Halo ketemu lagi nih di chapter 30. Cepet banget dah udah 30 aje.
Yuk ramein cerita ini dengan komen di setiap paragraf wkwkwk, jangan lupa vote juga yaaa.
Selamat membaca.
__________________________________________SEJAK tadi Rafera tidak henti-henti nya memandang Rania. Gadis itu sudah lelah dengan Rania yang keras kepala. Bagaimana tidak, Rania dengan lancar nya mengurus surat cerai tanpa persetujuan dari Ibunya maupun Rafera.
“Kak, semua masalah bisa diselesaikan baik-baik. Cerai bukan cara untuk menyelesaikan masalah Kak Rania dan Kak Robi.”
Tidak ingin mendengar pendapat apapun dari orang lain, Rania cuek dengan ucapan Rafera barusan. Dirinya tetap pada keputusannya yaitu menggugat cerai Robi.
“Mba nggak nanya apa pendapat kamu. Ini masalah Mba, jadi biar Mba yang urus semua nya.”
Rafera menggeleng kuat. “Nggak Kak, bagaimana pun juga Sekar ini Adik Kak Rania. Sekar berhak untuk kasih pendapat ke Kak Rania.”
“Ibu bakal setuju kalau Kak Rania cerai?”
Rania memandang sejenak Rafera, ia mencoba untuk mencerna ucapan Rafera yang menurutnya itu benar. Bagaimana pun juga, Ibu nya harus tahu tentang hal ini. Namun, Rania tidak yakin apakah Ibu nya akan setuju dengan jalan pilihan Rania.
“Mba butuh waktu untuk cerita sama Ibu. Tapi Mba akan berusaha untuk meyakinkan Ibu kalau hubungan Mba dengan Mas Robi udah nggak bisa dipertahanin lagi.”
🧩🧩🧩
Saat ini Dion sedang membantu Ayah Rafera untuk berjaga di toko. Biasanya kalau malam toko Ayah Rafera selalu ramai, apalagi jika menjelang weekend seperti sekarang ini.
Ayah Rafera memiliki usaha toko peninggalan Kakek Rafera. Hanya ini yang bisa Ayah Rafera teruskan untuk memenuhi kebutuhannya dan juga Rafera. Karena ia hanya lulusan SD, jadi ia sangat kesulitan jika mencari pekerjaan.
Selain melakoni usaha Ayahnya, Ayah Rafera terkadang membuka pusat pelatihan bela diri. Bisa dikatakan sebagai bimbingan untuk orang-orang yang ingin belajar bela diri.
Rafera memilih untuk menjadi pembimbing bela diri di tempat Ayahnya daripada menjaga toko yang menurutnya membosankan. Jadi jika Ayah Rafera meminta dirinya untuk menjaga toko, pasti Rafera selalu menolak.
“Terimakasih, silahkan datang kembali.” Dion berusaha berkata seramah mungkin di depan pembeli.
Kini toko Ayah Rafera sudah mulai sepi, ia akhir nya bisa duduk sebentar setelah lama berdiri melayani banyaknya pembeli yang membeli banyak macam peralatan.
Toko tersebut lumayan besar karena memang Ayah Rafera yang merenovasi nya agar bisa menjual lebih banyak. Awalnya hanya berjualan makanan dan minuman, namun sekarang bertambah menjual peralatan rumah tangga, alat pembersih, alat elektronik, produk kecantikan, obat, pulsa, token, dan lain sebagainya. Sudah seperti supermarket pada umumnya.
Ayah Rafera memasuki toko dengan wajah lelah, membuat Dion segera menghampiri nya seraya memberikan air mineral. “Om udah selesai ngajar?” tanya Dion yang dibalas anggukan.
“Kalau Om capek, Om istirahat aja di rumah. Dion gapapa kok jaga toko sendiri.”
Ayah Rafera menggeleng, karena bagaimana pun juga ini salahnya karena meminta bantuan kepada Dion terus menerus. Karyawan nya ada yang sakit dan izin, jadi ia berusaha untuk menggantikan Dion yang telah menjaga toko sejak pulang sekolah.
“Kebetulan Edo sakit dan Iki ke kampung. Jadi Om akan gantiin Dion sekarang.”
Dion menggeleng, “Dion gapapa kok Om, lagian besok libur.”
“Yasudah, Om mau siapin barang dulu. Tadi Pak Burhan kasih daftar barang yang mau dia beli buat anaknya yang baru jadi pengantin baru. Besok barangnya diambil sama mobil box buat diantar langsung ke rumah baru anaknya Pak Burhan.” jelas Ayah Rafera yang diangguki oleh Dion.
“Dion bantuin ya Om, pas banget belum ada pembeli lagi.”
Akhirnya mereka mulai mengambil satu persatu barang yang tersedia di sana sesuai daftar yang Ayah Rafera tunjukan. Barang tersebut terdiri dari alat-alat kebersihan rumah, alat elektronik seperti remote dan senter, lalu berbagai bahan masakan instan.
Setelah usai menata barang di gudang penyimpanan, segera Dion melayani pembeli yang kebetulan baru saja masuk toko setelah Dion selesai membantu Ayah Rafera.
“Ada lagi?” tanya Dion kepada pembeli tersebut.
“Itu aja Bang,” jawab pembeli tersebut yang terlihat seperti anak sekolah.
Dion mengangguk seraya memasukan lima bungkus mie instan goreng, saos cabai botol, satu bungkus snack, dan tiga botol minuman soda. “Total nya 67.000 rupiah ya.”
Pembeli tersebut memberikan uang pecahan 100.000. Dan Dion segera memberi uang kembalian beserta struk belanjaan dan belanjaan pembeli tersebut yang sudah ia susun di plastik. “Terimakasih, silahkan datang kembali.”
Waktu terus berlalu dan tidak terasa sudah ingin berganti hari. Toko Ayah Rafera juga memang seharusnya sudah tutup. Setelah mereka membersihkan toko, akhirnya mereka bisa menutup toko tersebut. Lalu Dion segera mengantarkan Ayah Rafera pulang.
🧩🧩🧩
Sudah pukul 02.35 WIB mata Rafera belum kunjung tertutup. Dirinya tidak bisa tidur karena memikirkan bagaimana nanti ia akan menjalankan ujian semester, lalu ujian praktek, dan diakhiri dengan ujian Sekolah.
“Gue bakal lulus gak ya? Gue takut banget senin udah mulai ujian semester.” gumam Rafera yang masih terlentang di kasur.
Besok memang masih ada waktu dua hari libur yang bisa Rafera gunakan untuk belajar. Namun mempelajari dari awal tidak akan cukup dengan waktu dua hari saja. Ujian semester bukan hanya satu pelajaran saja, tapi semua pelajaran sekolah akan ada di ujian semester.
Rafera hanya bisa pasrah walaupun ia mempunyai niat untuk menggunakan dua hari besok untuk belajar. Rafera juga bisa meminta bantuan kepada Vano untuk mengajarinya.
Rafera segera mengambil ponselnya dan mulai mengirimkan pesan kepada Vano. Rafera akan mengajak Vano untuk belajar bersama di perpustakaan kota yang sering mereka gunakan untuk belajar bersama.
Vano tidak aktif, mungkin cowok itu sudah tertidur. Rafera menghela napasnya dan kembali meletakkan ponselnya di nakas.
Gadis itu berusaha menutup matanya untuk tidur, agar ia bisa bangun pagi nantinya.
Padahal, Vano belum tertidur. Cowok itu masih bergelut dengan tumpukan buku tebal dan catatan. Ia mendengar ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk, namun ia harus fokus belajar dengan mengabaikan ponselnya yang tadi sempat berdering.
___________________________________________
Chapter 30 udah, jadi jangan lupa vote nya ya teman-teman.
Sengaja setiap chapter singkat biar gak bosen aja buat di baca.
Sampai jumpa di next chapter.
Bye and see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Teen FictionSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...