CHAPTER 28

40 31 0
                                    

Hai Hai Hai, ketemu lagi nih di chapter 28.

Jangan lupaa buat vote cerita ini, dan komen sebanyak-banyaknya yaa. Yuk ramein cerita ini.

Selamat membaca
______________________________________

SETELAH bercerita cukup lama, akhirnya Rafera telah usai menceritakan semuanya. Dan seperti harapan Rafera kini teman-teman Rafera memeluk Rafera secara bergantian guna menyalurkan rasa rindu mereka.

“Makasih semuanya, udah percaya dan ngerti atas apa yang gue sampein.”

Mereka akhirnya melepaskan pelukannya. “Minum dulu lah.” celetuk Ari yang mulai mengeluarkan minuman dari kulkas.

“Gas lah!” Dion mengambil minum dan memberikannya kepada Rafera.

“Jadi sekarang lo jadi Sekar?” Rangga bertanya yang diangguki oleh Rafera.

“Ya sampai sekarang gue jadi Sekar. Tapi nantinya gue akan terus terang kalau gue bukan Sekar.”

“Lo yakin?” kini Raka yang bertanya.

“Jujur sebenarnya gue gak yakin. Tapi apa salahnya kalau gue coba.”

Mereka mengangguk bersama setelah mendengar pelunturan Rafera. Sungguh hal ini sulit dipercaya oleh mereka. Namun, jika dipikir tidak mungkin Dion berbohong apalagi gadis yang bersama Dion itu berbohong.

“Dion, Raka. Gue minta tolong sama lo berdua ya. Selesai gue ujian sekolah, gue mau ke sekolah kita. Gue mau cerita ke teman di kelas.”

Raka mengangguk. “Siap Fer. Tapi gue harus bantuin lo apa?”

Rafera tersenyum tipis. “Banyak banget. Nanti gue kasih tau apa yang harus lo lakuin buat bantu gue.”

Dion mengangkat gelasnya yang masih penuh berisi minuman. “Udah ya ngobrol nya. Mending minum dah lu pada. Cheers.

Cheers!” balas mereka bersamaan.

🧩🧩🧩


Setelah berkumpul di basecamp hingga pukul 19.00 WIB. Kini Rafera sudah sampai di rumah Rania berkat diantar oleh Dion. Rafera mempersilahkan Dion untuk mampir karena Rafera yakin Dion kelaparan selama di perjalanan.

“Duh Fer gak usah repot-repot.” walaupun dirinya berbicara seperti menolak, namun tak urung jika Dion tetap turun dari motor nya dan mengikuti langkah Rafera.

“Halah gaya amat lo ngomong gitu.” Rafera mencibir.

“Kan basa-basi doang Fer.”

Sesampainya di pintu masuk. Terdengar suara tangisan dari dalam. Segera Rafera masuk dan mendapati Rania yang menangis dengan memegang pouch.

“Ternyata dugaan aku selama ini benar ya Mas! Kamu selingkuh di belakang aku!” Rania berteriak di depan wajah Robi.

“Kamu dengerin aku dulu dong! Aku gak selingkuh!”

“Terus ini punya siapa Mas? Aku gak punya pouch kayak gini!”

“Itu punya sekretaris aku, tadi dia nebeng mobil aku. Tas kerja dia penuh, jadi pouch make-up nya dia keluarin.”

Rafera menghampiri Rania yang masih tersulut emosi. Air mata Rania sudah membanjiri pipi wanita tersebut. Rafera yang melihatnya ikut merasa sedih.

“Ada apa Kak?”

“Mas Robi selingkuh Kar. Mba kecewa.” Rania menangis dipelukan Rafera.

“Mas Robi gak selingkuh Kar. Kamu percaya 'kan sama Mas?” tanya Robi kepada Rafera.

“Kamu selingkuh Mas! Kamu bohong soal kepemilikan pouch ini.” Rania mengambil ponselnya dan menunjukkan foto di galeri kepada Robi.

“Kamu lupa? Nina sekretaris kamu itu temen sekolah aku dulu Mas! Sekarang kamu gak bisa ngelak lagi.”

Dion mengambil alih ponsel Rania, lalu ia terkejut dan segera memberikan ponsel Rania kepada Rafera. Rafera yang melihat nya tentu membulatkan matanya tidak percaya.

Bagaimana tidak terkejut. Foto tersebut berisi perselingkuhan Robi dengan perempuan yang sepertinya lebih muda dari Robi. Namun, Rafera tidak mengenali wanita tersebut.

“Nina kasih foto ini ke aku. Karena memang dari awal aku udah curiga ketika kamu selalu jarang pulang. Aku minta tolong ke Nina buat mata-matain kamu.”

Robi mengacak-acak rambutnya. “Iya. Aku selingkuh! Puas kamu?”

Rania semakin menumpahkan air matanya, sungguh dadanya terasa sesak. Rania sangat kecewa dengan Robi. Robi tega melakukan perselingkuhan terhadap Rania.

Rania pikir dengan dirinya yang bisa menerima takdirnya, ia dan Robi akan hidup bahagia selamanya bersama dengan anak mereka. Namun, nyatanya tidak seperti ini. Sungguh Rania sudah berusaha untuk bisa mencintai Robi demi Ibunya, tetapi mengapa Robi tidak mencintai dirinya juga.

“Aku butuh waktu sendiri. Kamu bisa pergi dari sini Mas.” Rania melempar pouch berisi make-up ke sofa. Rania pergi menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Robi menatap datar pintu kamar nya yang tertutup. Robi masih terdiam di sana. Rafera yang melihat hal tersebut justru merasa kesal, kecewa, dan sedih secara bersamaan.

“Kak Robi gak denger apa kata Kak Rania?”

Rafera dan Dion hanya diam menatap Robi yang menghembuskan napasnya gusar. Robi pergi keluar dengan mobilnya dan meninggalkan Rafera dan Dion di rumah.

“Rumit banget ya masalah keluarga Sekar.” ucap Dion mengikuti langkah Rafera untuk duduk di sofa.

“Ya begitulah. Oh iya lo mau makan dan minum apa?”

“Apa aja, gue juga ga bisa lama. Gue mau cek kondisi bokap lo.”

Rafera memberhentikan langkah nya yang ingin memasuki dapur. “Ayah gue, dia baik-baik aja 'kan?”

“Iya, bokap lo baik-baik aja. Lo tenang aja ya Fer, gue akan berusaha buat jaga bokap lo seperti lo jaga dia.”

Rafera mengangguk pelan lalu ia kembali masuk ke dapur untuk menguatkan Dion kopi susu dan Rafera memotong bolu yang tersedia di meja dapur.

_________________________________________

Akhirnya chapter 28 selesai jugaa. Gak kerasa udah mau mendekati ending.

Yang belum vote jangan lupa yaa buat vote.

Sampai jumpa di next chapter 29.

Untuk Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang