Selir Indri bersama pelayan pribadinya—Trila yang mengikuti dari belakang, mereka berjalan menyusuri koridor istana Soare menuju ruang kerja Kaisar Arzaid berada.
Sesampainya di depan pintu besar yang dijaga oleh dua orang prajurit, Indri tidak serta merta langsung masuk begitu saja karena harus mendapatkan izin dari Kaisar Arzaid terlebih dahulu.
Menyambut kehadiran sang selir, dua prajurit tersebut lantas memberi hormat dengan membungkukkan badan mereka.
"Tolong sampaikan kedatanganku pada Yang Mulia," pinta Indri dengan sopan.
"Baik, tunggu sebentar, Nyonya."
Salah satu prajurit pun bergerak memasuki ruangan tersebut.
Indri berdiri sambil menunggu.
Tak berselang lama, pintu akhirnya terbuka lebar-lebar.
"Silakan masuk nyonya," ujar Banyoman yang muncul seraya memberikan hormat.
Indri tersenyum ramah pada Banyoman sebagai balasan. Sambil melangkahkan kaki, Indri bisa melihat Kaisar Arzaid yang bangkit dari kursinya, menjauh dari meja kerjanya, dan keduanya sama-sama saling mendekatkan diri.
Indri berhenti melangkahkan kakinya saat sudah berhadapan dengan Kaisar Arzaid. Baru ia ingin berlutut memberi hormat, Kaisar Arzaid langsung menahan tubuhnya.
"Sudah ku bilang berkali-kali. Kau sedang hamil, tidak usah berlutut segala. Ayo duduk."
Indri hanya diam saja disertai senyuman senang di wajahnya. Kaisar Arzaid membimbingnya dengan lembut ke arah sisi kanan ruangan yang di sana terdapat salah satu sofa panjang yang sengaja diletakkan gunanya untuk tempat beristirahat jika Kaisar Arzaid butuh rehat sejenak.
"Kenapa kamu susah payah datang kesini? Aku bisa datang sendiri ke tempatmu kalau kamu ingin bertemu."
Jarak antara istana selir dan istana Soare memang lumayan cukup jauh, dengan berjalan kaki bisa memakan waktu lima belas sampai dua puluh menit, dan itu lumayan melelahkan bagi wanita hamil seperti dirinya.
"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Banyak berjalan kaki sehat untuk perempuan hamil seperti saya."
Banyoman datang membawa nampan berisi dua cangkir teh, disuguhkannya minuman-minuman itu di atas meja yang ada di depan sofa panjang yang diduduki Kaisar Arzaid bersama selirnya.
"Ayo diminum dulu, kamu pasti lelah."
Kaisar Arzaid mengambil salah satu cangkir dan memberikannya lebih dulu pada selirnya.
Indri menerima cangkir teh itu dengan senang hati, lalu meminumnya. Entah sejak kapan Kaisar Arzaid jadi begitu perhatian kepadanya. Meskipun tahu bahwa Kaisar Arzaid melakukannya karena anak yang tengah dikandungnya, tapi tetap saja membuat Indri merasa dicintai.
"Bagaimana, kamu suka?" tanya Kaisar Arzaid setelah selirnya sudah mencoba setengah dari isi cangkir tersebut.
Indri menganggukkan kepala. "Rasanya enak. Bau tehnya juga harum."
Kaisar Arzaid tampak puas mendengar jawaban tersebut.
Terjadilah keheningan di antara mereka berdua yang tahu-tahu hanya saling diam saja. Indri yang menundukkan kepala, sedangkan Kaisar Arzaid menatapnya dengan intens.
Banyoman dan Trila ada juga di ruangan tersebut berdiri cukup menjauh jaga-jaga kalau majikan mereka ingin memerintahkan sesuatu.
"Yang Mulia, ada yang mau saya bicarakan dengan anda." Indri mulai angkat suara.
"Katakanlah," ucap Kaisar Arzaid sudah menyadari pasti ada sesuatu yang ingin selirnya sampaikan.
"Mengenai nona Daina ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomanceDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...