23. Friends

213 29 0
                                    

Gigi berulang kali mendesah kasar dengan bibir mencebik kebawah karena panggilannya yang berkali-kali diabaikan oleh Jean. Bahkan ratusan pesannya pun tak ada yang terbaca satupun. Ia kepalang kesal. Mereka belum bertemu sejak kemarin, dan Jean menghilang tiba-tiba begitu saja.

"Sabar, Gi. Sibuk kali anaknya." Sahut Raka disamping perempuan itu.

Gigi menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kantin. Wajahnya masih mencebik kesal. "Sibuk apaan, Aidan yang ketua aja masih sempet nongki-nongki."

Bahu Raka terkedik. "Yang lain, mungkin."

"Lo sedivisi kan sama dia? Ada lo pernah sibuk?" Tembak Gigi.

"Ya tugas kelasnya, mungkin."

Gigi berdecak sekali lagi. Detik berikutnya ia beranjak berdiri seraya membawa barang-barangnya.

"Eh, mau kemana?" Tanya Raka ribut.

"Ke Wanda, mau minum. Buruan."

Raka menghela napasnya pelan sekali sebelum akhirnya mengikuti langkah terburu Gigi menuju mobil lelaki itu. Apartemen Wanda memang tujuan yang tepat untuk minum disiang yang bolong. Karena pasti tidak sulit untuk menemukan bir, atau bahkan minuman mahal lainnya dikulkas gadis itu.

Tentu saja Nala yang membeli, mereka mana tau.

Wanda barusaja keluar dari kamarnya, berniat akan turun menuju minimarket lobi untuk membeli kopi instan. Hari ini ia memang membolos, titip absen pada Gigi sesuai kebiasaannya jika enggan kuliah.

Langkah kakinya sempat terhenti karena tak sengaja melihat mobil yang Jean gunakan kemari tempo waktu. Berusaha tidak peduli, Wanda segera melanjutkan tujuannya turun yaitu membeli kopi instan.

Gigi masih dengan wajahnya yang memberengut kesal berdiri didalam lift bersama Raka. Sengaja tidak mengabari Wanda jika akan kemari, ia tak mengetahui jika Wanda pun sedang tidak berada di unitnya.

"Cemberut mulu lo. Senyum kek." Goda Raka.

Gigi semakin memberengut. "Bacot lo."

Raka terkekeh kecil. Obrolan mereka terputus begitu pintu lift terbuka dilantai sebelum lantai unit Wanda. Betapa terkejut bukan main mereka semua yang berada disana.

Jean Aldrich, berdiri di depan pintu lift seraya merangkul mesra pinggang Karin karena menunggu pintu terbuka. Senyumannya yang semula terlayang untuk gadis ayu disampingnya otomatis lenyap saat mendapati Gigi dan Raka didalam lift yang akan ia masuki.

Gigi tergesa keluar dari lift saat tangannya dicekal kuat oleh Raka. Jean melepaskan rangkulan lengannya pada pinggang ramping Karin. "Gi, aku bisa jelasin."

"Lepasin, Rak!" Gertaknya.

Raka mengikuti langkah Gigi keluar dari lift. Perempuan itu berjalan tergesa menuju arah Jean dan Karin yang melangkah mundur.

Satu tamparan kuat Jean terima. "Bangsat lo Jean. Gue kurang apa sama lo? Gue pernah larang apa dihidup lo?! Gue kurang apa, Jean?!" Teriakan Gigi menggema.

Jean mencoba meraih tangan Gigi, tapi perempuan itu lebih dulu menepisnya. Tatapan matanya tajam menghunus.

"Sayang, aku bisa jelasin."

"Jelasin apa?! Lo marah-marah kemarin karna gue pulang sama Saga yang notabenenya cuman temen gue. Tapi apa? Lo apa, Je?! Gue yang keliatan kaya orang bego cuman mau tau kabar lo. Dan lo justru enak-enak selingkuh. Mikir, anjing. Mikir, Je!"

Gigi beralih menampar kuat Karin. "Lonte lo. Cewek paling kalem sefakultas ternyata cuman jalang. Nggak laku lo?! Iya?!"

Karin terdiam. Raka menghela napas pelan, ia melangkah menuju Gigi. "Udah, Gi. Ayo balik."

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang