Selamat pagi, siang, sore, dan malam😁
Akhirnya chapter 15 dah update, yang berarti menuju konflik ringan. Ya siap-siap aja akan ada masalah baru😄
Sebelum membaca dipastikan sudah vote dan komen, kalau belum parah sih😕
Selamat membaca👋
_________________________________
TEPAT seperti ucapan Clara tempo hari. Walaupun Rafera merubah kembali penampilannya, hal itu tidak bisa menutup kemungkinan gadis itu mendapatkan hujatan.
Baru saja Rafera menginjakkan kaki nya di koridor sekolah, berbagai cemoohan ia dengar. Tetapi hal itu tidak terjadi lama, sebab Rafera sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk masalah yang satu ini.
Yaitu ia sudah mempersiapkan earphone dan juga telah mengunduh aplikasi musik. Lalu Rafera segera menggunakan earphone nya dan memutar lagu favorit nya, dengan judul Dandelions.
Rafera memasuki kelasnya. Semua pasang mata tertuju padanya. Ya, mereka dibuat termenung dengan kehadiran Rafera. Ada yang merasa biasa saja dengan penampilan gadis cupu yang berubah, ada pula yang merasa aneh dengan hal itu. Rafera dengan rambut yang dicepol asal, menggunakan liptint tipis agar tidak terlihat pucat, dan tidak lupa memasang wajah datar yang menambah kesan perubahan walaupun kacamata masih digunakan.
Rafera menatap Rosa yang duduk di bangku kelas paling belakang, tas milik nya juga berada di dekat Rosa. Rafera yakin jika Rosa pindah tempat duduk nya karena masih marah dengan Rafera.
Tetapi Rafera tidak mau ambil pusing, gadis itu duduk di tempatnya. Masih dengan mendengarkan musik, Rafera mencoba membaca kembali materi fisika dari Bu Riana yang menjadi guru pembimbing olimpiade fisika mendatang.
“Woy semua! Bu Via lagi cuti. Ada pesan dari guru piket kalau tugas bahasa inggris minggu kemarin dikumpulkan!”
Suara ketua kelas yang lantang membuat Rafera berhenti membaca materi, gadis itu mendongak dan melepaskan earphone nya lalu mematikan ponselnya. “Kumpul kemana?” Rafera mengangkat tangan kanannya guna memberi tanda bahwa dirinya bertanya.
“Kumpul di meja gue, nanti biar gue yang kumpulin ke meja Bu Via.”
Rafera mengangguk lalu bangkit menuju loker nya yang berada di belakang. Rafera tahu letak loker nya karena memang dari awal ia masuk, loker tersebut sudah diberi nama masing-masing. Dan Rafera merasa tidak adil karena hanya loker milik Sekar yang tidak mempunyai kunci, entah mengapa namun Rafera tidak memperdulikan hal itu.
Dengan perlahan membuka loker, ia hanya takut jika pintu loker nya akan rusak sebab memang tidak ada yang membantunya untuk melaporkan ke sekolah tentang kerusakan loker Sekar. Pasti ada kaitannya dengan seorang Sekar yang memang tidak ada satupun yang peduli dengannya, walaupun ada mereka tidak menampakkan diri seperti Rosa yang terkadang takut menjadi target bully Clara dengan alasan menolong Sekar.
Sukses membuka loker, Rafera disuguhkan dengan pemandangan tidak enak. Bagaimana tidak, buku-buku nya basah semua. Barang-barang milik Sekar pun juga ikut basah.
Rafera memanggil ketua kelas untuk meminta waktu. “Tolong bilang ke guru kalau gue kumpulin tugasnya belakangan. Buku gue basah dan pasti lama kering nya.”
Ketua kelas itu pun mengangguk walaupun awalnya seperti ragu untuk memberitahukan seorang guru yang bersangkutan. “Hmm oke deh.”
“Woy Pak ketua! Berarti pelajaran pertama sampai dua jam berikutnya free class dong?” teriak seorang siswi yang kebetulan berada di bangku paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Novela JuvenilSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...