CHAPTER 9

63 56 5
                                    

Haloo akhirnya ketemu lagi di chapter 9👋

Mendekati konflik ringan jadi jangan sampe ketinggalan di chapter seterusnya

Jangan lupa vote dan komen nya ya🙂

Selamat membaca 😊😊

_________________________________

“LO benar Sekar Wulandari 'kan?”

Napas Rafera tercekat dan juga tidak percaya jika Vano akan mengatakannya, namun ia berusaha untuk menjelaskannya agar Vano percaya padanya. “Iya gue Sekar.”

“Pemikiran apa yang menurut lo keliru?” tanya Rafera dengan ragu, gadis itu tidak siap mendengar jawaban dari cowok itu karena takut jawaban itu sesuai kenyataan nya.

“Lo bukan Sekar yang gue kenal. Lo itu beda,” jawab Vano dengan seriusnya. Namun dalam hati nya ia berusaha untuk meminta Rafera agar mengelak jawabannya.

“Lo salah menilai gue berarti. Gue ya gue, Sekar Wulandari. Alasan kenapa gue agak beda, ya karena efek gue sakit dan gue udah capek dengan semuanya. Perundungan, jadi anak teladan yang di tuntut sekolah, belum sama masalah gue yang lainnya. Apa gue salah memilih untuk merubah semuanya?”

“Lo sakit apa? Kenapa gak kasih tau gue?”

“Gak semua hal tentang gue yang harus lo tau.”

Vano terdiam sejenak setelah mendengarkan ucapan Rafera yang terakhir. Vano menyadari itu, tidak semua hal yang menyangkut pautkan Sekar harus ia ketahui. Vano bukan siapa-siapa bagi Sekar, Vano hanya teman satu kelompok untuk olimpiade sekolah.

“Lo kumpulin duluan aja latihan soal nya. Gue bisa kok kumpulin besok.”

“Pulang sekolah kita kerjain bareng. Dan gue gak mau kumpulin latihan ini duluan.”

“Jangan gila deh! Gue gak mau cuma karena gue gak kumpulin sekarang lo juga ikutan gak ngumpulin.”

“Pulang sekolah gue tunggu di parkiran, kita kerjain di rumah lo.” Setelah mengucapkan itu, Vano pergi meninggalkan Rafera yang diam mematung, kalau begini caranya Rafera tidak bisa menolak.

Yang harus Rafera lakukan adalah cari jalan keluar agar Rafera bisa mengerjakan latihan soal di rumah Sekar tanpa sepengetahuan Ibu Sekar, atau tidak membuat Ibu Sekar mengizinkannya.

🧩🧩🧩

Koridor lantai khusus kelas dua belas sangat ramai orang-orang pulang sekolah karena waktu sudah menunjukkan tengah hari. Rafera berjalan seorang diri seraya memainkan ponsel barunya, ia terpaksa tidak membuka ponselnya karena selama pembelajaran berlangsung guru-guru yang mengajar tidak mengizinkan bermain ponsel.

Tiga notif dari aplikasi sosial media menyita perhatiannya. Tanpa ragu Rafera membukanya dan ia dibuat terkejut. Notif itu menampilkan pesan pribadi dari Dion, sabahat kecil nya.

Dion :
Ini siapa? Kenapa akun Rafera aktif lagi.

Dion :
Kenapa bisa akun ini aktif?

Dion :
Rafera gak pernah sembarangan kasih password ke orang lain.

Rafera mengerti mengapa Dion seperti itu ketika melihat akun sosial media sahabat kecil nya yang tiba-tiba aktif kembali, Rafera memastikan bahwa Dion mengira bahwa dirinya telah tiada. Yang berarti akun sosial media serta nomor pada aplikasi chat online sudah tidak aktif lagi. Karena Rafera tidak pernah memberitahukan password apapun kepada Dion apalagi kepada orang lain.

Jujur Rafera sangat merindukan cowok itu, ingin rasanya ia menelpon atau melakukan vidio call, tetapi hal itu tidak akan terjadi sebab sekarang Rafera sudah mengganti kartu yang berarti mengganti nomor telpon juga. Bisa saja Rafera membalas pesan tersebut dan melakukan obrolan, namun waktu saat ini bukanlah waktu yang tepat. Karena Rafera ingin pertemuannya dengan Dion bukan sekadar obrolan lewat sosial media, tetapi obrolan tatap muka.

Untuk Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang