Kaisar Arzaid, di ruang kerjanya, duduk di atas kursi kebesarannya, dia sedang fokus memeriksa dokumen-dokumen yang tak ada habisnya setiap hari terus memenuhi meja kerjanya.
Sudah masuk jam makan siang, tapi Kaisar Arzaid masih enggan meninggalkan pekerjaannya.
Setelah berjam-jam lamanya, Kaisar Arzaid meletakkan di atas meja sebuah buku dokumen, dan ia mengangkat kedua tangannya merenggangkan otot-otot badannya. Selesai itu, Kaisar Arzaid menghembuskan napas, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil memijat keningnya. Rasa pusing seketika menyerang dirinya. Wajar karena otaknya terus dipakainya untuk memikirkan masalah kerajaan yang tak ada selesainya.
Kaisar Arzaid meraih cangkir minumannya, tapi ternyata dilihat isinya sudah habis. Banyoman sudah pergi cukup lama dan belum kembali. Kaisar Arzaid memang tidak begitu nyaman kalau dilayani selain oleh Banyoman.
Tiba-tiba di keheningan ruangan tersebut, terdengar pintu terbuka dari luar dan tak lama menampilkan sosok Banyoman bersama Keina yang akhirnya datang.
Tatapan mata Kaisar Arzaid jatuh pada Keina, memerhatikan gadis itu yang berjalan di belakang Banyoman memasuki ruangan dengan kepala tertunduk.
"Yang Mulia." Banyoman merendahkan tubuhnya berlutut ketika sampai di hadapan majikannya, sama halnya dengan Keina juga.
"Berdirilah," ucap Kaisar Arzaid. "Sudah ditemukan?" tanyanya tanpa basa-basi.
Banyoman memiringkan badan menatap Keina. "Kau bisa mengatakannya sekarang."
Keina terdiam sesaat. Dalam benaknya sedikit tidak menyangka bahwa ia sekarang menginjakkan kaki di istana Soare tempat kediaman penguasa kerajaan.
"Sudah, Yang Mulia," jawab Keina.
"Siapa?" Kaisar Arzaid menajamkan tatapan matanya meski Keina tertunduk tidak balik menatapnya.
"Pelayan pribadi nona Daina." Keina menjawab tanpa keraguan.
Sebelum memasuki ruangan, Banyoman memberi Keina informasi siapa yang mereka temui tadi di istana Cortesia.
"Apa?" Kening Kaisar Arzaid mengernyit tajam. Punggungnya yang sedang bersandar sampai terangkat. "Apa kau yakin?"
"Yakin, Yang Mulia."
Kaisar Arzaid melirik Banyoman seolah mempertanyakan apakah ucapan gadis itu dapat dipercaya.
Banyoman yang sudah bertahun-tahun mengabdikan diri mengikuti Kaisar Arzaid, ia tahu apa maksud dari tatapan majikannya itu. Tapi, ia memilih diam saja memasang muka datar.
"Apa kau siap mempertanggung jawabkan ucapanmu itu? Karena aku tidak akan membiarkan siapapun lolos begitu saja setelah memberikan keterangan yang palsu."
Keina segera berlutut. ia belutut bukan karena takut akan ancaman Kaisar Arzaid. Tindakannya hanya membuktikan kalau dirinya sangat hormat pada sang penguasa kerajaan serta tidak ada niat ingin menipu sama sekali.
"Yang Mulia, tidak ada alasan bagi saya membohongi anda dengan menuduh nona Daina. Silakan Yang Mulia melakukan penyelidikkan lebih lanjut bila anda meragukan kesaksian saya."
Kaisar Arzaid memalingkan muka ke samping sambil berpikir langkah apa yang selanjutnya harus ia lakukan. Keluarga Duke Zerfiks turun temurun selalu setia pada kerajaan. Ketika Duke Zerfiks datang ke istana, Kaisar Arzaid bersikap curiga hanya untuk memperingati pria itu saja supaya tidak main-main kepadanya. Sekarang putrinya malah melakukan sesuatu yang mencurigakan.
"Baiklah, kau bisa pergi sekarang." Karena sudah tidak ada lagi urusan dengan gadis itu, Kaisar Arzaid pun menyuruh Keina kembali ke istana selir.
Keina beranjak berdiri, mundur tiga langkah, setelah itu baru membalikkan badan, dan keluar dari ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomanceDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...