Hai ketemu lagi di chapter 13👋
Pagi-pagi enaknya baca wattpad sih kwkwkwk biar siang nya tidur dan bisa mempersiapkan diri menghadapi hari senin😯
Janji vote dan komen yang banyak ampe pegel jarinya👌
Selamat membaca 😀
________________________________
SETELAH turun dari mobil Rania, Rafera langsung berlari menuju pagar sekolah yang sebentar lagi ditutup oleh satpam sekolah. Untung saja Rafera gerak cepat dan sekarang gadis itu sudah berdiri di barisan kelasnya untuk melaksanakan upacara.
Napasnya memburu, dengan memegangi perutnya yang terasa sakit akibat berlari. Rafera mencoba mengatur napasnya seraya menunduk sedikit dengan kedua tangannya yang bertumpu pada kedua lututnya.
Karena semalam dirinya baru bisa tertidur ketika pukul satu pagi, membuat Rafera bangun kesiangan dan hanya sempat sikat gigi tanpa mandi dan membawa asal buku pelajaran. Begitu selesai bersiap Rafera langsung diantar Rania tanpa sarapan dahulu, karena Rafera takut terlambat upacara dan berakhir dihukum guru.
Dari tempat Rafera berdiri, ia bisa melihat tubuh tegap Vano yang berada di barisan kelas nya, di barisan kanan barisan Rafera. Lalu di sebelah kiri barisan Rafera terdapat Arven yang bersebelahan dengan Clara. Dan ternyata di depan Rafera adalah Rosa.
Semakin lama waktu berlalu dan upacara kali ini sudah mencapai pembacaan janji siswa. Semakin lama pula tubuh Rafera terasa lemas yang mungkin akibat belum sarapan ditambah kemarin ia hanya makan pagi.
Bruk!
Semua pandangan tertuju padanya kecuali barisan paling ujung, paling depan, dan juga barisan pembina dan petugas upacara. Namun tidak ada satupun yang berniat untuk menolong Rafera yang terkapar tidak sadarkan diri.
Semua siswa yang melihat Rafera pingsan hanya diam dan sesekali dari mereka ada yang saling berbisik. Hingga akhirnya Vano yang berdiri sedikit jauh dari Rafera mendengar jika ada yang pingsan.
Akhirnya dari kejauhan Vano berlari dan segera membawa Rafera ke UKS. Disisi lain Arven yang hendak menolong Rafera tentu ditahan oleh Clara yang berada di samping nya. “Kamu mau ngapain?” tanya Clara dengan menahan pergelangan tangan Arven.
“Mau tolong Sekar lah.”
“Dia udah dibantu sama Vano. Jadi kamu gak usah ribet mau bantu dia.”
Entah mengapa Arven hanya bisa menuruti perkataan Clara. Cowok itu memilih kembali mengikuti kegiatan upacara, diikuti seluruh siswa yang sempat tidak fokus karena Rafera yang tiba-tiba pingsan.
Sedangkan Rosa, cewek itu hanya diam menatap datar tubuh Rafera yang ambruk lalu dibawa oleh cowok yang ia sukai. Rosa sepertinya masih marah dengan Rafera yang mungkin terlihat seperti menyukai Vano. Gadis itu memilih tidak memperdulikan kejadian itu.
Dilain tempat yaitu UKS. Rafera sudah dibaringkan di tempat tidur UKS dan mulai diperiksa oleh dokter yang bertugas disana. Vano akhirnya bisa bernapas lega saat mengetahui bahwa efek dari pingsannya Rafera hanya karena gadis itu telat makan.
“Tangan kamu berdarah, kenapa?”
Vano segera melihat tangannya yang berdarah membasahi lengan seragamnya. Ia lupa jika luka yang kemarin belum kering sepenuhnya dan sepertinya perban nya terlepas akibat berlari dengan mengangkat tubuh Rafera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Roman pour AdolescentsSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...