Hai semuaa apa kabar? Semoga baik..
Chapter 16 udah update nihh berarti tandanya si Rafera dikit lagi olimpiade😂. Siap-siap lu Fer...
Pastikan sudah vote yaa dan nanti komen yang banyak👍
Selamat membaca 👋
______________________________
“CLARA! Bangun udah jam enam pagi. Kamu gak jadi sekolah?”
Clara mengabaikan Kakaknya yang terus mengoceh di depan kamar nya. Gadis itu masih tertidur dengan lelap di kasur kesayangannya. Maklum, kemarin ketika ia sakit dirinya tidak bisa tidur karena kepikiran dengan pesan yang dikirimkan oleh Alfinda.
“Astaghfirullah Clara!” Claire terpaksa menggebrak pintu kamar Clara. “Bangun cepat! Kemarin minta dibangunin, pas dibangunin kebiasaan kebo banget kamu.”
Membuka mata karena terkejut, Clara langsung berdiri dan membuka pintu kamarnya yang terkunci. Pandangan gelap langsung menyerang pandangannya, Clara baru ingat bahwa dirinya mengalami darah rendah.
Pintu sudah terbuka, Claire masuk dan terkejut melihat Adiknya yang jongkok dengan menelungkupkan kepalanya. “Ya ampun kamu ngapain?”
“Pusing karena kaget, ditambah gelap pandangan Clara pas langsung berdiri.”
“Lagian sih dibangunin susah. Ya sudah cepat mandi terus sarapan Kakak udah masak banyak.”
“Hmm, yaudah sana pergi, Clara mau mandi dulu.” Clara mendorong pelan kaki Kakaknya untuk keluar dari kamarnya.
Dirasa sudah tidak terdengar langkah menjauh, Clara kembali merebahkan dirinya di atas kasur. Gadis itu menatap jam dinding yang terus menjalankan jarumnya, dan sekarang menunjukan pukul 05.48 WIB. Seperti biasa Kakaknya itu selalu membangunkannya lebih pagi dari keinginan Clara sendiri.
Alasan Clara meminta Kakaknya untuk membangunkannya adalah, karena Clara ingin berangkat lebih pagi untuk memberikan sesuatu yang membuat Rafera tercengang. Sekali-kali Clara memberi kejutan kepada cewek itu.
“Semoga aja Diana berhasil cegah Arven dan Vano untuk nggak ke kelas Sekar. Dan juga Alfinda yang berhasil ngelakuin tugasnya.”
Clara langsung bersiap-siap. Lalu Clara memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Dilain tempat Rafera juga melakukan hal yang sama yaitu menyiapkan keperluan untuk sekolah.
“Sekar, sarapan sudah siap. Ayo makan bersama.” Rania berteriak di luar kamar Adiknya itu.
“Iya Kak aku lagi siap-siap. Kakak duluan aja sarapannya.” Rafera membalas seraya mempersiapkan segalanya dengan kecepatan tambahan. Dirasa sudah selesai, Rafera langsung keluar kamar dengan sedikit berlari.
Sesampainya di meja makan Rafera menatap datar Rania dan Robi. Namun mereka menganggap biasa saja, padahal jika diperhatikan raut wajah Rafera ini jarang diperlihatkan oleh wajah Sekar. Mungkin tidak ada yang begitu ingin memperhatikan nya.
“Kenapa dari kemarin style kamu beda?” tanya Robi pada Sekar dengan menautkan kedua alisnya.
“Beda gimana sih Mas?” tanya Rania.
“Terakhir aku lihat Sekar, dia kuncir kepang terus atau nggak kuncir satu biasa. Kok mulai kemarin rambutnya di cepol dan sekarang rambutnya di gerai.”
“Iya juga ya? Tumben kamu mau penampilan gitu. Waktu itu pernah Mba jepit doang rambutnya pakai jepitan pita kamu gak mau. Katanya terlalu lebay.”
Memang benar yang diucapkan oleh Rania. Waktu ketika hari pertama Sekar masuk SMA, saat itu ia baru menginjak usia tiga belas tahun. Rania selalu ingin Adiknya terlihat berpenampilan seperti anak seusianya, yaitu dengan rambut digerai bebas dengan jepitan atau tidak rambutnya di kuncir satu dengan pita yang mengikat pada kuncirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sekar
Teen FictionSeperti mimpi buruk. Tidak pernah terbayangkan bagaimana rasanya hidup di tubuh orang lain. Apalagi orang itu hidup penuh dengan masalah. Rafera Shaney, dirinya harus merasakan hidup penuh penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh asli yaitu Sekar...