Haloo semuanyaa... Akhirnya chapter dua udah siap dibaca nih.
Kalian penasaran gak sih sama alur cerita ini? Kalau iya, aku seneng banget. Cerita pertama yang masih berantakan ini udah ada yang penasaran sama ceritanya.😌😌
Oke selamat membaca. Dan jangan lupa vote dan komen disetiap paragraf.
Terimakasih 😀
_______________________________________
SELAMA pembelajaran berlangsung, Rafera sama sekali tidak menyimak, punggungnya bersandar pada senderan kursi kelas dan pandangannya kosong ke depan. Pikirannya kalut, Rafera bingung harus berbuat apa sebagai Sekar.
“Melamun aja lo, nanti dimarahi Bu Tia lho!”
Rafera menghembuskan napasnya pelan lalu menelungkupkan kepalanya pada lipatan kedua tangannya. Tidak peduli jika nantinya ia akan ditegur oleh guru yang sedang menulis materi di papan tulis.
“Gue bingung.”
“Bingung kenapa lo? Tentang pelajaran? Bukan nya kimia itu terlalu mudah buat lo?”
“Bukan itu Rosa.”
“Ya terus apa dong? Lo kalau ngomong jangan nyicil-nyicil sih! Mana paham gue.”
“Percuma, gue jelasin pun lo gak bakal paham dan percaya. Kalaupun lo ngerti juga butuh waktu lama.”
“Gue gak sebodoh itu kali,” balas Rosa sedikit kesal.
“Terserah deh.”
“Aishh, bikin gak mood lo.”
Setelah mengatakan itu, Rosa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja guru. Dan ternyata Rosa meminta izin kepada guru yang mengajar untuk ke toilet sekolah. Entah dengan alasan apa, Rosa diizinkan.
Sesampainya Rosa di depan cermin besar toilet sekolah, gadis itu mencuci tangan dan wajahnya dengan air yang mengalir dari wastafel. Rasa segar itulah yang ia rasakan. Dan saat ini mood nya sudah sedikit membaik.
“Sekar kesambet apaan sih? Bolos lima hari, masuk-masuk jadi aneh.” Rosa menumpukan kedua telapak tangannya di pinggiran wastafel. Pandangannya menghadap pada cermin besar yang menampilkan wajahnya yang kusut dengan poni yang sedikit basah.
Rosa menyadari ada yang keluar dari bilik kamar mandi. Namun Rosa hanya diam saja. Siswi yang keluar dari kamar mandi itu mencuci tangannya di samping Rosa. Dan menatap wajah Rosa dari pantulan di cermin.
“Lo yang sahabatnya aja merasa aneh sama Sekar. Gimana gue dan sahabat gue?”
Rosa menanggapi dengan anggukan. “Iya Sekar sekarang beda banget. Lebih banyak melamun, terus juga cara bicaranya beda banget. Dan yang lebih parahnya lagi, dia pelupa.”
“Jangan-jangan dia kembarannya Sekar yang selama ini kita kenal. Kayak di novel gitu, kembarannya gantiin buat balas dendam.”
“Mabok novel lo! Yakali, mana bisa begitu,” balas Rosa kesal. Namun tak lama Rosa terdiam, mencerna ucapan Diana barusan. “Kalau iya seru juga sih. Geng lo jadi sasarannya.”
“Lebih tepatnya sih, si Clara. Dia ketuanya.”
“Parah, sahabatnya gak mau tanggung jawab bersama.” Rosa tertawa, dan Diana pun ikut tertawa juga.
Diana memberhentikan tertawanya. Menyadari ada keanehan disini. “Tunggu. Sejak kapan kita jadi akrab begini?”
“Akrab? Mana sudi gue.”
“Lo pikir gue sudi akrab sama orang kayak lo!”
“Ya bisa aja. Lo nyesel gitu benci sama cewek secantik Rosalina Veronika,” balas Rosa dengan tersenyum lebar. Gadis itu sedikit bangga dengan ucapannya sendiri. Tetapi tidak bagi Diana, justru ia memeragakan seperti ingin muntah.
“Terserah lo deh. Intinya lupain kejadian tadi. Anggap aja kita gak pernah ngobrol apa-apa.” Diana pergi meninggalkan Rosa sendirian.
Rosa memutar bola matanya malas. “Gue juga males kali inget kejadian tadi.” Rosa akhirnya memilih untuk kembali ke kelas.
🧩🧩🧩
Bel istirahat berbunyi nyaring seantero sekolah. Hal itu adalah sesuatu yang membahagiakan bagi semua siswa. Terlebih siswa itu sebelumnya sedang belajar yang dibimbing oleh guru yang galak, ataupun materi pembelajaran yang rumit.
Siswa tersebut salah satunya adalah Rafera, ia akhirnya bisa bernapas lega setelah lama terjebak dalam pembelajaran Bu Tia yaitu kimia. Selama pembelajaran berlangsung hingga selesai, Rafera sama sekali tidak mengerti semua yang diajarkan gurunya itu. Maklum, di sekolah yang lama, Rafera selalu mencontek teman sebangku nya.
Siswi yang sebangku dengannya sangat takut dengan Rafera yang terkenal sebagai siswi yang bar-bar. Jadi teman sebangku Rafera hanya bisa menurut agar tidak dihajar oleh Rafera.
Terlintas di pikirannya, perpustakaan adalah tempat yang baik untuk bersantai dengan suasana sunyi. Tanpa ragu, Rafera beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas meninggalkan Rosa.
Rosa menyadari kepergian Rafera keluar kelas. Tidak salah lagi, sudah pasti perpustakaan adalah tempat yang gadis itu tuju. Rosa tidak heran, siswi secerdas Sekar selalu ke perpustakaan bila istirahat tiba. Padahal, Refera ke perpustakaan hanya untuk bersantai, bukan seperti Sekar yang ke perpustakaan untuk belajar.
Di lain tempat, Rafera sudah memasuki area perpustakaan yang sejuk dengan enam AC. Ya, perpustakaan sekolah itu sangat luas. Karena disediakan rak-rak besar untuk berbagai buku seperti buku pelajaran, buku cerita berupa novel dan komik, buku pengetahuan umum, dan lain-lain. Lalu ada juga karpet tebal berwarna biru langit untuk pembaca yang ingin duduk dibawah agar leluasa. Dan yang terakhir ada sepuluh baris kursi dan meja untuk pembaca juga.
Bagaimana Rafera tahu letak perpustakaan itu?. Karena perpustakaan sekolah ini berada di dekat tangga naik, tepat di sebelah kelas sebelas IPS 1. Kelas Sekar berada di lantai dua, sedangkan kelas sebelas berada di lantai tiga dan kelas sepuluh di lantai empat. Kebetulan di dekat tangga tertulis ruangan-ruangan yang berada di lantai itu untuk memudahkan siswa-siswi.
Rafera mendekat ke arah rak yang berisi buku novel. Disana tertata rapi buku-buku novel dari yang lama hingga terbaru, tidak ada yang rusak atau berdebu. Rafera sangat berterimakasih kepada petugas perpustakaan yang telah merawat perpustakaan ini.
“Sekar.”
Rafera terperanjat kaget ketika ada siswi yang menyentuh pundaknya dari belakang. Siswi itu juga memanggilnya sehingga Rafera yang tadi terfokus pada novel menjadi terkejut.
“Iya ada apa?” jawab Rafera dengan mengelus dadanya.
“Lo gak belajar bareng Vano? Gue disuruh panggil lo untuk ngasih tau kalau Vano ngajak lo belajar bareng lagi buat olimpiade fisika bulan depan.”
Rafera membolakan matanya tidak percaya. “Hah? Gue, ikut olimpiade fisika?”
“Lah kok lo bingung? 'Kan lo sendiri yang menawarkan diri buat ikut olimpiade itu. Lo bersedia gantiin gue yang bulan depan pindah sekolah. Dan guru-guru juga setuju kalau lo ikut. 'Kan nilai fisika lo lumayan.”
Rafera menghela napas, kemudian manggut-manggut. “Yah..., gue lupa. Oke terimakasih ya sudah bilang.”
Rafera tersenyum tipis membalas anggukan siswi tersebut. Gadis itu meninggalkan Rafera yang mematung, mencerna apa yang dikatakan siswi itu. Dan mulai hari ini Rafera mendapatkan bencana yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Mengikuti olimpiade fisika membuatnya gugup.
“Waktu olimpiade satu bulan lagi, gue harus gimana biar bisa menang.” Rafera berkata pada dirinya sendiri.
“Gue harus gimana?”
____________________________________
Kasian Rafera ikut olimpiade fisika yang bukan kemauannya. Apalagi Rafera gak suka pelajaran itu😭😭
Enaknya kapan nihh next chapter 3 nya?
Jangan lupa vote lho yaaa
Sampai jumpa 😊😊
![](https://img.wattpad.com/cover/294064943-288-k502468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Fiksi RemajaSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...