Keina tercenung mendengarnya, alisnya sedikit mengernyit. 'Sesuatu yang ingin dikembalikan' Apa maksudnya itu? Kebingungan ini membuat Keina jadi menghentikan aktivitas makannya yang sedikit lagi akan habis. Dan belum sempat dirinya melemparkan pertanyaan, Arga sudah kembali berucap. "Mungkin kamu mendapati sesuatu di balik pakaianku ketika membantu tabib Zeda?"
Keina terdiam memutar otak mengingat kejadian semalam. Sebenarnya 'sesuatu' apa yang dimaksud oleh tuan Arga.
"Oh!" seru Keina spontan berdiri dari kursinya.
Keina berjalan ke arah meja nakas berada, ia membuka laci, dan mengambil sebuah buku tipis yang hanya terdiri dari lima belas lembar saja. Kemudian dirinya kembali ke meja makan. "Apa sesuatu yang tuan maksud adalah buku ini?" tanyanya sembari menyerahkan buku tersebut.
Arga menerima buku itu dengan senyum tipis di wajahnya. Arga mengecek membuka setiap lembaran dengan melihatnya secara sekilas. "Apa nona membaca isinya?"
Tidak ada kecurigaan atau sikap waspada yang Arga perlihatkan. Pembawannya tetap santai dan cara bicaranya terdengar ringan. Namun, Keina sudah menduga kalau buku tersebut pasti merupakan barang yang cukup penting.
"Jika saya menjawab 'tidak' apakah tuan akan percaya?" Keina memilih berdiri di hadapan Arga. Tidak mungkin baginya duduk kembali begitu saja.
Arga terdiam menatap Keina untuk beberapa saat. Tak ada tatapan tajam atau menyelidik dari sorot matanya. Arga tampak tidak memiliki prasangka apapun terhadap Keina.
"Tentu saja, tidak ada alasan bagiku untuk tidak memercayaimu, bukankah begitu?"
Dalam hati Keina merasa lega. Di matanya ia menilai mungkin Arga tidak seserius atau sekaku layaknya seperti kaum bangsawan pada umumnya.
"Terima kasih atas kata-kata anda, tuan Arga."
"Kenapa dari tadi kau hanya berdiri saja? Duduklah dan habiskan makananmu."
Keina menurut. Ia kembali ke kursinya dan mulai melanjutkan aktivitas makannya yang sempat tertunda.
Arga mengamati gadis itu. Di matanya sosok Keina memang bukan seperti orang yang mencurigakan. Bisa dibilang dirinya betul-betul percaya pada gadis itu. Namun, Arga tidak boleh lengah, karena musuh yang sebenarnya adalah mereka yang memasang topeng seolah terlihat tidak berbuat apa-apa.
Keina telah menghabiskan seluruh makanan di piringnya, saat ia meneguk air di gelas ingin menghabiskan minumannya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka lebar dan tak lama kemudian muncullah sosok Kaisar Arzaid datang ditemani tangan kananya siapa lagi kalau bukan Banyoman.
Keina jelas langsung terbelalak kaget. Cepat-cepat ia turun dari kursi menjatuhkan diri berlutut dihadapan sang kaisar. Arga pun melakukan hal yang sama di samping Keina.
Dengan wajah datar seperti biasanya dan kedua tangan ditautkan di belakang punggung, langkah kaki yang ringan mendekat ke arah dua insan yang tengah memberi salam hormat kepadanya. Kaisar Arzaid datang tanpa disangka-sangka
"Apa yang dilakukan dua lawan jenis di dalam ruangan tertutup seperti sekarang ini?"
Mendengar pertanyaan Kaisar Arzaid membuat jantung Keina seketika berdegup kencang. Dirinya dilanda kecemasan, takut dituding melakukan perbuatan yang tidak pantas, dan berakhir kena hukuman yang berat.
Arga melirik gadis di sebelahnya yang menunduk tidak berani mengangkat wajah barang sedikit pun. Arga tahu bahwa Keina pasti sedang khawatir akan kedatangan Kaisar Arzaid yang tidak diduga-duga. Arga sendiri terlihat biasa saja, tidak terkejut apalagi ketakutan.
"Izin menjawab, Yang Mulia," ucap Arga sambil berdiri padahal Kaisar Arzaid belum menyuruhnya. "Mohon Yang Mulia jangan salah paham. Kami hanya menghabiskan waktu makan siang bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Kesayangan Kaisar
RomanceDi usianya yang masih muda--Keina harus menyaksikan ketidakadilan merenggut nyawa ayah serta kakak perempuannya. Mengapa orang miskin selalu salah dan yang kaya selalu benar. Dendam--itulah yang dirasakan Keina saat ini. Tapi, dirinya sadar bahwa po...