12. Cheater

280 29 0
                                    

Wanda berjalan santai keluar dari lift. Tapi ketika pandangannya tak sengaja menemukan sosok yang ia kenali berjalan keluar dari pintu utama ia segera berlari mengejarnya. Perempuan itu mendesah kasar saat sosok itu lebih dulu masuk kedalam mobil yang tidak dia kenali.

Salah orang? Nggak mungkin tapi.

Mencoba berprasangka baik dan tidak mengambil pusing, Wanda akhirnya segera berangkat ke kampus menggunakan bus yang tersisa.

Tiba di depan kelas Wanda disambut oleh Gigi dan Mala. Ia segera mendekat dan berbaur dengan dua gadis itu.

"Nanti lo di apart ga?" Tanya Gigi saat mereka telah duduk di kursi masing-masing.

Wanda mengangguk ragu. "Ada, mau main?"

"Iya, Raka ngajakin makan disana. Netflix and chill." Sahut Mala.

"Lo mau ikut, Mal?" Tanya Wanda terkejut. Masalahnya adalah, akhir-akhir ini Nala selalu mendadak muncul di unitnya.

"Iya dong, gue kan belum pernah ke tempat lo, Wan."

"Pacaran mulu sih lo." Gigi menimpali ketus. Mala menyengir tanpa dosa.

"Biarin dong. Boleh kan, Wan?"

"Ya boleh lah. Ngapain nggak boleh."

Mereka menyimpan obrolannya saat dosen telah masuk kedalam kelas membawa setumpuk tugas yang telah dinilai.


Wanda mempersilakan ketiga temannya masuk ke dalam unit miliknya yang untung sempat ia bereskan tadi pagi. Gigi seperti biasa segera berlari masuk dan merebahkan tubuh disofa Wanda. Sedangkan Raka menuju dapur untuk memberesi bahan masak yang dibawanya.

Mala mengamati sekitaran dengan pandangan yang ragu.

"Nggak sebagus unit lo, Mal. Tapi bersih kok, gue jamin." Canda Wanda, ia menyenggol lengan Mala pelan dan mengajak gadis itu untuk duduk diatas karpet depan sofa.

"Lo udah lama di sini, Wan?" Tanya Mala masih memperhatikan sekitar.

"Wanda udah di sini dari SMA ga sih, Wan?" Gigi yang menjawab pertanyaan Mala kali ini.

Perempuan yang disebut namanya itu hanya mengangguk dan segera beranjak berdiri untuk membantu Raka menyiapkan makan malam.

Untuk menu makan malam kali ini, mereka membiarkan Mala yang memilih menu dan berbelanja. Karena gadis itu bersedia untuk membelanjakan, jadi mereka jelas tidak menolak.

Raka ternyata menyadari botol alkohol sisa milik Nala di dalam kulkas Wanda. "Masih kuat aja minum sendirian."

Wanda menolehkan kepala. "Kayak lo ga minum sendiri aja." Raka hanya tertawa sebagai balasan.

"Gue cuci piring aja yah, ngantuk." Gigi berseru dari sofa. "Oiya, nanti kalo Jean telpon bilang aja gue di Wanda."

"Iya." Wanda berseru tak kalah keras dari gadis yang kini memejamkan mata itu.

Mala yang bosan karena Gigi memilih tidur pun beranjak berdiri. "Wan, ada charger nggak? Hape gue lowbatt."

"Ada di kamar gue Mal, buka aja pintu yang ada dream catcher nya. Nanti diatas meja." Ujar Wanda dari dapur.

"Dream catcher dari gue? Masih lo simpen? Itu oleh-oleh pertama dari gue waktu kita temenan nggak sih?" Tanya Raka.

"Lo kesini berapa kali deh? Kan lo selalu liat. Lo sendiri juga yang taruh sana."

Lelaki disamping Wanda tertawa. "Iya juga sih."

Begitu pintu kamar Wanda terbuka, aroma yang tak lagi asing di penciuman mereka menyeruak hebat. Bahkan hingga membuat tubuh si empu rumah membeku sesaat karena menyadari kebodohannya mempersilakan Mala masuk ke dalam kamarnya.

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang