Di usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...
Satu minggu telah dilalui Kaisar Arzaid yang bekerja penuh selama lima hari, dan sisanya ia pakai untuk mengajak Indri jalan-jalan mengelilingi desa Zaprico.
Setelah berkemas-kemas pada saat malam sebelumnya, besoknya di hari ke delapan, para rombongan telah siap untuk kembali melanjutkan pulang kembali ke istana.
Atega sebagai kepala desa menyiapkan acara sarapan bersama secara meriah di ruang terbuka mengajak para warga lainnya sebelum melepas kepergian sang penguasa kerajaan. Acara ini berlangsung kurang lebih selama dua jam. Kemudian tanpa mau membuang waktu lagi, Kaisar Arzaid dan para rombongan berangkat meninggalkan desa tersebut.
Sebenarnya Kaisar Arzaid butuh waktu dua minggu untuk benar-benar menyelesaikan pekerjaannya, tapi karena Indri suka beberapa kali mengeluh sakit ini itu, jadinya ia merasa tidak tenang. Akan lebih baik jika mereka segera kembali saja ke istana khawatir terjadi sesuatu pada kehamilan Indri.
"Apakah kehadiran saya mengganggu pekerjaan anda, Yang Mulia?" Berada di dalam kereta kuda yang bergerak menyusuri jalan, Indri mengutarakan pertanyaan yang mengganggu pikirannya, itu karena Kaisar Arzaid tampak tergesa-gesa menyelesaikan urusannya.
Dari yang ia dengar, biasanya butuhnya waktu paling cepat dua bulan Kaisar Arzaid baru kembali ke istana setelah melakukan kunjungan. Namun, kali ini berbeda, dan Indri merasa bahwa dirinyalah penyebabnya.
Mereka yang duduk berdampingan, Kaisar Arzaid menoleh dikit dengan satu tangannya yang menggenggam tangan selirnya. "Dari awal niatku mengajakmu memang hanya untuk sekedar jalan-jalan saja. Ini bukan agenda yang serius. Lagipula aku juga sempat mendiskusikan hal ini dengan Ibusuri, dan katanya jalan-jalan seperti ini bagus untuk menjaga suasana ibu hamil."
"Benarkah?" Indri merasakan ada sebuah beban yang terangkat dari pundaknya.
Kaisar Arzaid mengangguk seraya tersenyum kecil.
"Terima kasih, Yang Mulia. Saya menyukai jalan-jalan ini."
"Syukurlah kalau kamu suka."
Indri menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Perasaannya berbunga-bunga mendapatkan perhatian sebesar ini dari orang nomor satu di kerajaan Strahlender Himmel.
Trila yang duduk bersebrangan hanya bisa diam sambil menundukkan kepala.
Rute jalan pulang yang dilalui sama dengan waktu keberangkatan. Mereka akan menginap di kediaman Count Sergas, besok nya mendirikan perkemahan, lanjut berhenti di kediaman Count Miwa, kemudian persinggahan terakhir yaitu kediaman Count Heta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah melewatkan selama kurang lebih empat hari, akhirnya para rombongan sampai di tujuan. Gerbang istana yang dibuat kokoh berdiri menjulang tinggi besar itu dibuka selebar-lebarnya demi menyambut kepulangan sang penguasa kerajaan.
Para pelayan, prajurit, menteri, dan lain-lainnya, mereka semua seketika menjatuhnya lutut sebelah kanan—berlutut saat melihat kereta kuda Kaisar Arzaid yang sebenarnya hanya diisi oleh Keina dan Banyoman saja.