🌺Part 37🧊

3.3K 208 44
                                    

Keina yang ketiduran di dalam kereta kuda, merasa sudah waktunya untuk bangun dari bunga mimpi, matanya mulai terbuka, lalu ia pun bangkit duduk sambil mengucek-ngucek matanya.

Tangannya terulur membuka tirai jendela untuk melihat bagaimana keadaan di luar. Langit di luaran sana berwarna biru tua, itu artinya waktu sudah menunjukkan pagi. Karena ia tidur cepat, jadinya ia bisa bangun sebelum matahari benar-benar terbit.

Sebelum turun, Keina sejenak merapikan pakaian dan tatanan rambutnya. Setelah itu, ia pun membuka pintu. Hal pertama kali dilihatnya adalah punggung seorang prajurit yang berdiri tegap tak kenal lelah.

"Tuan," sapa Keina saat kakinya sudah menginjak di atas tanah. Si prajurit lantas membalikkan badan. "Astaga, apakah anda tidak beristirahat dan terus berdiri di sini?" Keina merasa tidak enak hati. Ia hanya seorang pelayan, untuk apa dijaga seperti ini.

"Tuan Banyoman berpesan, kalau kau sudah bangun, segera menemuinya." Setelah berkata seperti itu, si prajurit berbalik melangkah pergi menjauh dari Keina.

"Ya ampun, dingin sekali. Apakah dia tidak menyukaiku?" Keina tidak mau ambil pusing. Ia pun juga bergerak mencari di mana keberadaan Banyoman.

Keina tidak perlu bertanya pada siapapun karena ia tahu Banyoman pasti ada di dalam tenda milik Kaisar Arzaid, dan ternyata perkiraannya benar.

Telihat Banyoman seperti tengah mendiskusikan sesuatu dengan Kaisar Arzaid, kehadiran Keina otomatis menghentikan obrolan dua pria itu. Keina melangkah masuk ke dalam tenda. Saat sudah di hadapan majikannya, ia berlutut memberi salam. "Yang Mulia."

"Berdirilah." Masih pagi buta begini Kaisar Arzaid sudah tampak sibuk membaca laporan di tangannya sambil berdiri.

"Keina, kamu tampak berantakan," komentar Banyoman.

"Maaf, paman. Aku baru bangun tidur dan langsung kesini."

Kaisar Arzaid melirik gadis itu, ia mendekatkan diri pada Keina, dan tangannya terangkat menyentuh kening gadis itu.

Keina memilih untuk tidak menghindar, ia biarkan saja Kaisar Arzaid memeriksa suhu tubuhnya.

"Sudah agak mendingan, baguslah." Kaisar Arzaid mundur beberapa langkah kembali fokus membaca.

"Bagaimana istirahat anda tadi malam, Yang Mulia?" tanya Keina sedikit memberi perhatian sudah menjadi tugasnya sebagai pelayan pribadi.

Tidak ada jawaban. Keina menunggu, tapi ia rasa majikannya itu memang tidak ingin menjawab. Bahkan Kaisar Arzaid berdiri sambil membelakanginya.

Tercipta samar-samar kerutan di dahinya, Keina bertanya-tanya apakah lelaki itu tidak mendengarkan atau pura-pura.

"Keina."

"Iya, paman?"

"Dari kasus tanaman Yopa. Apakah kamu tahu beberapa tanaman lain yang bisa dijadikan obat?"

Tanpa pikir panjang Keina menganggukkan kepala. "Iya, tapi pengetahuanku masih terbatas, paman."

"Jika langit sudah terang kamu cari beberapa tanaman yang bisa dijadikan obat di sekitar sini, bagaimana?"

"Memangnya kita tidak langsung melanjutkan perjalanan?" Keina lihat sepertinya orang-orang sudah mulai bersiap.

"Iya, tapi kita tidak perlu terburu-buru. Bagaimana?"

"Baik, paman." Sekilas ia melirik kembali ke arah Kaisar Arzaid yang masih memunggunginya. "Kalau begitu, aku akan pergi bersiap-siap." Keina perlu sikat gigi, mencuci muka, dan mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

Banyoman mengangguk singkat. "Pergilah."

Keina sedikit membungkukkan badan pada Banyoman, kemudian berbalik keluar dari tenda tersebut, dan berjalan menuju tenda yang dibangun khusus untuk para pelayan perempuan.

Selir Kesayangan KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang