Haii akhirnya chapter 3 dah siapp.
Jangan lupa vote dan komen di setiap paragraf nya yaaa😊😊
Terimakasih🙂
_____________________________________
“SEKAR!”
Lagi-lagi Rafera mengelus dadanya. Kini seorang siswa yang menggunakan kacamata meneriakkan namanya. Cowok itu duduk di bangku paling ujung, namun masih terlihat oleh Rafera.
“Siapa sih yang panggil gue lagi? Apa dia yang namanya Vano?” Rafera menghampiri cowok itu dengan tatapan datar. Namun cowok itu malah tertawa terbahak-bahak.
Rafera merenyit bingung, “Dih, sakit lo?”
“Muka lo jelek kalo datar gitu. Kayak biasanya aja napa, senyum gitu.”
“Males senyum ke orang asing,” ucap Rafera dengan suara pelan. Gadis itu menduduki dirinya di kursi samping Vano.
“Jadi selama ini gue cuma lo anggap orang asing?” tanya Vano tidak terima.
Rafera membolakan matanya lagi, kenapa cowok itu mendengar ucapannya? Padahal Rafera merasa bahwa suaranya tadi sudah sekecil mungkin. “Kuping lo sakit tuh, gue aja dari tadi diem aja.”
“Ngapain panggil gue?” tanya Rafera seraya menaikan sebelah alisnya. Jujur, raut wajahnya yang diperlihatkan memang sedikit ketus. Namun dalam hati sebenarnya, Rafera sedang gugup karena dipanggil oleh cowok ganteng.
“Lo udah belajar sampai mana?”
Mendengar pertanyaan Vano, Rafera hanya bisa tertawa miris, meratapi nasibnya yang tidak bisa kecanduan belajar. “Jujur nih ya, gue belum ada persiapan apa-apa buat olimpiade fisika.”
“Lo itu pinter, jadi walaupun gak ada persiapan gue yakin lo bisa.”
Hal itu menjadi benar, kalau di depan Vano adalah Sekar. Namun sekarang berbeda, yang ada di depan Vano hanyalah Rafera yang malas belajar. Melihat sampul buku bertuliskan angka-angka saja dirinya sudah malas duluan untuk membukanya, apalagi mempelajarinya.
“Guru yang urus olimpiade nanti siapa?”
“Bu Riana.”
Baiklah, akhirnya Rafera mengetahui guru yang mengurus olimpiade nanti. Masalah wajah gurunya yang mana adalah urusan belakangan. Nanti Rafera akan bertanya kepada guru siapapun yang berada di ruang guru.
Rafera berniat ingin membatalkan keikutsertaan dirinya pada olimpiade fisika. Rafera merasa bahwa dengan adanya dirinya mengundurkan diri, sekolah ini tidak akan dipermalukan oleh siswi yang kurang pintar sepertinya. Dan pastinya, sekolah ini tetap menjadi sekolah unggul karena pada olimpiade nanti akan diikuti oleh siswa yang pintar saja, seperti Vano.
“Materi yang dipakai buat nanti apa? Ajarin gue dong.”
Bukan tanpa alasan Rafera meminta Vano untuk mengajarinya. Hal itu untuk berjaga-jaga agar nanti ketika dirinya terpaksa mengikuti olimpiade, ia sudah mengerti sedikit materi apa yang akan keluar di soal olimpiade.
Sejujurnya Rafera tidak yakin jika dirinya masih diberi kesempatan untuk mengundurkan diri. Karena Sekar dari dulu sudah sering memenangkan olimpiade di sekolah ini, jadi panitia olimpiade akan tetap berusaha agar Rafera tidak mengundurkan diri.
“Ada lima materi, dua dari kelas sepuluh. Dua nya lagi dari kelas sebelas, dan satu lagi dari kelas 12.”
“Ajarin aja semuanya, gue mau memperdalam lagi.”
Vano menautkan alisnya, tidak yakin dengan perkataan cewek di depannya itu. Bukan hanya dirinya yang tahu sebagaimana pintarnya Sekar. Semua siswa di sini tau, guru-guru pun juga mengetahui hal itu. Namun bagaimana dia meminta Vano untuk mengajarinya? Dengan alasan memperdalam lagi materinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Ficção AdolescenteSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...