah diri. "Tidak, Yang Mulia. Itu sudah menjadi tugas saya."
Kaisar Arzaid tidak menanggapi, ia malah melirik ke arah Keina yang berdiri tak jauh bersama Banyoman. Lalu, ia mendekat ke arah gadis itu dan berdiri di depannya.
Hal itu tentu saja banyak disaksikan oleh semua mata yang memandang. Indri dan Trila yang berada di dalam kereta kuda pun dapat melihatnya.
Keina tetap menundukkan pandangannya. Ia dalam hati bertanya-tanya kenapa Kaisar Arzaid berdiri di depannya saat ini.
"Angkat kepalamu."
Banyoman tetap berdiri di samping Keina. Memasang muka datar seperti biasanya.
Keina tidak langsung mengikuti apa kata majikannya. Ia kebingungan atas sikap Kaisar Arzaid. Ditambah lagi, ia mengetahui bahwa mereka tengah jadi pusat perhatian banyak orang.
Karena gadis itu tetap bergeming menundukkan kepalanya, Kaisar Arzaid menyentuh dagunya mengangkat wajah Keina hingga tatapan mata keduanya saling bertemu.
Keina membulatkan mata disertai sedikit kerutan di dahi. Tangan Kaisar Arzaid dari dagu berpindah naik menyentuh keningnya memeriksa suhu tubuhnya.
"Kan, pada akhirnya kamu jatuh sakit juga." Kaisar Arzaid menurunkan tangannya kembali.
Keina masih terdiam dilanda rasa keterkejutan. Apa yang sebenarnya Kaisar Arzaid lakukan?
Tetapi, Kaisar Arzaid ternyata tidak lanjut mengatakan apapun. Ia berjalan menuju kereta kudanya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomanceDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...