01. Who?

580 36 0
                                    

Wanda berlari terburu di lorong gedung menuju kelasnya. Menyebabkan nya beberapa kali hampir menabrak orang yang sedang berada di lorong, untung saja hanya hampir. Sekuat tenaga ia memacu langkah kakinya untuk tiba tepat waktu di kelas. Mengabaikan beberapa orang yang tak kalah kesal karena perilaku Wanda.

Dan sekali lagi, segala dalam diri Wanda adalah hampir. Ia hampir saja beruntung hari ini, tidak jadi terlambat dan tidak menabrak orang di lorong. Tapi sayangnya, keberuntungan nya hanyalah sebatas hampir. Wanda menabrak seseorang tepat di ambang pintu kelas.

Membuat kertas yang dibawa orang itu jatuh berserakan, menimbulkan gaduh karena ia jatuh terpeleset hingga pantatnya menyentuh lantai, dan teriakannya mengalihkan perhatian seisi kelas. Belum ada dosen memang, tapi kelas penuh. Semua orang telah datang.

Raka dan Gigi segera berdiri dari bangku tempat mereka duduk, berjalan tergesa menghampiri Wanda yang masih terduduk di atas lantai dan tengah meringis kesakitan. Meski mereka sempat terbahak lebih dulu sebelum menolong.

"Lo gapapa?" Tanya orang yang baru saja Wanda tabrak. Sial, ini Aidan. Ketua kelas mereka.

Kepalang malu, Wanda hanya mampu mengangguk dan menunduk dalam. Tak ingin membalas tatapan panik Aidan yang merasa bersalah menyebabkan Wanda terjatuh hingga bunyi bedebum keras.

"Serius? Gue anter lo ke klinik kalo misal kenapa-napa." Ulang Aidan, masih mencoba mencari tatapan Wanda yang kini telah memerah wajahnya karena malu.

Wanda menggeleng cepat. "Nggak. Gue beneran nggak apa kok, sorry kertas lo berantakan." Menahan nyeri di pantatnya, Wanda segera membantu Raka, Gigi, dan Aidan mengumpulkan kertas yang berserakan.

Setelah selesai mengumpulkan kertas, Wanda berdiri berseberangan dengan Raka dan Aidan. Dengan Gigi di sampingnya yang membantunya berdiri.

"Sorry, sekali lagi." Ujar Wanda lantas menarik Gigi untuk segera meninggalkan Aidan dan Raka. Sepeninggal Wanda, Raka tertawa. Tepatnya menertawakan cara jalan Wanda yang tertatih karena pastilah sangat sakit untuk terjatuh hingga berdebum keras itu.

"Maafin temen gua ya, Dan. Nih, kertas lo. Duluan." Pamit Raka pada Aidan, ia menepuk pundak lelaki yang lebih tinggi darinya itu sekilas lantas menyusul Wanda dan Gigi. Aidan tersenyum sekilas membalas ucapan Raka. Lantas melanjutkan langkahnya untuk menuju ruang dosen.

"Sakit banget anjing, malu lagi." Adu Wanda pada Gigi di sampingnya yang masih menertawai perempuan itu.

"Lagian lo, molor mulu. Telat kan." Balas Gigi.

"Makanya kalo ditelpon itu diangkat. Ya derita lo dong kalo sampe telat." Raka yang baru saja datang ikut mengomeli Wanda dengan hobi telatnya itu.

Gadis dengan rambut sebahu itu hanya melirik sengit ke arah kedua temannya yang menyudutkannya itu. Mau mengelak ya bagaimanapun memang salahnya sendiri selalu terlambat.

Memasuki jam istirahat, Wanda dan kedua temannya memutuskan untuk pergi ke kantin. Tempat yang memang biasa mereka datangi ketika tidak sempat sarapan, jam makan siang, ataupun saat sedang ingin membolos. Kantin fakultas ekonomi lumayan ramai karena memang memiliki banyak stand makanan yang hampir terbilang cukup lengkap dengan harga yang terjangkau.

Sehingga banyak mahasiswa lain dari berbagai fakultas turut menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin fakultas ekonomi. Sebagaimana Wanda dan kedua temannya. Mereka memilih tempat duduk yang selalu menjadi spot favorit mereka. Yaitu di ujung, depan stand bakso di bawah pohon beringin yang tinggi dan sejuk.

"Makan apa, Wan?" Tanya Raka pada Wanda yang lebih dulu duduk bersama Gigi.

"Gue nasi goreng aja, belum sarapan soalnya. Lo, Gi?"

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang