Hai Hai apa kabar? Semoga baik.
Mohon maaf untuk update chapter 12 yang agak lama tapi isi chapter yang sedikit😢
Tapiiii tenang aja diusahakan tetap update cepat walaupun yang baca sedikit 😭😭
Jangan lupa vote dan komen yang banyak kalau bisa sampe notifnya jebol nih. #maksa
Okee selamat membaca 👌
________________________________
MASIH dengan keadaan yang sama, Rafera hanya bisa menitikkan air mata nya sejak tadi. Gadis itu masih terduduk di kursi tunggu ruang ICU. Dengan perasaan yang campur aduk Rafera tetap menyempatkan berdo'a untuk keselamatan Ayah nya.
“Ayah, bertahan untuk Fera ya,” gumam Rafera dengan kedua telapak tangan nya yang saling bertautan, mencoba menghilangkan rasa khawatir nya walaupun hasilnya nihil.
Rafera hampir lupa dengan janji nya dengan Dion. Gadis itu mulai memeriksa ponselnya yang terus menerus bergetar menandakan bahwa ada notifikasi dari sosial media. Benar, terdapat pesan paling atas dengan pesan terbaru dari Dion. Rafera tanpa ragu membukanya.
Dion :
Lo dimana? Gue udah nunggu satu jam lo belum muncul juga. Lo nipu gue?Rafera hanya menghela napasnya panjang, membaca deretan kata yang membuat dirinya merasa bersalah. Tapi Rafera tidak mungkin menceritakan alasannya mengapa dirinya tidak menemui Dion, karena saat ini identitas baru nya belum terbongkar.
“Sorry Dion, gue belum bisa cerita semua nya ke lo.”
Tak lama seorang dokter yang menangani Ayah Rafera keluar dari ruang ICU dengan perawat yang mengikutinya di belakang. Rafera yang menyadari itu langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.
“Dokter, bagaimana keadaan Bapak itu?”
“Alhamdulillah keadaannya sudah membaik karena beruntung sudah dibawa ke rumah sakit dengan cepat. Namun sampai saat ini masih belum sadar, dan kemungkinan akan sadar dalam waktu yang masih lama.”
“Alhamdulillah kalau begitu dokter, apa saya boleh masuk?”
“Untuk itu tunggu pasien dipindahkan ke ruang perawatan. Dan waktunya masih belum ditentukan karena pasien masih membutuhkan perawatan yang intensif.”
Rafera menghembuskan napasnya gusar. Padahal ia ingin melihat keadaan Ayahnya, namun jika menunggu dipindahkan akan membutuhkan waktu yang lama dan pastinya Rafera tidak bisa di sini sampai malam. Takutnya ketika Ayahnya sadar, Ayahnya akan mengetahui keberadaan dirinya. Rafera belum siap untuk itu.
“Baik dokter, saya jenguk nya besok saja. Tapi saya mau minta pertolongan sama dokter. Kalau misalnya pasien bertanya siapa yang menolongnya, dokter jangan bilang jika yang membawa nya ke sini adalah seorang perempuan yang sekitar berumur tujuh belas tahun. Kalau pasien tidak bertanya, dokter tetap jangan kasih tau ya,” ujar Rafera dengan memohon. Dokter dan perawat yang mendengar nya hanya mengangguk serta tersenyum tipis.
“Baiklah kalau begitu, saya pamit.” Dokter serta perawat pergi meninggalkan Rafera yang masih berdiri di depan ruang ICU.
Seperginya dokter serta perawat nya, Rafera menyalakan ponselnya untuk melihat jam, yang ternyata sudah menunjukkan pukul 16.35 WIB. Oleh karena itu Rafera memilih pergi dari sana dan akan pulang ke rumah Rania.
🧩🧩🧩
Sudah kesekian kalinya Clara menghembuskan napasnya panjang melihat sang Kakak yang terus menerus mengajak pacar nya ke rumah. Clara hanya tinggal berdua dengan Claire, sang Kakak yang menduduki bangku perkuliahan.
Clara semakin lama semakin risih dengan kehadiran pacar dari Kakaknya. Karena umur mereka sangat berbeda jauh, sampai-sampai Clara sempat berpikir bahwa pacar Claire sudah menikah.
Hanya dengan melihat mereka dari dapur saja membuat jiwa jomblo Clara meronta-ronta, dan terkadang Clara menghayal jika dirinya dengan Arven berada di posisi seperti Claire dan pacar nya itu.
Dari arah ruang tamu, Kakak dari Clara dengan pakaian yang mencolok datang ke dapur guna menghampiri sang Adik. Cewek itu membawa dua paperbag dan juga satu plastik kresek bening yang berisi satu porsi ayam geprek dengan nasi.
“Apaan nih?” tanya Clara ketika menerima paperbag dari Claire.
“Tas dan sepatu buat kamu. Dari cowok Kakak.”
“Dia sultan apa gimana? Setiap dateng ke rumah kasih kita barang-barang bagus terus.”
“Gak usah heran Clara, dia itu baik maka dari itu Kakak cinta banget.”
Clara hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu gadis itu memilih mengambil piring dan juga air minum pada gelas kaca. Lalu memasukan ayam geprek dengan nasi ke dalam piring.
“Kakak mau keluar, kalau ngantuk langsung tidur aja. Pintu rumah jangan lupa di kunci karena Kakak bawa kunci cadangan.”
Belum sempat Clara menjawab, Claire sudah pergi dari dapur lalu keluar rumah dengan pacar nya. Meninggalkan Clara sendirian yang paling Clara benci.
Orang tua mereka sudah bercerai sejak Claire menduduki kelas satu SMP, sedangkan Clara menduduki kelas tiga SD. Kedua orang tua nya itu tidak ada yang bersedia mengurus mereka. Alhasil Claire dan Clara dititipkan di rumah orang tua dari Ayah mereka.
Sejak orang tua dari Ayah mereka sudah meninggal, Claire sudah lulus SMA dan memilih untuk mencari pekerjaan. Dengan bekerja sebagai pelayan restoran selama satu tahun, Claire bisa berkuliah serta membiayai Clara untuk SMA. Tetapi untuk membeli rumah sederhana, mendapat bantuan dari pacar Claire.
Karena kebaikan pacar dari Claire, membuat Clara memaklumi Kakak nya yang sangat mencintai pacar nya itu. Karena rumah yang saat ini Clara tempati adalah hasil dari uang pacar Kakaknya itu.
🧩🧩🧩
Rafera akhirnya sampai juga di rumah Rania setelah melewati perjalanan yang macet, sebab besok hari senin yang dimana hari ini pada sore menjelang malam ini banyak orang-orang yang baru pulang dari liburan mereka.
Tanpa sepatah katapun Rafera berjalan melewati Rania yang sedang menonton televisi bersama suaminya itu. Namun langkahnya ketika sampai pada anak tangga pertama berhenti karena panggilan dari Rania.
“Makan dulu baru tidur. Kamu pasti lapar,” ucap Rania ketika melihat langkah Rafera yang terlihat lemas, Rania tidak tahu penyebabnya apa namun yang pasti Rafera terlihat seperti belum makan.
“Gak usah Kak, Sekar ngantuk mau langsung tidur aja,” balas Rafera dengan suara parau.
Tidak mendengar balasan dari Kakaknya Sekar, Rafera memilih melanjutkan langkah nya menuju kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya tanpa menggantikan pakaiannya dahulu.
“Semoga Kak Rania gak lihat mata gue yang mulai sembab,” gumam Rafera seraya melepaskan kacamatanya yang sedikit tergores karena kacamata yang sudah lama.
“Kangen banget gue sama Ayah dan Dion. Tapi kenapa ketika gue ingin ketemu Dion malah dipertemukan dengan Ayah dengan kejadian kayak gini? Ujian banget buat gue.”
Rafera meneteskan air mata nya lagi, jujur ia tidak kuat mengingat kejadian tadi yang melibatkan Ayahnya. Dengan gambaran luka yang dipenuhi darah, tubuh Rafera terasa lemas mengingatnya.
Namun ada hal yang membuat Rafera tidak bisa tidur. Gadis itu masih memikirkan mengapa sang Ayah menyebut nama Sekar sebelum tidak sadarkan diri. Apakah ini hanya kebetulan, ataukah Rafera salah mendengar, atau mungkin Ayah Rafera sangat mengenali Sekar sampai-sampai ketika dia terkapar lemah masih bisa menebak bahwa gadis yang didekatnya adalah Sekar.
_______________________________
Tetap cantumin pertanyaan walaupun bukan berunsur teka-teki. Wkwkkwkw
Tapi kalau kalian mau berteori tentang cerita ini ya gapapa kok. Itupun kalau kalian nganggep cerita ini ada teka-teki nya.
Sampai jumpa di next chapter 13👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Teen FictionSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...