"Mungkin nggak sih kalau pacar kita itu sebenernya punya selingkuhan?" Mala membuka pembicaraan dengan Gigi saat menanti pergantian kelas menuju mata kuliah kedua.
"Mikir gitu kenapa? Nala selingkuh?" Gigi balas bertanya seraya menyuapkan sepotong daging salad nya kedalam mulut.
"Hus! Sembarangan. Gue tuh tanya."
"Ya lo nggak akan nanya kalo nggak ada sesuatu, Mala. Lagian dari kemarin bahasnya selingkuh mulu kenapa sih? Habis nonton drakor?"
Mala menggeleng, ia menyedot es teh nya sebelum membalas ucapan Gigi. "Masih kepikiran Yesa sama Heksa. Pacaran mereka kan lunayan lama. Eh ternyata si Heksa selingkuh nya juga udah lama. Yesa kurang apa ya, padahal udah sempurna gitu."
"Selingkuh bukan soal sempurna ga sempurna, Mal. Emang dasar maruk aja."
Bibir Mala mencebik. Kepalanya mengangguk-angguk membenarkan ucapan gadis didepannya.
"Lo pernah curiga Jean nggak sih?"
"Enggak lah gila. Ngapain?"
"Ya curiga aja, mikir aja gitu loh Gi."
"Enggak. Gue gampang sih, kalo dia selingkuh ya gue tinggalin. Yang mau sama gue kan banyak."
Mala mendecak kecil. Yang mau dengannya pun juga banyak. Tapi ia hanya ingin satu dan harus itu.
"Udah deh. Overthinking mulu lo. Kemarin habis liburan dari Bali masih aja mikir aneh."
"Bukan overthinking Gigi. Cuman, semisal. Seandainya."
"Kebanyakan misal-misalin bisa jadi beneran loh nanti."
"Gigi!" Mala berseru keras hingga menyita perhatian beberapa orang di kantin. Sedangkan si pelaku hanya tertawa kecil tanpa dosa.
-
Nala masih berdiri di tempatnya saat melihat Wanda dan Aidan berjalan bersama menuju perpustakaan. Semenjak kejadian gadis itu menamparnya, ia belum juga menyambangi Wanda kembali.
Benaknya masih terlalu gengsi untuk sekadar bertanya mengapa, atau ada apa. Meski dengan mata kepalanya sendiri ia melihat seseorang menampar Wanda dua kali. Tapi bayangan Aidan yang dipeluk perempuan itu membuatnya kesal sendiri.
Nala mungkin terlihat denial dengan perasaan nya sendiri. Tapi apa yang sebenarnya ia inginkan, tidak pernah ada yang mampu memahami jalan pikirnya.
Napas Nala terhembus pelan, setelah Wanda dan Aidan tak lagi dalam jangkauan pandangannya ia segera berjalan menuju kantin. Menyusul kekasihnya.
"Kamu kayak banyak pikiran, kenapa sih yang?" Mala yang melihat wajah resah Nala bertanya dengan perhatian. Lelaki itu berulang kali menghapus pesan yang akan ia kirimkan di kolom chat Wanda.
Nala memasang senyum. "Enggak." Pandangan matanya menangkap Wanda yang berjalan menuju meja mereka setelah berpamitan dengan Aidan. Terlihat Wanda sempat sekilas ragu untuk menghampiri. Tapi akhirnya gadis itu mengambil kursi disamping Gigi.
"Raka mana?" Tanyanya.
"Tadi masih ada urusan bentar. Mau makan lo?"
"Enggak, nanti nunggu Raka aja. Mau es teh lo, Gi." Gigi menggeser gelas minumannya kearah Wanda.
Bertepatan dengan itu, Nala mengirimkan pesannya. Wanda segera mengambil ponselnya didalam saku saat Nala justru memasukan ponselnya kedalam tas.
arizon lt 27, 236899.
Perempuan itu melirik kearah Nala yang juga tengah menatapnya. Ia terdiam, tidak memberi jawaban apapun dan lantas berdiri untuk memesan makanan lebih dulu. Urung menunggu Raka karena perutnya terburu eneg dengan Nala didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mistake [selesai] ✔
FanfictionNala, manusia dengan sejuta ego nya. Menomorsatukan ego diatas segalanya. Bahkan terkadang menjadikan Wanda sebagai pemuas ego nya yang kelaparan. Tidak peduli dengan amukan kekasihnya, ego harus tetap nomor satu. Wanda, menjadi tempat pelampiasan a...