Haloo ketemu lagi di chapter 14, beneran kan update cepet, biar cepet tamat.😂
Yuk bisa yuk vote dan komen yang banyak😁
Selamat membaca...
_________________________________
RAFERA dengan penampilan cupu nya, melewati koridor sekolah yang sudah hampir dipenuhi siswa-siswi di sana. Berbagai ejekan Rafera dengar yang spontan membuat ia mengepalkan tangannya kuat.
“Udah dong, kasihan Sekar nya risih.”
Clara datang dengan Diana, sedangkan Alfinda sepertinya gadis itu belum datang ke sekolah. Clara langsung berhenti di depan Rafera yang hanya bisa berhenti melangkah.
“Hai. Udah lama ya gak ketemu. Gimana? Tiga hari belakangan ini lo akhirnya bisa ngerasain hidup tentram 'kan? Itu semua karena lo bisa jaga jarak sama Arven.”
Arven lagi Arven lagi. Rafera sudah muak dengan semua ini. Sudah cukup masalah yang ia pikul akibat hidup untuk yang kedua kalinya. Rafera tidak ingin Arven menjadi penambah masalahnya lagi.
“Sekar udah berusaha untuk jauh dari Arven. Jadi Clara tenang aja ya.”
“Gue gak bisa tenang gitu aja, kemarin ketika lo pingsan Arven maksa untuk nolong lo. Dan itu bukan yang gue mau, yang gue mau adalah lo dengan Arven seperti orang asing. Kalian berdua gak bisa saling mengenal.”
“Gak bisa gitu. Kita satu sekolah.”
Sungguh Rafera hanya ingin hidup kembali dengan kehidupan yang normal. Bukan kehidupan seperti ini, yang masalah sekecil ini saja dibuat rumit. Memangnya hanya Arven yang ada dipikiran Clara.
Dari kejauhan, Arven keluar dari ruang guru dengan membawa tumpukan buku tulis. Dan di sana banyak siswi yang berbondong-bondong untuk membantu Arven.
“Lihat? Lo sama Arven itu beda jauh. Dia ketika lewat, orang-orang terutama cewek-cewek pada memuji ketampanannya dan sampai-sampai ada yang mengorbankan dirinya untuk menolong Arven. Sedangkan lo? Lo lewat yang ada lo dihina dan diejek. Seharusnya dengan lo tahu itu, lo bisa sadar diri.”
Rafera tentu sakit hati mendengar nya. Seumur hidupnya, baru pertama kali fisiknya dihina seperti ini. Sebelumnya, Rafera pernah merasakan diposisi Arven yang selalu menjadi pusat perhatian. Menjadi perempuan yang ditakuti seantero sekolah juga pernah Rafera rasakan.
“Sekar, kenapa lo merubah penampilan lo lagi? Bukannya waktu pertama kali lo masuk setelah gak kelihatan satu minggu, penampilan lo kayak badgirl ya?” tanya Diana. Hal itu membuat Clara mengangguk.
“Memangnya kalian mau kalau Sekar berubah?”
Jika memang tidak menambah masalah, Rafera dengan senang hati akan merubah penampilannya lagi. Sama seperti dirinya yang dulu. Sudah lama Rafera tidak merasakan menjadi diri sendiri.
“Mau penampilan lo kayak gimana pun, tetap aja lo itu cupu di mata gue. Penampilan boleh nakal, tapi sifat penakut lo gak akan hilang gitu aja,” ujar Clara berupaya mengejek.
Rafera mengangguk, lebih tepatnya hanya memilih menurut. Rafera lelah jika terus menerus menyangkal. Percuma Clara tidak akan semudah itu percaya padanya.
Tak lama bel masuk berbunyi, Rafera akhirnya bisa bernapas lega sebab ia bisa lepas dari obrolan tidak jelas yang dimulai dari Clara. Lalu gadis itupun memilih pergi meninggalkan Clara dan Diana.
🧩🧩🧩
“Mau gak nanti pulang sekolah ke perpustakaan kota?”
Saat ini Rafera sedang makan di kantin bersama Vano. Tumben sekali Vano mengajaknya ke kantin ketika istirahat, biasanya cowok itu menuju perpustakaan sekolah jika bel istirahat berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Teen FictionSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...