Pastikan sudah vote dan nanti komen yang banyak yaa, ramaikan chapter 17🤩
Selamat membaca😄
_______________________________
HARI sabtu di sekolah Sekar libur, jadi hari ini Rafera itu hanya bersantai di rumah Rania. Bermain ponsel serta mendengarkan lagu adalah hal yang paling ternyaman menurut Rafera, apalagi dilakukan di kamar pada hari libur.
“Lama-lama gue bosen juga main HP. Mau belajar buat olimpiade hari selasa males banget bawaannya.”
Tetapi Rafera harus tetap belajar untuk mempersiapkan olimpiade yang akan diselenggarakan tiga hari lagi. Dan Rafera baru menghafal materi kelas sebelas, sedangkan materi kelas sepuluh dan dua belas Rafera masih banyak yang belum mengerti.
Rafera membuka satu persatu laci di kamar itu untuk mencari catatan yang Sekar buat. Siapa tahu Sekar sebelumnya sering mencatat materi penting yang akan gadis itu gunakan untuk mempersiapkan olimpiade ataupun ujian.
Membuka laci paling bawah, Rafera dikejutkan dengan sebuah foto yang ternyata pernah Rafera pikir janggal, menemukan foto itu ketika Rafera sedang buru-buru mencari kacamata.
“Toko Ayah?”
Foto tersebut berisi sekumpulan orang-orang yang menggunakan seragam yang sama dengan bertuliskan nama toko milik Ayah Rafera. Dan Sekar juga menjadi salah satu orang yang menggunakan seragam itu. Dan di sana juga ada sang Ayah yang sedang ikut berfoto di depan toko nya.
“Sekar pernah kerja di tempat Ayah? Apa ini alasan mengapa ketika Ayah kecelakaan, dia panggil nama Sekar pas lihat gue?”
Rafera mengembalikan foto tersebut ke tempat asalnya. Gadis itu menghela napas gusar, kalau begini akan susah meyakinkan jika dirinya adalah anaknya sendiri. Sang Ayah sangat mengenali Sekar dan pasti tidak akan percaya jika sekarang Sekar adalah Rafera.
Mulai dari sekarang ia akan mencari petunjuk tentang Sekar, apapun yang berhubungan dengan Sekar ia akan mencari tahu. Kalau perlu tentang orang-orang yang Sekar kenal, masalah yang pernah Sekar hadapi, dan penyebab Sekar meninggal akan Rafera selidiki.
Rafera keluar dari kamar untuk menemui Rania. Rafera akan meminta izin untuk kembali ke rumah Sekar. Karena Rafera akan mencari apapun yang akan memberitahukan semua yang Rafera cari.
Sesampainya di ruang tamu, Rafera duduk di sebelah Rania yang sedang menulis sesuatu di buku kecil miliknya. “Kak, Sekar mau pulang. Boleh gak?” tanya Rafera tiba-tiba yang membuat Rania segera menutup bukunya.
“Buat apa Sekar?” tanya Rania bingung.
“Udah lama Sekar gak ketemu Ibu.”
“Tapi Ibu gak nanyain kamu. Jadi buat apa kamu ke sana?” Rania hanya khawatir jika sang Adik kembali ke rumah Ibunya akan diperlakukan tidak baik lagi.
Rafera tersenyum masam, dan bersandar pada sofa. Kalau begini bagaimana ia akan ke rumah untuk membaca buku catatan harian Sekar. Dan juga mencari sesuatu yang lain.
“Tapi Sekar udah lama gak kerja dan kasih Ibu uang. Terus Ibu makan apa?”
“Seminggu sekali Mba udah tranfer uang ke Ibu. Dan keperluan Ibu udah Mba penuhi.”
Rafera menjadi kesal karena setiap alasannya selalu Rania bantah. Padahal ia hanya ingin mencari petunjuk di kamar Sekar, mungkin besok Rafera akan mencari alasan lain agar Rania mengizinkannya untuk kembali ke rumah.
“Yaudah deh, kalau gitu Sekar ke kamar aja. Belajar buat olimpiade hari selasa.” Rafera menuju kembali ke kamarnya dan meninggalkan Rania yang kembali disibukkan dengan kegiatan menulis di bukunya.
🧩🧩🧩
Dion turun dari motornya dengan membawa plastik bening berisi dua bungkus nasi goreng. Seperti biasa, Ayah dari sahabatnya itu selalu meminta dirinya untuk membelikan nasi goreng langganan jika sedang ingin memakan nasi goreng, dan seperti biasa pula Dion menemani Ayah Rafera dengan makan nasi goreng bersama.
Dion memasuki rumah Rafera, rumah sederhana yang tetap terlihat rapi. Tata letak barang di rumah tersebut tidak berubah sama sekali. Yang berubah hanya suasana di rumah tersebut. Biasanya ketika Rafera masih ada, di sini selalu ramai dengan tingkah Rafera yang bisa dibilang bermacam-macam.
“Om, Dion udah beliin nasi goreng langganan Om nih.” Dion meletakkan dua bungkus nasi goreng di meja makan.
Ayah Rafera keluar dari kamarnya, menatap dua bungkus nasi goreng dengan mata berbinar. “Wah, terima kasih Dion.”
“Iya Om sama-sama,” sahut Dion dengan mengangguk.
Dion mengambil dua piring di rak piring serta dua sendok pada tempatnya yang berbentuk gelas. Lalu cowok itu mulai meletakkan satu persatu bungkus nasi goreng ke atas piring dan segera membukanya, nasi goreng yang masih hangat dengan aroma yang sedap membuat Ayah Rafera dan Dion ingin segera memakannya.
“Om jadi kangen makan bareng sama Fera,” ucap Ayah Rafera disela menyuap nasi goreng.
Dion pun menyahut, namun hanya bisa dengan anggukkan. Bingung ingin membalas dengan kata seperti apa, karena bibir Dion hanya bisa tertutup jika mengingat kembali sahabat kecilnya itu.
“Om masih berharap jika waktu itu Om nggak halusinasi. Om melihat Sekar, tetapi rasanya seperti melihat Fera. Rasanya Fera yang memangku kepala Om di paha nya sambil nyuruh Om bertahan.”
Dion memberhentikan makannya. Cowok itu menatap Ayah Rafera dengan serius, sebab tidak percaya dengan ucapan Ayah Rafera. Dan banyak berbagai pertanyaan yang ingin Dion lontarkan.
“Sekar siapa Om?”
“Dulu pernah kerja di toko Om. Tapi udah keluar karena katanya jarak dari rumahnya ke toko Om lumayan jauh apalagi dia masih sekolah, jadinya mungkin takut kelelahan.”
“Om lihat Sekar di tempat kejadian Om kecelakaan?” tanya Dion untuk memastikan.
“Iya Dion.”
“Jangan-jangan Sekar ada hubungannya dengan aktifnya sosial media Fera,” celetuk Dion yang membuat Ayah Rafera mengerutkan kedua alisnya.
“Maksud kamu?”
“Waktu itu Dion lagi kirim pesan ke sosial media temen Dion, gak sengaja Dion melihat tanda aktif di sosial medianya Fera pas Dion mau keluar aplikasi. Akhirnya Dion coba tanya, tapi cuma di baca.”
“Mungkin teman sekolah nya Fera yang mainkan akun nya,” jawab Ayah Rafera berusaha berpikir jernih. Pasalnya, beliau tidak mempercayai jika Sekar ada hubungannya dengan aktifnya akun sosial media putrinya. Karena mereka sama sekali belum pernah bertemu, apalagi sampai saling mengetahui akun sosial media.
“Itu gak mungkin Om. Karena Fera gak segampang itu ngasih password ke orang lain. Dion yang sahabatnya aja gak dikasih tahu password sosial medianya.”
“Sudah, jangan membahas ini dulu. Om laper,” ujar Ayah Rafera diakhiri tertawa kecil. Ia langsung melanjutkan menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya. Dan Dion juga melakukan hal yang sama.
Walaupun Dion terlihat tenang dengan makan nasi goreng. Namun pikirannya terus berjalan menyusuri berbagai rentetan pertanyaan. Wajar, ini menyangkut pautkan sahabat kecilnya. Sahabat yang selalu ia rindukan.
Mulai besok Dion akan mencari tahu siapa yang memainkan akun Rafera. Jika bisa dilacak, akan Dion lakukan. Sesulit apapun caranya, akan Dion lakukan.
____________________________________
Akhirnya udah chapter 17 aja, gak kerasa.
Udah mulai lama update karena udah mulai sekolah, ditambah mendekati kenaikan kelas, gak terasa juga.
Intinya vote cerita ini dah biar DN bangga😂.
Sampai jumpa di next chapter 18👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Novela JuvenilSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...