CHAPTER 20

45 44 3
                                        

Pastikan sudah vote dan nanti komen yang banyak yaa, ramaikan chapter 20🤩

Selamat membaca😄

_______________________________

HARI yang Vano tunggu akhirnya tiba. Saat ini pukul empat pagi, Vano sudah bangun dari tidurnya dan ia mulai membaca ulang materi yang sudah ia pelajari. Vano hanya takut jika ia tidak belajar lagi, hasil olimpiade kali ini tidak memuaskan.

“Vano, sudah bangun ternyata.” Mbok Ninik membuka pelan pintu kamar Vano yang terbuka sedikit. “Mau cemilan?” tanya Mbok Ninik yang kini berdiri di samping Vano seraya tersenyum.

“Boleh Mbok. Sekalian minumannya ya Mbok.”

“Siap Bos!” ucap Mbok Ninik semangat lalu wanita paruh baya itu segera menuju ke dapur setelah menutup pintu kamar Vano.

Tak lama akhirnya Vano bersandar pada bangku seraya meregangkan otot punggung dan tangan nya yang terasa pegal. Cowok itu lalu mengambil ponselnya dan mulai membuka kolom chat dengan Rafera.

Di sana terlihat bahwa terakhir Rafera aktif pada malam hari. Vano sudah menduga bahwa gadis itu pasti belum bangun tidur.

“Kalo bener belum bangun, enak banget ya.”

Vano mencoba menelpon Rafera, namun sudah mencoba dua kali telpon darinya tidak diangkat juga. Akhirnya panggilan ke tiga telah diangkat oleh Rafera.

“Ya?”

Vano terkekeh pelan mendengar suara Rafera yang sedikit serak ciri khas orang baru saja bangun tidur.

“Pasti masih tidur 'kan lo?”

“Ini siapa sih subuh-subuh telpon gue? Gue masih ngantuk!”

“Gue Vano, cuma mau bangunin lo. Sekarang udah jam setengah lima pagi yakin gak siapin apa-apa buat olimpiade nanti?” tanya Vano masih dengan menggenggam ponselnya yang ia dekatkan pada telinganya.

“Heh! Kita diliburkan sementara untuk olimpiade. Jadi masih jam 9 mulainya. Masih lama Vano.....”

“Hmm, iya gue tau.” Vano menjeda ucapannya. Menatap nanar tumpukan buku fisika yang menjadi bahan ajar untuk dirinya.

Memang waktu dilaksanakannya olimpiade di sekolah lain masih lama. Namun Vano harus mempersiapkannya mulai dari sekarang, sebenarnya ia diperintahkan oleh Ayah nya untuk tidak tidur sama sekali dan harus mempelajari kembali semua materi yang telah ia catat. Namun tadi ia ketiduran dan beruntung nya Ayahnya tidak melihatnya.

Karena tidak mendengar suara Vano lagi. Dari sebrang sana Rafera memberanikan membuka suara terlebih dahulu. “Sistem olimpiade ini tuh kayak gimana sih? Maklum pertama kalinya ikut.”

Vano menautkan alisnya. “Pertama kalinya gimana? Justru lo yang lebih banyak mewakili sekolah untuk olimpiade dibandingkan gue.”

“Maksud gue, untuk pertama kalinya bareng lo. Sorry kalo ngelantur, gue baru bangun tidur anjir.”

“Iya. Sistem olimpiade kali ini cuma mengerjakan soal kayak biasanya. Gampang, lawan kita cuma empat sekolah.”

“Hah? Banyak banget. Gue kira cuma tiga sekolah yang ikut.”

“Gak usah kaget gitu. Mending lo mandi dan siapin semua keperluan olimpiade. Nanti jam 6 pagi gue jemput lo, kita berangkat bareng sekalian belajar dulu.”

“Kepagian Vano. Mager banget gue.”

“Lo di rumah Kakak lo 'kan?” tanya Vano tanpa memperdulikan rasa keberatan dari Rafera.

Untuk Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang