Di dalam kamar yang sangat mewah dan luas itu, yang memang disediakan untuk ditempatkan oleh tamu penting, kini terlihat hanya ada seorang gadis yang tengah berbaring tertidur pulas di atas ranjang.
Tidur gadis itu terlihat nyaman, tenang, dan damai seakan tidak akan ada siapapun yang berani mengusiknya. Namun, gadis itu harus segera bangun.
Matanya pelan-pelan mulai terbuka. Dia terdiam sejenak memandangi langit-langit tempat tidur. Lalu tak lama, dia terlonjak bangun setelah mendapatkan kesadaran penuh.
Keina cepat-cepat beranjak turun dari kasur dengan wajah panik dan kepalanya menengok sana-sini mencari keberadaan seseorang sambil melangkah ke tengah ruangan.
"Yang Mulia! Anda di mana?!" seru Keina dan matanya melotot saat melihat ke arah jendela menyadari bahwa hari sudah terang. "Ah! Ya ampun!"
Lagi-lagi dirinya bangun kesiangan. Kebiasaan buruk yang susah hilang, ditambah lagi ia tidur di atas ranjang yang empuk.
"Kau benar-benar keterlaluan, Keina. Yang Mulia Kaisar pasti sudah menunggu. Lagipula kenapa juga Kaisar tidak membangunkanku. Ah, yang benar saja." Di tengah-tengah ocehannya pada diri sendiri, Keina terdiam kebingungan. "Di mana tasku?"
Keina mulai mencari ke setiap sudut ruangan, namun hasilnya nihil. Hingga ia menemukan di atas meja kecil bundar ada sebuah kain yang dilipat rapi dan di atasnya ada secarik kertas yang langsung Keina ambil lalu membacanya.
‘Jika kamu sudah bangun, segera bersiaplah. Tasmu sudah kuserahkan pada Banyoman untuk diletakkan di kereta. Pakaian juga sudah disiapkan oleh pelayan. Setelah keluar dari kamar langsung temui Banyoman.’
Tidak perlu berpikir keras pesan itu dari siapa. Tanpa babibu lagi, Keina ambil pakaian tersebut dan bergegas ke kamar mandi. Ia akan melakukannya dengan cepat tanpa memakan waktu lama.
|||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||"Sebuah kehormatan bagi keluarga kami bisa duduk sarapan bersama dengan Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Eras juga," ujar sang kepala keluarga Count Heta.
"Terima kasih juga atas usahamu menyiapkan ini semua, Count Heta," balas Kaisar Arzaid yang duduk di ujung meja makan.
"Sudah menjadi kewajiban saya, Yang Mulia." Count Heta membungkukkan badannya.
"Mari kita nikmati sarapan ini dengan nyaman. Silakan, jangan merasa sungkan."
Para pelayan mulai bergerak melayani majikan masing-masing. Di meja makan hadir juga putra dan putri—anak dari pasangan Count dan Countess yang ikut sarapan bersama.
"Eras, kalau ada makanan yang membuatmu mual katakan saja, ya," ucap Kaisar Arzaid pada wanita itu yang duduk di dekatnya.
"Iya, Yang Mulia." Selir Indri tersenyum akan perhatian kecil yang diberikan oleh Kaisar.
"Bagaimana istirahat anda tadi malam, Yang Mulia Eras? Apakah anda nyaman dengan kamar yang dipersiapkan?" tanya Countess Heta yang duduk di sebrang tepat di samping sang suami.
"Berkat kerja keras anda, saya bisa beristirahat dengan nyaman, terima kasih Countess Heta."
"Anda terlalu berlebihan, itu sudah tanggung jawab saya sebagai nyonya rumah."
Keduanya saling melemparkan senyum sopan satu sama lain.
"Yang Mulia Kaisar." Salah satu putri Count Heta yang masih berusia tujuh belas tahun bersuara membuat dirinya jadi pusat perhatian. "Anda tampan sekali. Sebuah keberuntungan bisa melihat anda dari dekat seperti ini."
Semua tertawa mendengar ucapan polos yang keluar dari mulut gadis remaja itu.
"Terima kasih, nona." Hanya itu yang bisa Kaisar Arzaid katakan sebagai responsnya. Ia sudah biasa mendapatkan pujian soal tampangnya, di sisi lain ia merasa heran karena setiap bercermin baginya wajahnya ini biasa-biasa saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/266510918-288-k25589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomanceDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...